Part 1 "Forbidden Boundaries"
"Sebenarnya apa itu Druid…?" suatu hari muncul pertanyaan dalam diriku. Aku telah mendengar cerita tentang Druid. Berbeda dengan manusia yang memiliki kekuatan sihir yang besar di mana Druid memiliki energi atau kekuatan sihir tidak terbatas, tapi tidak lebih dari itu. Karena itu, aku masih belum tahu apa sebenarnya Druid ini, di mana mereka hidup, bagaimana mereka hidup dan sebagainya. Pengetahuan tentang Druid tidak diketahui oleh siapa pun, setidaknya itu yang diceritakan ayahku karena dia juga tidak mengetahuinya. "Hmm…lagi-lagi melamun…" kata suara kecil yang terdengar kesal dari sampingku. "Oh, Enity sejak kapan kau di sini?" aku bertanya dengan nada yang sebenarnya cukup mengesalkan. "...." dan "...." kami berdua terdiam beberapa saat lalu aku menghancurkan suasana itu dengan "ok, maafkan kakakmu ini…" Kemudian, aku memberitahukan sesuatu kepada Enity, "bagaimana jika besok, kita menjelajahi hutan? Kita kan besok tidak ada latihan!" dengan penuh antusias dan mata yang bersinar Enity menjawab "ikut, ikut, aku ikut!" Tapi, di dalam hatiku aku berbicara "ah, betapa mudah mengambil perhatian adikku…" Besoknya kami berangkat melalui jalan rahasia kami, karena meskipun tidak ada latihan, anak-anak dilarang untuk keluar dari area kerajaan. Jika ayah kami mengetahui ini, kami tidak bisa lolos lagi seperti waktu itu. Kami sampai di hutan dengan pepohonan yang sangat lebat sampai matahari siang hari sulit menembusnya. Di hutan, kami menemukan banyak hal yang kami tidak pernah lihat dalam hidup kami. Di sana ada bunga sangat besar dan memakan hewan atau pohon di sekitarnya, ada air terjun yang airnya menuju ke atas, ular berkaki empat, singa dengan wajah seperti manusia, monyet dengan ekor rubah dan sebaliknya, pohon dengan bunga warna-warni, dan sebagainya. Anehnya, Enity tidak merasa takut sama sekali karena aku berpikir perempuan apalagi anak-anak tidak suka melihat hal-hal seperti ini. "Karena kakak ada di sini, jadi aku tidak perlu takut!" katanya setelah aku mempertanyakan keherananku. Semua hal yang kami temukan, hanya ada satu yang kami rasa mengherankan perhatian kami yaitu di tengah hutan ada sebuah altar kosong yang besar berwarna abu-abu. Altar itu memiliki desain unik yang kami tidak pernah lihat sebelumnya. Altarnya berbentuk seperti kerucut bertingkat yang disusun berjumlah tujuh tingkat dan di atasnya ada meja kosong. "Hmmm….ok, rasanya kita sudah menjelajahi seluruh hutan, menyenangkan?" Aku bertanya dengan berjongkok dan menatap Enity. "Hmmm….banyak hal yang menakutkan dan aneh, terutama altar ini, tapi karena ada kakak jadi sangat menyenangkan!" Enity tersenyum lagi. "Begitukah? Bagus, sekarang ayo kita pulang" sambil aku memegang tangan Enity dan kami pulang bersama-sama. Sementara dalam perjalanan pulang, terjadi sesuatu yang aneh. Kami diselimuti oleh kabut yang tebal. Kami berjalan dengan hati-hati sampai beberapa saat berlalu, "Enity, jangan takut kakak ada di sini…..Enity? Enity!" Enity menghilang meskipun aku selama ini memegang tangannya. "Enity, kamu di mana!!!" aku berteriak beberapa kali dengan suara yang keras. Aku mencari Enity di sekitarku meskipun ada kabut yang sangat tebal tapi tidak menemukannya. "Enity, kamu di mana…" Setelah beberapa saat, aku memutuskan untuk berlari ke depan. Aku sudah tidak tahu berapa menit atau berapa jam telah berlalu, tapi aku masih belum menemukan Enity. Tanpa aku sadari, aku telah kembali ke tempat di mana ada altar bertingkat tujuh dengan meja kosong di puncaknya. Kemudian aku mendengar suara "GYAAAAA!!!!" Aku mengenal suara ini, ini adalah suara Enity. "Enity! Kau di mana??" Aku juga membalasnya dengan berteriak, tapi aku tidak mendapat balasan lagi. Aku memutuskan untuk mencari Enity di sekitar daerah altar itu. Beberapa saat berlalu, aku menemukan Enity di bawah pohon menutup kepalanya seperti sedang ketakutan. Aku terkejut ketika melihat beberapa meter di depan Enity ada tiga serigala berwarna ungu dengan mata merah menyala. Tubuhku bergerak dengan sendirinya dan langsung menuju ke depan Enity, "MENJAUHLAH! JANGAN SENTUH ADIKKU!" Aku menyerang sekelompok serigala itu dengan bola api, tapi sekelompok serigala itu tidak terluka sama sekali. "Tidak mungkin…itu sudah kekuatan penuhku…" Aku tidak tahu bagaimana ekspresi wajahku pada saat aku melihat hal ini. Aku melihat juga Enity di belakangku telah kehilangan kesadaran. Aku melihat kembali ke arah sekelompok serigala itu, dan seluruh tubuhku bergetar ketakutan. Di dalam hatiku, aku bersuara bahwa "aku akan melindungi Enity…apa pun yang terjadi!" Tiba-tiba kabut menyelimuti penglihatanku berganti menjadi kegelapan. Setelah itu, aku tidak mengingat suatu hal apa pun yang terjadi.
Part 1.5 "Where Memories Goes"
Hari ini, sekali lagi kami secara diam-diam keluar dari daerah kerajaan. Kali ini kami pergi ke hutan yang belum pernah kami masuki. Di dalam hutan itu banyak hal yang tidak pernah kami lihat sebelumnya, meskipun dalam buku. Tapi, ada satu yang sangat mengherankan yaitu altar abu-abu dengan tujuh tingkat serta terdapat meja kosong di puncaknya. Setelah sekian lama menjelajahi hutan, aku dan kakakku memutuskan untuk kembali ke rumah. Dalam perjalanan, kami diselimuti kabut yang sangat tebal sampai tidak bisa melihat jalan di depan. Tanpa aku sadar, aku sudah berada di dekat altar yang kami temukan sebelumnya. "Kenapa aku bisa ada di sini? Huh? Kakak? Kakak! Kau di mana???" Aku melihat di sekeliling dan tidak melihat atau menemukan kakakku. Aku berjalan terus dengan air mata yang terus bercucuran sambil berteriak mencari kakakku. Sampai suatu saat aku melihat pancaran cahaya berwarna merah dalam kabut yang bergerak semakin dekat. Kemudian, aku menyadarinya bahwa itu adalah sekelompok serigala. Aku mulai ketakutan dan melarikan diri. Aku melihat di belakangku, sekelompok serigala itu tetap mengejar aku. "Aduh!" Aku terpeleset dan jatuh kemudian salah satu serigala melompat ke arahku, "GYAAAAA!!!!" Aku berhasil meloloskan diri tapi aku terlalu ketakutan dan tidak bisa berdiri. Aku menutup kepalaku dengan kedua tanganku sambil berharap kakakku akan menolong aku, "kakak….tolong aku!" Kemudian, tiba-tiba ada satu sosok di depanku muncul dan menghadang sekelompok serigala itu. Suara yang keras terdengar dari sosok itu, "MENJAUHLAH! JANGAN SENTUH ADIKKU!" Sosok itu menyerang sekelompok serigala itu tapi itu kelihatannya berakhir dengan sia-sia. Kemudian aku merasa mendengar suara kecil dari sosok itu berkata, "aku akan melindungi Enity…apa pun yang terjadi!" Setelah itu, pandanganku diselimuti oleh kegelapan. Kemudian, aku sadar bahwa aku sudah berada di tempat lain. Tempat itu dipenuhi oleh bunga, layaknya ladang bunga membentang di dunia berwarna putih. "Ah….ini….adalah…." Aku mengetahui tempat ini, "….ladang bunga yang kakak tunjukkan waktu itu…kalau tidak salah nama bunga ini adalah bunga Matahari." Di tempat itu, aku juga melihat pohon yang di bawahnya ada satu sosok berwarna putih. Sosok itu berbicara dengan suara kecil yang sangat hangat dan menyejukkan, "ke sini…ikut aku ke sini…" Aku tidak mengenal sosok tersebut dan tidak mengerti maksud dari perkataan sosok itu, tapi aku mengikutinya. Setelah itu, aku tidak mengingat suatu hal apa pun yang terjadi.
Part 2 "Crossing with the World's Mystery"
Aku terbangun dan melihat bahwa aku berada di sebuah padang rumput yang terlihat aneh. Aku terkejut ketika melihat rumput-rumput yang berada di situ berwarna pelangi. "Tempat apa ini…?" Tempat itu tidak terlalu luas, kelihatannya hanya sebesar danau kecil. Sejauh pandangan, aku hanya melihat padang rumput pelangi itu dengan dinding aurora pada akhirnya. Aku mencoba berjalan ke dinding aurora itu, aku mencoba menyentuh dinding itu dan ternyata bisa dilewati. Aku terkejut dengan warna dari rumput di ruang itu, tapi aku lebih terkejut dengan apa yang ada dibalik dinding aurora itu. "...Hah? Apakah ini mimpi?" Aku seperti melihat dunia lain di mana ada banyak sekali makhluk kecil bersayap dan berekor. Aku juga melihat air terjun dan sungai berwarna pelangi, makhluk-makhluk seperti pohon tapi bisa bergerak, makhluk-makhluk batu raksasa yang bercahaya dan bergerak, burung-burung transparan, dan banyak hal lain yang asing bagi dunia manusia. Aku tidak mengingat apa yang terjadi sebelum aku sampai di padang rumput pelangi itu dan bagaimana aku bisa berada di tempat itu. *crack* *bam* *crack* *bam* Aku mendengar suara Langkah kaki yang besar dari belakangku. Aku membalikkan tubuhku melihat ke belakang dan menemukan ada makhluk batu raksasa bercahaya mendekati aku. Kemudian, dia berbicara dengan suara yang berat "oh, kamu itu manusia yang dimaksudkan Vermillione…ternyata kamu sudah bangun." Aku masih tidak mengerti dengan situasi sekarang ini, "Vermillione? Apa yang sebenarnya terjadi? Aku ada di mana? Bagaimana aku bisa berada di sini?" Makhluk itu menjawab dengan kesan yang dingin, "hm, wajar jika kamu melewati tempat itu pasti akan kehilangan beberapa ingatan…" Aku semakin merasa kebingungan setelah dia berkata hal itu. "Baiklah, ikut aku!" Makhluk itu mengajakku untuk mengikuti dia, dan aku terpaksa mengikut dia. Aku dibawanya ke suatu tempat yang berbentuk seperti taman dengan satu rumah kecil di tengah-tengahnya, tentu taman itu berisi bunga-bunga aneh yang indah dan rumput-rumput berwarna pelangi. Di sana aku melihat sosok perempuan, mungkin gadis yang sangat cantik. Gadis itu memiliki rambut pirang emas yang panjang menyentuh tanah, mata yang berkilau seperti berlian dan ada semacam sepasang sayap burung dari bagian telinganya, aku berpikir mungkin itu adalah aksesoris atau semacamnya. Gadis itu tidak menggunakan alas kaki apa pun dan mendekati aku, saat itu juga aku sadar makhluk yang mengantarku tadi menghilang. "Kamu mencari Stav? Dia sudah kembali mengurus air terjun…tapi, sudah berapa lama sejak terakhir kali aku melihat manusia? Mungkin 400 tahun…" Suaranya sangat lembut seperti nyanyian tidur. Matanya menatap langsung mataku dengan keseriusan tapi juga penuh kelembutan. "400 tahun? Kamu tidak terlihat setua itu…." Gadis itu tersenyum dan "oh begitukah? Lebih herannya lagi, aku tidak percaya dua orang anak yang hanya berumur 10 tahun dan 8 tahun dapat melewati Fenemona dan sampai di tempat ini…" Kalimat itu membuatku teringat sesuatu, "eh…hah? Enity? Enity di mana? Adikku di mana? Aku kehilangan dia di tengah kabut tebal dan belum menemukannya…di mana dia?" Aku dengan panik bertanya kepada gadis itu dengan memegang kedua lengannya. "Tenang saja, dia sedang bermain dengan salah satu sahabatku di sana" Gadis itu menjawab sambil menunjuk ke satu arah. Di sana aku melihat Enity sedang kejar-kejaran dengan makhluk batu raksasa bercahaya. Tunggu dulu, aku merasa tidak asing dengan makhluk itu…."AAAH! Dia itu makhluk yang tadi! Bagaimana dia bisa bermain dengan Enity???" Aku langsung berlari kepada mereka meninggalkan gadis itu. "ENITY!!! ENITY!!!" Aku berteriak memanggil Enity dan dia menyadarinya, "Kakak? KAKAK!!! KAKAK!!!" Dia ikut berlari menuju kepadaku, dan akhirnya kami bertemu kembali. "ENITY!" "KAKAK!" Kami saling berpelukan, "maafkan kakakmu ya, karena tidak bisa melindungimu dengan baik…" "Maafkan aku juga kakak, Enity tidak bisa menjaga dirinya dengan baik dan membuat kakak khawatir…" Aku senang sekali bisa bertemu dengan Enity lagi, "yang terpenting adalah kamu masih selamat, dan kakak janji kalau kamu menghilang lagi, kakak pasti akan mencarimu dan menemukanmu di manapun kamu berada!" "He he he, terima kasih kakak, itu adalah janji ya!" "Ya, kakak berjanji…" Di saat itu janji dan ikatan yang baru terbentuk di antara aku dan Enity. Kemudian, aku rasanya lupa sesuatu, lalu aku teringat "oh iya, Enity kenapa kau bermain bersama makhluk ini? Dia ini berhati dingin, tidak peduli dengan sekitarnya!" "Hah? Kakak bicara apa? Scarx itu baik, suka bermain, dia juga banyak merawat bunga di sini!" Di situ aku menyadari dan teringat sesuatu, "Kamu mencari Stav? Dia sudah kembali mengurus air terjun…" "Scarx itu baik…dia juga banyak merawat bunga di sini!" Kemudian, aku akhirnya memahami bahwa makhluk yang bermain dengan Enity bukanlah yang membawa aku ke tempat ini. "Hai, aku Scarx…jadi kau adalah kakak dari Enity ya? Kau kakak yang baik ya, Enity sangat beruntung mempunyai kakak seperti kau!" Suaranya ringan tidak seperti Stav, "uhm, kau Scarx lalu siapa Stav?" Kemudian, Scarx menjawab "oh Stav, dia itu kakakku, dia bertugas di air terjun dan taman di sekitarnya, kalau aku bertugas di taman ini." "Oh begitu ya? Maafkan aku yang salah sangka…" Aku menundukkan kepala kepada Scarx, "eh? Tidak apa-apa, karena kami mirip jadi yang lain sering salah sangka hehe." *chak* *chak* *chak* "Baguslah kalian sudah kembali bertemu…" Kata suara yang sangat lembut. "Ah, ratu Vermillione, anda sudah selesai dengan waktu istirahatnya?" "Scarx, aku kan sudah bilang tidak perlu memanggilku dengan sebutan ratu kalau tidak ada yang lainnya di sini…" "Ya, maaf Vermillione...." Gadis itu adalah ratu? Vermillione? Itu nama yang disebut Stav sebelumnya. Angin berhembus membuat rambut panjangnya bergerak mengikuti arah angin pergi, Vermillione meletakkan telapak tangan kanannya di dada, menatapku dan tersenyum lalu berkata, "perkenalkan, namaku Vermillione ratu Druid ke-3."
Part 3 "Farewell Beloved"
Aku sempat terdiam selama beberapa detik setelah mendengar perkenalan dari gadis cantik berambut pirang tersebut. "Vermillione….?" Aku mengeluarkan suara kecil dengan suatu rasa kenyamanan. Aku tidak mengerti dengan perasaan ini, aku merasa pernah bertemu dengan gadis itu tapi ketika mendengar nama 'Vermillione', aku masih tidak mengenalnya. Akan tetapi, ketika aku menyadari kalau gadis cantik tersebut adalah Vermillione baru perasaan itu muncul. "Hm? Apa ada sesuatu di wajahku?" tanya Vermillione karena melihat tatapan mataku. Selama beberapa waktu, Enity bermain bersama dengan Scarx dan Stav. Sementara itu, aku berbincang dengan Vermillione. Aku berpikir dapat mengetahui identitas atau dasar dari perasaan yang aku dapatkan ketika mengetahui Vermillione. Vermillione membuka perbincangan dengan sebuah pertanyaan, "apakah kau bisa menceritakan bagaimana kalian dapat melewati Fenemona dan masuk dalam tempat ini?" Setelah mendengar pertanyaan itu, kedua tanganku bergetar sampai dapat diketahui oleh Vermillione. Vermillione melihat kedua tanganku dan meletakkan kedua tangannya di atasnya. Pada waktu itu juga, aku langsung merasa tenang. Selanjutnya, aku menceritakan semua yang terjadi kepada Vermillione. "Hm, jadi begitu ya….baiklah yang penting kalian selamat" Setelah mengatakan itu, Vermillione terlihat sedang memikirkan sesuatu. Vermillione melanjutkan pembicaraan dengan bertanya, "ceritakanlah tentang keluarga kalian…" Aku menceritakan tentang keluarga kami kepada Vermillione dan sampai kepada cerita ibu kami, saya sempat terhenti dan kebingugan untuk menceritakannya. Akan tetapi, aku tetap menceritakan tentang ibu kami kepada Vermillione. Vermillione terlihat sedih ketika mendengar tentang ibu kami. "Oleh karena ibu kami, dan harapan yang ditinggalkannya padaku, aku dapat melindungi Enity dan membuatnya tersenyum sekarang…" Aku mengangkat kepalaku melihat Vermillione dan melihatnya mengeluarkan air mata. "Eh??? Apa yang terjadi??? Kamu kenapa, Vermillione?" Setelah itu, Scarx dan Stav datang menatapku dengan tajam. "Apa yang kau telah lakukan kepada ratu kami, manusia?" tanya mereka berdua secara bersamaan. Selanjutnya, Enity datang menunjuk aku dan berkata "kakak membuat gadis menangis!" Di sini aku merasa terjebak dengan mereka bertiga dan tidak ada jalan keluar. Beberapa waktu berlalu, "maafkan aku, aku tiba-tiba menangis dan merepotkan kamu…" Pada waktu itu, aku merasa tubuhku sudah tidak dapat digerakkan lagi karena diceramahi oleh Scarx, Stav dan Enity dengan cukup lama. "Kenapa kamu menangis?" tanya aku kepada Vermillione. "…." tidak ada jawaban dari mulutnya, tapi hanya senyuman yang muncul diikuti angin yang menghembuskan daun-daun dan bunga-bunga dari dunia astral tersebut. "Sudah saatnya kalian untuk pulang…" kata Vermillione. "Iya, aku juga tidak mau membuat ayah dan orang lain khawatir sama kami." Vermillione pergi menuju kepada Scarx dan Stav yang bermain bersama Enity. Enity berlari kepadaku dan memeluk aku kemudian berkata, "kita akan pulang sekarang?" Aku memberikan respon kepada Enity, "iya Enity, nanti ayah dan lainnya bisa khawatir kalau kita tidak cepat pulang…kau puas bermain kan?" Enity kemudian menjawab, "tentu saja kakak!" Kemudian aku menjadi tersenyum, "baguslah kalau begitu…" Di belakang kami ada sesuatu menyerupai kabut terbuka dan kami melihat rumah kami di kerajaan. Kami berbalik melihat Vermillione, Scarx dan Stav melambaikan tangan mereka dan mengucapkan sampai jumpa kepada kami. Pada akhirnya, aku tidak dapat mengetahui identitas dari perasaan yang aku dapatkan ketika mengetahui Vermillione. Sebelum kabut itu tertutup, aku sempat melihat Vermillione membuka mulutnya seperti mengatakan sesuatu kepada dirinya dan setelah itu kabutnya tertutup. "Mereka telah pergi, Vermillione…" kata Scarx, "apa kamu yakin membiarkan mereka pergi?" kata Stav, "tidak apa-apa, yang terutama adalah Enral masih mengingat dan sudah menepati janji tersebut…aku sudah senang mendengar itu, setelah ini hanya bergantung kepada mereka berdua sebagai saudara." jawab Vermillione dengan senyum dan kepuasan dalam dirinya. Aku dan Enity sampai di rumah bertemu dengan ayah, dan tentu saja kami diceramahi dengan panjang olehnya karena kami tidak pulang dalam waktu yang cukup lama. Dengan ini, aku mendapatkan ceramah yang panjang sebanyak dua kali hanya dalam waktu setengah hari. Hari itu adalah hari yang menyenangkan bagiku juga Enity, tapi hari itu juga merupakan hari yang tidak menyenangkan bagi dua anak lainnya.
Part 4 "The Beginning of Despair"
Lokiy dan Tohr adalah sahabatku dan Enity. Kami berempat sering bermain bersama, bolos dari kelas latihan bersama dan melakukan petualangan bersama. Ketika aku dan Enity pulang dari hutan, aku menyadari bahwa ayah dan orang lain menyembunyikan sesuatu dan tidak ingin mengatakannya kepada kami berdua. Aku tidak mengetahui apa yang disembunyikan sampai satu minggu berlalu, ayah akan keluar dari kerajaan untuk bertemu dengan raja Odiyn dari kerajaan Rahi dan juga adalah ayah dari Lokiy dan Tohr. Aku dan Enity menggunakan kesempatan ini untuk berkunjung di kerajaan Rahi. Pada waktu itu juga, Enity ingin bertemu dengan Lokiy dan Tohr untuk menceritakan petualangan kami berdua di dunia lain bertemu Vermillione, Scarx dan Stav. Tentu saja, kami tetap perlu keluar tanpa diketahui siapa pun. Ayah memperkuat penjagaan di istana sehingga kami perlu usaha lebih agar supaya dapat keluar dari istana dan menuju kerajaan Rahi. "Kita berhasil, kakak!" kata Enity dengan senang. Aku memberikan respons, "iya Enity, sekarang kita akan menuju kerajaan Rahi." Enity tersenyum dan terlihat di matanya, aura yang penuh antusias. "Mari kita lihat rahasia apakah yang kau sembunyikan dari kami, ayah…" aku berbicara perlahan seperti membisik. "Hm? Kakak bilang sesuatu?" tanya Enity mendengar suara yang kecil dari mulutku. "Hm? Tidak ada apa-apa, Enity…" kataku sambil meletakkan tangan di atas kepala Enity. Kami pergi menuju kerajaan Rahi yang jaraknya sangat jauh dari kerajaan Khai. Kami sampai di kerajaan Rahi dan melihat hal yang kami tidak duga. Kami melihat kerajaan itu kosong, tidak ada orang di sepanjang jalan, tidak ada prajurit kerajaan maupun orang-orang yang berjualan, kerajaan itu sepi sampai hanya terdengar angin yang bertiup. "Apa yang terjadi di sini? Apa yang terjadi selama kita berada di dunia itu?" tanyaku dengan kebingungan. Hal pertama yang sesungguhnya aku pikirkan adalah mencari Lokiy dan Tohr, tetapi tubuhku tidak bisa bergerak maju dan ingin segera lari dari tempat itu. Oleh karena itu, aku langsung memegang erat tangan Enity dan segera melarikan diri dari kerajaan Rahi kembali ke tempat tinggal kami di kerajaan Khai. Aku melarikan diri bukan karena tidak adanya orang satu pun atau karena tidak ada tanda-tanda kehidupan. Akan tetapi, aku merasakan hal yang lain di tempat itu. Aku merasakan ada sesuatu yang menarik jiwaku ke dalam dan jika aku mengikutinya, aku pasti tidak akan dapat kembali lagi. Sambil berlari dari kerajaan Rahi, Enity terus bertanya dengan suara nyaring "kakak kenapa? Apa yang terjadi?" Aku hanya memberikan respons diam kepada Enity, karena aku juga sendiri tidak mengerti apa yang terjadi. Sampai di pintu istana, kami bertemu dengan salah satu pelayan kerajaan bernama Darga. Darga adalah pelayan kerajaan yang sangat setia kepada ayah dan seluruh kerajaan. "Tuan muda dan tuan putri, kenapa kalian berada di luar? Apa yang terjadi?" tanya Darga dengan sedikit panik. "*huff* *huff* *huff* itu…kerajaan…Rahi…orang-orangnya…*huff* MENGHILANG!" kataku sambil mengeluarkan nafas yang tidak wajar karena berlari dari kerajaan Rahi sampai kerajaan Khai yang sangat jauh. "….akhirnya kalian mengetahuinya ya," kata Darga dengan nada yang penuh kekecewaan. "Baiklah tuan muda dan tuan putri, kalian duduk dulu di sana dan saya akan membawakan susu untuk kalian….setelah itu saya akan menceritakan semuanya. Aku dan Enity duduk di tempat duduk yang ada dan menunggu dengan kelelahan setelah berlari dalam jarak yang sangat jauh. Aku juga terkejut kalau aku dapat berlari selama dan sejauh itu tanpa jatuh, tapi di sisi lain Enity terlihat sangat lelah dibandingkan aku. Darga membawa susu hangat bagiku dan Enity dan kami meminum susu hangat tersebut secara perlahan. Darga sudah duduk di samping kami dan sudah siap menceritakan sesuatu yang selama ini dirahasiakan kepada kami. Darga menceritakan kepada kami, peristiwa yang terjadi setelah aku dan Enity keluar dari kerajaan dan menjelajahi hutan. Darga mengatakan bahwa pihak kerajaan Khai tidak mengetahui sepenuhnya apa yang terjadi, karena peristiwa itu terjadi secara tiba-tiba. "Saya dan ayah kalian sedang bercerita di di kamarnya sambil melihat kerajaan Rahi dari kejauhan, dan tiba-tiba kami mendengar suara gemuruh yang besar…kami melihat makhluk itu…makhluk yang namanya sebenarnya merupakan tabu untuk diucapkan" kata Darga dengan suara yang lemah. "Makhluk itu? Tabu? Apa yang kau bicarakan, Darga? tanyaku penasaran kepada Darga. "......" Darga diam dengan waktu yang cukup panjang kemudian berkata, "Gradiora…makhluk mitologi yang lahir dari Purgatory." Aku merasakan suasana yang berat ketika mendengar nama itu, "Gradiora? Purgatory?" Selanjutnya Darga berkata, "Gradiora adalah makhluk yang memiliki tubuh seperti singa, ekor berbentuk ular dengan tiga kepala naga dan sayap rajawali, sebagian orang pada zaman dulu menyebutnya sebagai Raja Chimera. Purgatory adalah bagian terluar dari neraka dan merupakan pintu masuk menuju bagian dalam neraka, dan Gradiora adalah salah satu dari beberapa makhluk yang berjaga di pintu masuk neraka tersebut." Enity yang selama ini diam akhirnya berkata, "Darga, apa yang terjadi dengan Lokiy dan Tohr?" Kami datang di kerajaan Rahi dan menemukan tidak adanya tanda-tanda kehidupan, tapi anehnya adalah tidak ada rumah atau properti yang hancur. "Kalian pasti juga bertanya, mengapa tidak ada bangunan yang hancur tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan orang…jawabannya adalah Gradiora bukan merupakan makhluk penghancur tapi dia mengambil semua kekuatan kehidupan dan dibawanya ke Purgatory. Saya dan ayah kalian dengan cepat menuju kerajaan Rahi, tapi sudah terlambat…" Setelah mendengar cerita dari Darga, aku teringat ayah, "ayah bagaimana? Dia pergi ke mana? Dia bilang ingin bertemu dengan Odiyn! Jangan bilang maksudnya adalah…." Darga menunduk dan tidak melihat kami, hal itu menunjukkan bahwa Darga tahu tujuan ayah keluar dari kerajaan. "Hal yang bisa aku ceritakan hanya sampai di sini," Darga berkata dan langsung pergi meninggalkan kami. Sekarang aku dan Enity menyadari bahwa hal buruk sedang terjadi dan ayah pasti ingin berbuat sesuatu terhadap hal itu sendirian.