Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 119 - Kenapa dia lama menghilang?

Chapter 119 - Kenapa dia lama menghilang?

"Aku bisa memiliki pekerjaan lain sementara kau, bukankah kau memimpikan posisi ini sejak kita kecil? Kau menyia-nyiakan kerja kerasmu" balas Yeon-Seok kecewa berat.

"Ini adalah pilihanku"

"Maka jangan lanjutkan. Sungguh Kak. Aku sungguh tidak masalah dengan keputusan Raja. Aku pun memahami setiap tindakkannya terhadapku. Ini adalah pertarunganku jadi jangan pernah ikut campur"

"Maksudmu?"

"Yang Mulia pikir Ah-In akan berhenti mencintai Yeon-Seok karena telah kehilangan pekerjaannya. Maka kita lihat saja apa keinginan Yang Mulia terwujud, atau tidak" jawab Yeon-Seok menerawang langit yang biru.

"Lalu apa rencanamu selanjutnya?" tanya Hyun-Jae menoleh ke arah Adiknya.

"Kau bisa membantuku karena itu, jangan mengundurkan diri" tegas Yeon-Seok percaya diri.

Tiba-tiba seseorang datang ke arah mereka tergopoh-gopoh.

"Ini perintah Kerajaan. Panglima Utama Hyun-Jae tidak boleh mengundurkan diri. Jika Anda bersi keras mengundurkan diri, akan ada biaya kompensasi setara dengan harga 300 kuda. Dan Tuan Yeon-Seok akan dijatuhi hukuman 100 kali cambuk" Kata Kasim secara langsung, membawa surat perintah Kerajaan.

"Anak kecil itu ck," gumam Hyun-Jae frustasi.

"Katakan pada Yang Mulia, Panglima kesayangannya tidak akan mengundurkan diri" jawab Yeon-Seok terkekeh sambil memijat asal kedua bahu Hyun-Jae yang tidak terasa pegal sama sekali.

Begitu Kasim mengundurkan diri, Hyun-Jae memukul telak lengan Yeon-Seok kesal.

"Cepat katakan saja kau mau apa dariku"

"Sederhana. Buatkan aku bengkel untuk menempa pedang" jawab Hiroshi menyeringai kuda.

"Pedang?!" pekik Hyun-Jae kebingungan.

"Ah, seharusnya aku tidak menuruti keinginanmu. Kau selama hidupmu hanya bisa mengibaskan pedang tidak dengan menciptakannya" desis Hyun-Jae tak percaya.

"Kau meremehkanku. Buatkan aku bengkel penempa pedang, atau aku akan mengembara entah kemana dan tak akan pulang" ancam Yeon-Seok sangat serius.

"Yah, lakukan sesukamu dengan bengkel itu" cicit Hyun-Jae tak bisa berkutik lagi.

"Kau yang terbaik" kekeh Yeon-Seok memeluk Kakaknya senang.

Kediaman Menteri Duck-Young.

Di kediaman Menteri Duck-Young, kemarahan Pria paruh baya itu sudah mencapai puncaknya. Bagaimana tidak? Putrinya Ah-In, mengutarakan pada calon Suaminya bahwa dia tengah dimabuk asmara dengan Pria lain.

Mau ditaruh mana, wajahnya ketika harus memenuhi panggilan Rajanya kali ini.

"Aku memberi kelonggaran padamu agar kau mau menerima calon Suamimu! Kalau aku tahu akan seperti ini jadinya, aku tidak akan melibatkan Yeon-Seok!" marahnya pada Ah-In.

"Ayah... sedari dulu Ah-In selalu mengatakan hati ini tertutup untuknya. Maka sampai kapan pun akan tertutup" Ah-In bersi keras.

"Mulai sekarang, kau!! Tidak akan pergi kemana-mana. Tetap di dalam kamarmu!! Dan renungkan kesalahanmu!!" teriak Ayahnya makin naik pitam dibuatnya.

"Kenapa Ayah terus menghalangi hubunganku dengan Yeon-Seok? Sampai kapan Ah-In harus menunggu Ayah mau merestuiku dengannya?!" teriak Ah-In menangis histeris.

"Yeon-Seok bukan anak sah dari Ayahnya. Sampai kapan pun tidak akan kuserahkan Putriku dengan Pria seperti itu" geram sang Ayah, sambil memberi isyarat pada para Pengawalnya untuk menyeret Gadis itu masuk ke kamarnya.

Hari berganti hari, bulan pun berganti bulan. Hiroshi sibuk dengan bengkel penempa pedang miliknya. Seperti di tempat asalnya, wajah rupawannya menarik perhatian para Gadis hingga janda sekali pun. Mereka datang silih berganti untuk menggoda Pria muda ini tapi yah, mungkin dirinya memang diciptakan sekeras batu karang, kalau membicarakan soal godaan Wanita.

Dan sedingin es, jika membicarakan soal cara bicaranya dengan para Gadis dihadapannya.

"Seharusnya kau sudah pergi ke alam baka. Untuk apa kau terus mengganggu kehidupan manusia yang masih hidup?!" tegur seorang Pria berpakaian biru muda, pada Yeon-Seok asli ketika ketahuan sedang mengintai Hiroshi yang sibuk bekerja.

Yeon-Seok asli langsung menyadari yang sedang mengajaknya bicara kali ini tidak lain adalah sang Dewa. Hantu yang panik itu berniat kabur tapi entah kenapa, ia tak bisa bergerak satu inci pun?!

"Aku masih banyak urusan!" pekik Yeon-Seok asli berusaha melawan tapi tetap tanpa daya.

"Ah-In bukan lagi urusanmu. Pergilah dalam damai" jawab sang Dewa, membuka satu tangan kirinya, dan Yeon-Seok asli pun tersedot ke dalamnya.

"Kau sudah membereskan gangguan kecil kita?" tanya Dewa lainnya yang tiba-tiba ada disamping Dewa berbaju biru.

"Sekarang biarkan Hiroshi menyadari perasaan sesungguhnya terhadap Ah-In" senyuman tipis itu melengkung indah di wajah Dewa tampan tersebut

Hiroshi tampak sangat sibuk dengan banyaknya pesanan dari para Menteri bahkan bangsawan.

Tampaknya ia harus membayar beberapa pekerja untuk membantu kinerjanya.

Kediama Panglima Hyun-Jae.

Di kediaman Panglima Hyun-Jae, terlihat Hiroshi berbaring di atas dipan, menatap birunya langit. Beberapa kali Hiroshi melangkahkan kaki ke Taman, tapi tak kunjung ia menemukan sosok Ah-In. Suara bising Gadis itu mungkin kini menjadi suatu keharusan untuk didengarnya setiap hari.

"Kenapa dia lama menghilang? Apa dia sakit? Jangan-jangan karena aku di bebas tugaskan lalu terjadi sesuatu dengannya?" gumam Hiroshi penasaran.

"Kalau kau ingin tahu keadaannya, kenapa kau tidak menemuinya saja?" terdengar suara Heo Dipyo, yang entah sejak kapan berada di halaman rumahnya.

"Dia tidak ada di Taman beberapa bulan ini" desis Yeon-Seok tak berkutik.

"Datangi Kediamannya. Kau sudah pernah kesana bukan?"

"Apa aku gila? Di sana ada Ayahnya"

"Kenapa? Kau takut? Seorang ahli pedang sekaligus pandai besi...takut pada calon Mertuanya?" kekeh Heo Dipyo menimpali.

"Aku akan mempersulitnya lebih dari sebelumnya"

"Jika takdir kalian bersama, maka tidak akan ada yang bisa memisahkan kalian. Kenapa harus takut dengan rintangan? Padahal rintangan itu adalah ujian sekaligus penguat hubungan kalian" nasihat Heo Dipyo menepuk bahu Yeon-Seok.

"Kau kemari tidak mungkin mencari Hyun-Jae. Ada apa kau datang kemari?"

"Aku ingin kau menjadi salah satu pasukan khususku. Aku membutuhkan keterampilanmu untuk menjaga perbatasan. Raja tidak akan dapat menyentuhmu karena kau, di bawah kuasaku." Tegas Heo Dipyo.

Tentu saja. Heo Dipyo adalah Menteri yang dengan bebas bisa merekrut siapa pun tanpa campur tangan Raja. Berbeda dengan Hyun-Jae, yang bekerja di bawah pengawasan Raja.

"Aku sudah nyaman dengan profesiku sekarang"

"Kau yakin, tidak ingin bergabung dengan Heo Dipyo? Meski pun kau tahu ada kesempatan besar untukmu bisa dengan leluasa menemui Ah-In?" tiba-tiba suara Hyun-Jae kini terdengar tepat di pintu masuk kediamannya sendiri.