Part 1 "First Sense"
Setelah cukup lama waktu berlalu, kaki kami akhirnya sampai menyentuh dasar. Aku sendiri tidak mengerti apakah itu dapat disebut sebagai "dasar", tapi setidaknya kami dapat kembali berjalan setelah lama berdiam diri dalam bola sihir. "hm?" aku melihat Lidex tiba-tiba terdiam. "Semuanya….tetap berada di posisi masing-masing….dan jangan keluarkan suara sedikit pun…." Lidex mengatakan ini dengan suara yang sangat kecil kepada kami semua. Di saat itu, aku melihat wajah Vermillione yang seperti memancarkan perasaan sedih, aku memutuskan untuk menanyakannya tapi tidak sempat dikarenakan, *tap* *tap* *tap* *tap* --- *thump* *thump* kami menyadari beberapa langkah kecil yang terdengar seperti sedang berlari kemudian diikuti dengan satu per satu langkah besar yang sampai membuat tubuh kami ikut bergetar. Kami menunduk, bersembunyi di belakang bebatuan besar menunggu suara-suara tersebut lewat. Beberapa saat berlalu, kami semakin bisa mendengar suara-suara tersebut. "Kelihatannya, mereka semakin mendekat…" kata Vermillione. Aku dan Enity mengintip di antara celah kecil bebatuan lalu melihat dua sosok yang menurut kami tidak asing lagi. "Lokiy…" bisik aku, "Tohr?" bisik Enity. "Lokiy dan Enity? Mereka sepertinya sedang dikejar-kejar" kataku kepada Lidex. "Kalau mereka dikejar-kejar di tempat seperti ini dengan adanya suara langkah kaki yang besar, berarti tidak salah lagi makhluk itu ada….Gradiora!" kata Lidex. Aku, Enity dan Darga seketika terkejut mendengar nama tersebut. "Gradiora? Makhluk yang menghilangkan seluruh penduduk kerajaan Rahi…." Setelah beberapa saat kami terdiam, "….kita harus menyelamatkan mereka!" kata Enity. "*sigh* ya tujuan kita datang ke sini memang juga untuk menyelamatkan mereka" kata Lidex. "Ya benar, ayo kita selamatkan mereka" aku berseru dengan semangat. Kami melihat makhluk raksasa yang memiliki tubuh seperti singa, ekor berbentuk ular dengan tiga kepala naga dan sayap rajawali, atau yang disebut sebagai Raja Chimera. Kami menunggu makhluk itu sedikit lebih mendekat, sedangkan Vermillione menggunakan sihir teleportasi untuk memindahkan Lokiy dan Tohr ke area di mana kami berada. *prack* Lokiy dan Tohr seketika berada di antara Scarx dan Stav "…apa yang terjadi?" tanya Lokiy dengan masih cukup kebingungan. "…Enral? Enity?" Tohr terlebih dahulu menyadari kami. Enity langsung menghampiri Lokiy dan Tohr lalu memeluk mereka dan berkata "Lokiy, Tohr, ternyata kalian masih selamat…syukurlah" dan aku juga mengikuti dari belakangnya. "Mereka siapa?" tanya Lokiy. "Ini belum waktunya untuk terlalu senang dan banya bertanya, kita harus mencari cara untuk lari dari Gradiora!" kata Darga dengan tegas. "Sayangnya…kita tidak bisa lari dari Gradiora karena tempat ini adalah taman bermainnya" kata Lidex dengan nada yang terdengan putus asa. "Jadi maksud kau adalah kita harus melawannya di sini?" balas Darga. Lidex memalingkan wajahnya kepada kami dan menatap Darga, "kau sendiri mengatakannya…." Ini adalah kondisi yang belum terbayangkan sebelumnya, di mana kami harus melawan makhluk yang berhasil melahap seluruh warga kerajaan Rahi, yaitu Gradiora. "Di sini biar aku yang mengurusnya…" kata suara lembut yang berasal dari belakang kami yaitu Vermillione. "Ratu, apa yang anda bicarakan?" tanya Scarx dengan gentar sambil Stav juga kelihatan kebingungan. Sambil kami kebingungan, kami merasakan getaran yang diakibatkan Gradiora semakin besar yang tandanya makhluk tersebut semakin dekat dengan posisi kami. "Scarx, Stav, kalian lindungi keempat anak ini ya….dan pastikan mereka bertemu dengan ayah mereka, aku pasti akan menyusul kalian" Vermillione berkata demikian lalu melihat Lidex dan memunculkan wajah senyum. "Kau selalu saja mau bertindak seperti mengorbankan diri untuk orang lain…" kata Lidex dengan nada yang sedikit kecewa tapi terlihat nostalgia, "hm, aku hanya ingin mencuri kesempatan untuk bersinar…itu saja", "…jawaban yang sama lagi…" terjadi sedikit percakapan di antara Lidex dan Vermillione. Ini mungkin yang pertama kali terjadi sejak aku melihat mereka bertemu. Kami merasa bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi di antara Lidex dan Vermillione. Setelah itu, kami bergegas meninggalkan Vermillione sambil melihat Gradiora semakin mendekat dan melihat dirinya. "Aku tidak sempat menanyakannya…" aku berbisik kecil kepada diriku sendiri. "Hm? Menanyakan apa kak?" tanya Enity yang ada di sampingku dan terdengar bisikan kecil tersebut. Aku hanya menggelengkan kepala, memegang pundak Enity sambil terus berlari tanpa mengeluarkan perkataan apa pun. Dengan kami yang sudah cukup jauh, kami masih bisa merasakan getaran akibat langkah dari Gradiora. Vermillione berdiri lalu tiba-tiba cahaya terang meliputi sehingga kami tidak dapat melihatnya lagi. "Cahaya itu…." aku menyadari Scarx bersuara kecil seperti itu. "Kalian tenang saja, Vermillione itu Druid yang sangat hebat" kata Lidex kepadaku dan Enity "tapi aku masih sulit memahami jalan pikirannya sampai sekarang" lanjut Enity. Meskipun dalam berbagai kecemasan, kami meninggalkan Vermillione kemudian tetap melanjutkan perjalanan untuk mencari dan menyelamatkan ayah kami, Rakh dan Odiyn.
Part 2 "Reunion of Wings"
("Vermillione, ayo ke sini…." ada suara yang sangat lembut memanggilku. "Iya ibu, ada apa?" jawabku kepada orang yang adalah ibuku. "Mulai hari ini, kamu akan mempunyai teman baru!" sambil mengatakan demikian, aku mendekat ibuku lalu melihat ada makhluk kecil yang dibalik tubuh darinya. Mataku mulai bersinar ketika melihat makhluk kecil tersebut. "Ini adalah teman barumu…" kata ibuku dengan lembut sambil mengangkat makhluk tersebut. Makhluk kecil seperti singa berwarna putih dengan mata dan ekor berwarna biru yang lebih panjang dari tubuhnya sendiri. Di saat itu, aku memahami bahwa makhluk itu disebut sebagai Galleon atau singa jantan langka yang hanya ada satu di dunia Druid maupun manusia. Sambil penuh kegirangan yang terlihat dari mataku, "bagaimana kalau kamu memberikannya nama? Galleon itu hanya nama makhluknya, jadi perlu ada nama khusus" kata ibuku. Aku sambil bermain-main dengan Galleon tersebut, "hmmmm….bagaimana kalau Gannon?" Ibuku mendengar lalu tersenyum menjawab sambil tersenyum padaku "Gannon…putih bercahaya, *nod* nama yang bagus!" Gannon adalah teman pertamaku seumur hidup. "Terima kasih ibu!" aku mengatakan ini dan memeluk ibuku. Kami bertiga sering bermain bersama, aku dan Gannon berpetualang bersama di dunia Druid dan juga pernah beberapa kali keluar ke dunia manusia meskipun sudah diingatkan untuk berhati-hati jika berada di dunia manusia. Ibuku sering memarahi kami oleh karena kami keluar ke dunia manusia tanpa izin. Semakin lama, aku bertambah dewasa, Gannon juga terlihat semakin dewasa dengan tubuhnya yang semakin besar dan ternyata Gannon juga bisa menumbuhkan sayap untuk terbang. Aku sering naik di punggungnya lalu terbang bersamanya. Beberapa kali Gannon melindungiku dari serangan makhluk-makhluk jahat. Itu adalah masa-masa terindah dalam kehidupanku. Namun, itu tidak aku alami lagi ketika terjadi peperangan besar antara Holy Knights melawan Purgatory. Ibuku pergi berperang, aku dan Gannon melarikan diri karena sampai dunia Druid diserang. Pasukan Druid dikalahkan dengan mudah, ibuku menghilang dan Gannon diculik oleh pasukan dari Purgatory, tapi aku berhasil diselamatkan oleh seorang gadis misterius yang bernama Lidex. Selama berhari-hari, itu adalah masa yang paling kelam dalam kehidupanku, aku menangis dengan sekuat tenagaku karena kehilangan tempat tinggal dan dua sosok yang berharga dalam kehidupanku) "Seiring berjalan waktu, dengan bantuan Lidex, aku menjadi lebih tenang, dunia Druid dapat diperbaiki kembali dan semua yang berhasil melarikan diri ketika perang tersebut, dan Lidex diangkat sebagai ratu kedua dunia Druid sebagai wujud terima kasih sekaligus mengisi kekosongan yang ada di takhta sambil menungguku lebih dewasa lagi untuk menjadi ratu Druid. Hahaha, aku harus menunggu lebih dari 100 tahun sampai aku menjadi ratu Druid" aku sambil menutup mata dan mengingat kembali peristiwa yang terjadi sekitar 1000 tahun yang lalu. "Aku tidak menyangka pertemuan kita setelah 1000 tahun akan seperti ini, Gannon!" Aku tidak tahu apa yang Purgatory lakukan, tapi aku bisa merasakan dan mengetahui bahwa Raja Chimera yang menjaga Purgatory adalah teman pertamaku yang diculik, Gannon. Aku melihat Gannon, bukan, Gradiora mendekat kepadaku. "Sudah lama kita tidak bermain bersama, bagaimana kalau kita bermain di sini sekarang, tapi ini mungkin akan sedikit berbeda karena nyawa kita mungkin akan jadi pertaruhannya…." setelah berkata itu, dengan sedikit gemetar aku melipat tanganku, mengumpulkan energy sihir lalu menyerukan "Fairy Spica!" *pyuu* *woosh* Aku menggunakan sihir yang dapat melindungi yang di dalam dari pengaruh luar apa pun. Sekarang, sekelilingku diselimuti oleh cahaya dan di dalamnya hanya ada aku dan Gradiora. "Permainan sudah dimulai, Gannon!" aku mengatakan ini sambil tersenyum kecil.
Part 3 "Wings of Farewell"
*hissss* *hissss* ekor berbentuk ular dari Gradiora mulai menyerangku. Aku menghindar dari serangan tersebut. "Wooow hati-hati…ekor kamu sekarang terlihat sangat berbahaya!" Aku melihat ada cairan yang keluar dari mulut ekornya yang terlihat seperti racun yang sangat mematikan. Dari kejauhan, aku sudah dapat mencium bau dari racun tersebut, dan aku berpikir bahwa tidak ada manusia yang dapat bertahan hidup walaupun hanya mencium bau dari racun tersebut. "Ooooh kamu ingin bermain dengan ekormu terlebih dahulu ya, Gannon! Untung saja aku memiliki ketahanan terhadap segala jenis racun, meskipun racun tersebut belum diketahui siapa pun" sambil berkata demikian, aku langsung mengaktifkan lingkaran sihir di kedua tanganku lalu menyerukan "Fairy Whip!" *tash* *tash* *whoosh* aku mengaitkan kedua cambuk yang aku pegang ke ekor dari Gradiora lalu membalikkan tubuhnya sampai terjatuh. Kelihatannya, aku berhasil membalasnya. ("Gannon! *waaf* *waaf* *lick* *lick* hey, berhenti menjilatku, tubuh kamu sudah besar jadi harus hati-hati! *praack* Aku terjatuh dengan posisi tubuh yang terbalik. Awalnya aku bingung dengan apa yang terjadi. "Kamu berani melawanku ya…sini kamu, Gannon!" Aku mengejar Gannon untuk membalas apa yang telah dia perbuat. Kenyataannya, aku tetap saja tidak bisa menggulingkan tubuhnya yang berat tersebut). Walaupun sudah terguling, Gradiora berhasil bangkit kembali dan mulai terbang. "Hooo, sekarang kita akan main sambil terbang ya…" Aku mengeluarkan sayapku lalu terbang mendekat kepada Gradiora. Kedua sayap Gradiora seperti rajawali yang berwarna cokelat gelap memunculkan dua lingkaran sihir. "Hah? Sekarang kamu sudah bisa menggunakan sihir? Keren!" seruku dengan penuh semangat. Dari lingkaran sihirnya tidak keluar serangan apa pun. Di situ aku menyadari bahwa di belakangku terdapat dua lubang hitam yang mulai menarikku masuk ke dalamnya. "Heeeh…lubang hitam ya….kalau kita masih ada di Purgatory, aku pasti akan langsung terhisap, tapi ini bukan lagi taman bermainmu!" *click* Aku menjetikkan jari lalu tiba-tiba kedua lubang hitam tersebut langsung lenyap. "Sihir kegelapan di dalam Fairy Spica itu tidak berguna…." Gradiora terlihat sangat marah lalu langsung mengejarku. "Hahaha, sekarang kamu mengejarku ya, Gannon! Berarti kita bermain kejar-kejaran!" dengan sayapku, aku langsung terbang menjauh dari Gradiora. Fairy Spica adalah sebuah ruang yang tidak ada batasnya, dengan begitu kami dapat melakukan kejar-kejaran sampai kapan pun. Sambil Gradiora mengejarku, tangannya yang bercakar mulai menggapaiku dan *twing* "kamu pikir aku akan tertangkap dengan mudah lagi? Ayo kita kembali ke bawah…" aku berkata demikian kepada Gradiora lalu aku mengucapkan suatu sihir "Faigrity!" Tubuh dari Gradiora terlihat sangat berat dan terjatuh sehingga tidak memungkinkan lagi baginya untuk terbang. Sihir ini memusatkan gravitasi pada satu titik dan tidak bisa dimatikan oleh siapa pun kecuali oleh ratu Druid. Faigrity adalah salah satu sihir turun temurun dari para ratu Druid. "Ini pertama kali aku mendapat kesempatan menggunakannya, tapi ini terlihat sangat efektif" kataku dengan sedikit kebanggaan. (*sling* *sling* "hahaha kamu tidak bisa menangkapku sekarang, Gannon! Ini adalah "Flash Step" sihir yang aku belajar dari ibu, dan meskipun itu kamu, pasti tidak dapat menangkapku!" *prak* "hah? Gannon, kenapa kamu bisa ada di belakangku? *lick* *lick* hey berhenti menjilatku hihihi itu geli!!!!" Gannon mengunci pergerakanku selama beberapa menit. "ha ha ha….kamu hebat juga bermain kejar-kejaran, Gannon" Setelah berkali-kali bermain kejar-kejaran, Gannon selalu mendapatkan titik butaku dan berhasil menangkapku. Meskipun sudah menggunakan Flash Step, aku tetap tidak bisa menangkap Gannon. "Kenapa kamu susah sekali ditangkap???" aku bertanya dengan nada yang sangat kesal, tapi Gannon hanya membalasnya dengan senyum sambil mengeluarkan lidah. "Kamu ini singa tapi terlihat mirip seperti anjing ya…") "Akhirnya sekarang, aku berhasil menangkapmu, Gannon! Meskipun yang sekarang bukan dengan jilatan, tapi mungkin dengan yang lebih sakit…maafkan aku…" Aku berkata demikian dengan sedikit bangga tapi aku menyadari bahwa wajahku pasti memancarkan aura kesedihan di baliknya. Setelah itu, aku melepaskan Gradiora dari Faigrity. Ketika aku sedikit menjauh darinya, ketiga kepala naga dari Gradiora mulai mengaum dengan sangat kuat, dan seperti mulai menghisapku ke arahnya, "Gannon….kau…." aku berbisik kecil. Di depan setiap mulutnya, muncul lubang hitam dan di belakangku tiba-tiba muncul tiga lubang hitam. "Apa dia ingin menyerang dengan nafasnya menggunakan lubang hitam?" tanyaku ketika melihat fenomena ini. Aku juga berpikir, ini juga adalah cara yang sama digunakannya ketika akan menghilangkan seluruh kerajaan Rahi yaitu dengan menciptakan lubang hitam di dua area yang berbeda lalu menghisap semuanya dan memindahkan pada suatu tempat. "Aku penasaran bagaimana cara Lokiy dan Tohr melarikan diri…" sambil berpikir demikian, aku langsung menciptakan tiga lingkaran sihir di belakangku dan akan menyerang balik kepada Gradiora. *pyussh* serangan nafas dari Gradiora masuk dalam semua lubang hitam, tapi *pwossh* "Judgment!" Aku mengeluarkan serangan api dengan tiga warna yaitu merah, biru dan kuning. "Aku tahu walaupun dalanm wujud itu, kamu sebenarnya tetap ingin bersamaku, karena setiap seranganmu itu seperti ingin menarikku pada pelukanmu….terima ini, Gannon! Terimalah warna-warna kesukaanmu ini sebagai gantinya!" (Aku dan Gannon sedang berjalan dalam hutan Druid lalu menemukan padang bunga yang memiliki berbagai macam warna. "Oh benar juga, Gannon! Kamu cari tiga warna favoritmu di antara semua bunga ini lalu bawa kepadaku." Setelah menunggu, Gannon datang membawa bunga berwarna merah, biru dan kuning. Ketiga warna itu adalah kesukaan dari Gannon sekaligus warna kesukaanku. "Wah, warna-warna favorit kita sama!") Oleh karena itu, pakaianku sekarang memiliki warna putih sebagai wujud dari kaum Druid, serta merah, biru dan kuning sebagai warna favoritku dan Gannon. Setelah menerima seranganku, Gradiora terjatuh dan tidak menunjukkan tanda-tanda untuk menyerang lagi, tapi Gradiora masih hidup dan memiliki kesadaran. Di saat itu, aku tiba-tiba teringat dengan peristiwa Gannon diculik oleh pasukan Purgatory sampai aku dapat melihat bayang-bayang Gannon dari Gradiora. Aku menyentuh wajah Gradiora yang sangat besar itu lalu berkata "maafkan aku ya Gannon, karena tidak dapat melindungimu…" Tiba-tiba dari Gradiora muncul suara seperti sedang kesedihan ingin menangis "ngghhh…." Jika aku menggunakan itu, berarti Gannon juga akan menghilang, tapi kalau tidak menggunakannya, Gradiora akan terus menerus meneror teman-temanku. "Ini saatnya Gannon, permainan kita akan segera berakhir." Setelah berkata demikian, aku berjalan mundur sedikit menjauh dari Gradiora. Aku melipat kedua tanganku, lalu mengucapkan "Fairy Jure…." Fairy Spica sedikit demi sedikit mulai mengecil dan menghilang karena aku mengumpulkan energinya dalam lipatan kedua tanganku. Kemudian, aku melanjutkan dengan kata terakhir "aktifkan!" Dengan ini, Gradiora dapat dibasmi dan Gannon dapat istirahat dengan tenang. Dalam pemikiran seperti itu, aku terdiam melihat Gradiora yang darinya sedikit demi sedikit terlihat sosok Gannon. "Gannon….*ngff* *ngff*" Aku tidak menyadari bahwa air mata yang banyak mulai berjatuhan dari mataku. "Terima kasih karena telah bermain denganku untuk terakhir kalinya, Vermiliione…." Aku mendengar suara dari Gradiora tapi itu adalah suara dari Gannon. "*ngff* ternyata kamu bisa berbicara, Gannon…kenapa kamu *ngff* baru berbicara sekarang?" Aku tersenyum, "iya…hari ini aku sangat senang *ngff* aku sangat ingin bermain denganmu lagi, Gannon! *ngff*" Gannon menjawab "aku juga…." Gannon tersenyum lalu semua menghilang meninggalkan ratusan bahkan ribuan cahaya kecil….tapi hanya ada aku sendirian di tempat itu. "Hwaaaaahhh!!!!!!!! *ngff* hwaaaah!!!!" Aku menangis dengan sangat kuat sambal menutup wajah dengan kedua tanganku dalam waktu yang cukup lama. Aku tidak tahu lagi berapa banyak air mata yang keluar pada waktu itu. Reuni yang membawa kenangan dan ironi setelah 1000 tahun terpisah. Aku kehilangan seorang sahabat yang sangat berharga dalam kehidupanku. Sampai jumpa kembali, sahabatku…
Part 4 "Atmosphere of Fate"
*Lidex* Aku menyadari sesuatu telah terjadi di belakang, dalam arti kepada Vermillione. Aku merasa ingin kembali ke sana pada Vermillione, tapi kami harus terus berjalan mencari dan menyelamatkan Rakh dan Odiyn. Sebelum itu, kami harus bertemu dengan dua orang yang sudah mendahului kami di Purgatory ini. Aku sedikit mengeluarkan wajah yang mengkerut ketika membalikkan badan melihat ke belakang. "Kamu kenapa, Lidex? Ada yang terjadi dengan Vermillone?" Enral bertanya kepadaku dengan wajah yang bingung sambil melihat juga ke arah dari mana kami berjalan, di mana Vermillione berada. Enral mungkin tidak merasakannya, tapi aku merasakannya. "Oh, tidak apa-apa...aku hanya ingin melihat apakah ada musuh yang mengikuti kita dari belakang, Vermillione itu kuat tapi aku hanya tidak mengerti kenapa dia ingin melawan Gradiora sendirian" aku memberikan jawaban yang kelihatannya menutup kebingungan Enral. "Hmm, begitu ya..." Enral merespons dengan nada yang rendah. Kemudian, kami berdua menyusul lainnya yang sudah berada cukup jauh di depan. Di situ kami menyadari, ada cahaya-cahaya kecil yang menyelimuti sekitar kami. "Cahaya apa ini?" tanya Enral. Kami semua tercengang melihat banyaknya cahaya-cahaya kecil seperti bola sihir yang berterbangan di sekeliling kami. Di antara kami, hanya ada tiga yang menyadari asal dari cahaya-cahaya itu, yaitu aku, Scarx dan Stav. Ini semua adalah sisa sihir dari Vermillione. Tapi, hanya aku yang mengerti maksud dari cahaya-cahaya tersebut. Aku berada di belakang dari lainnya, dan sambil mereka tercengang dengan pemandangan yang menyinari Purgatory, aku sedikit mengeluarkan air mata dan berbisik "...akhirnya kalian dapat mengucapkan selamat tinggal ya, Vermillione" karena aku masih mengingat bagaimana Vermillione mengalami kesedihan yang mendalam ketika pertama kali bertemu dengannya. Dalam kesedihannya itu, dia hanya mengucapkan dua kata, yaitu "Ibu dan Gannon" dan aku tidak mampu melihatnya berlama-lama dalam kondisi tersebut. "Setelah seribu tahun...penantian yang tidak sia-sia..." aku kembali berbisik. Setelah beberapa saat, aku mengeringkan air mataku dan berkata pada yang lainnya "ayo kita lanjutkan perjalanan lagi..." mendengar itu, semua langsung seperti tersadarkan kembali dari kecengangan melihat pemandangan cahaya-cahaya tersebut. Sambil dikelilingi cahaya-cahaya kecil, kami melanjutkan perjalanan kami. Dalam hati aku berbicara "kami tunggu kau, Vermillione...cepat datang kembali pada kami!"
*Unknown* "....Gradiora telah dikalahkan...sihirnya sudah tidak terdeteksi lagi" kata satu sosok bernama Zebul. "Itu tidak mungkin...." kata sosok bernama Noran. "Apakah Gradiora dikalahkan oleh Lidex?" kata sosok bernama Zekkes. "Hahaha benar kan? Zekkes paling cepat bereaksi kalau berbicara tentang Lidex!" Joker berkata sambil menunjuk ke arah Zekkes. "Aku tidak tahu, tapi aku merasakan sihir lain yang mengalahkan Gradiora, dan aku merasa familiar dengan sihir ini tapi lupa dari mana" jawab Zebul. "Bagaimana sekarang, Darking?" tanya Jerra kepada satu sosok lainnya. "...." Keheningan terjadi di antara mereka selama beberapa menit. *sneeze* "ups maafkan aku hehe" setelah bersin, Joker meminta maaf kepada yang lainnya. *crack* *crack* *crack* "hah? Ini kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Zekkes. Semua tatapan menuju pada Darking yang sedang duduk. Terlihat di sekeliling tubuhnya mengeluarkan aura gelap di tengah-tengah kegelapan. Aura yang jauh lebih gelap dari kegelapan yang menyelimuti. "Kau kenapa Darking?" tanya Zebul. "....Mereka sudah kelewatan bermain di Purgatory....saatnya menunjukkan kekejaman dari Purgatory Revengers!" kata Darking dengan penuh keseriusan dan kemarahan. "Darking akhirnya marah sejak terakhir kali seribu tahun lalu ketika perang melawan Holy Knights..." kata Noran. "Joker! Kabarkan ini kepada Walx dan Yuam, kita akan membinasakan para penyusup sekarang juga!" perintah Darking pada Joker. "Hah? Oh oke baiklah!" Joker menurutinya dan langsung menuju ke tempat Walx dan Yuam. "Pertempuran besar akan terjadi di Purgatory ini..." kata Darking. Mendengar itu semua, Zekkes, Noran, Zebul dan Jerra seperti ketakutan melihat Darking tapi juga tersenyum.
*Unknown* "Di mana mereka berdua?" kata satu sosok pertama yang adalah laki-laki. "Aku juga tidak tahu, apakah mereka ditangkap, atau jangan-jangan..." sebelum sosok kedua yang adalah perempuan tersebut menyelesaikan perkataannya, langsung dipotong oleh sosok sebelumnya "tidak! Itu tidak mungkin, Rakh dan Odiyn itu kuat, mereka juga bagian dari Holy Knights, tidak mungkin dikalahkan kalau tidak dengan cara kotor seperti Gradiora". *crack* *crack* "tanahnya bergetar" kata sang laki-laki. "Apa yang terjadi? Tunggu...aku merasakan tekanan sihir yang mengerikan, masih jauh tapi sudah sangat terasa..." kata sang perempuan. "Iya, aku juga, kelihatannya mereka sudah mulai bergerak..." dibalas sang laki-laki. "Bagaimana mereka yang di belakang kita?" tanya sang perempuan. Kemudian, sang laki-laki menegaskan beberapa hal terhadap sang perempuan "mereka pasti baik-baik saja...ada Lidex dan Vermillione bersama mereka, sekarang kita juga harus cepat menemukan Rakh dan Odiyn!"
*Enral* "Apakah Vermillione baik-baik saja?" tanya Enity kepadaku. "Vermillione pasti baik-baik saja" jawab Scarx "karena dia juga adalah ratu Druid" dilanjutkan oleh Stav. "Enity, Vermillione pasti akan kembali pada kita, dan kita akan menyelamatkan ayah, kau tidak perlu khawatir, kakak juga ada di sini bersama yang lain..." aku berkata demikian pada Enity sambil mengusap kepalanya secara perlahan. "Enral, di mana kalian bertemu dengan mereka semua ini?" tanya Lokiy yang sedang berada di atas pundak Scarx. "Ceritanya panjang, intinya Lidex adalah penjaga perpustakaan kerajaan Khai, Darga salah satu pelayan kerajaan, Vermillione yang tadi adalah ratu Druid, dan Scarx dan Stav adalah teman-temannya" jawabku. "Druid?" Lokiy bingung, "aku pernah baca di salah satu buku, Druid itu adalah makhluk yang tinggal dalam dimensi lain yang ada di dekat manusia, dan pintu masuk dunia mereka itu ada di hutan tapi selalu berpindah-pindah" jawab Tohr. "Kau tahu banyak juga ya, Tohr. Berarti kalian berhasil masuk dalam dimensi di mana Druid berada?" tanya Lokiy padaku dan Enity. "Ya bisa dibilang seperti itu" jawabku. Sambil kami berbincang, tiba-tiba *crack* *crack* dan tanah mulai bergetar dengan kuat. Enity terjatuh lalu aku melindunginya, Scarx dan Stav cukup bertahan dalam getaran sehingga Lokiy dan Tohr tidak jatuh. Lidex sendiri tidak terpengaruh dan masih dapat berjalan dengan santai, "mereka mulai bergerak, Purgatory Revengers!" kata Lidex. Kami mendengar Lidex dan hanya dapat terdiam, tapi kami tahu bahaya yang sesungguhnya sudah semakin dekat.