Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 118 - Seketika bola mata Hiroshi seolah akan lepas dari tempatnya.

Chapter 118 - Seketika bola mata Hiroshi seolah akan lepas dari tempatnya.

Semilir angin berhembus menerpa wajah sang Raja. Lukisannya nampak seolah hidup. Bukan karena keindahan alam yang ia torehkan di dalamnya, tapi karena...sosok yang diam-diam menyelinap dalam hati dan pikirannya. Tak jemu ia memandang sosok Ah-In yang sedang memainkan alat musiknya sambil bernyanyi dalam lukisannya.

Pikirannya menerawang entah kemana, sambil menantikan Ah-In datang menemuinya kembali. Tapi...apakah menjenguk teman yang sakit akan selama ini?

"Tae-Young"

"Ya, Yang Mulia"

"Bagaimana keadaan Prajurit yang pingsan tadi?"

"Terakhir hamba dengar belum siuman Yang Mulia"

"Jadi itu kenapa dia belum kembali dari tadi? Sebegitu pentingkah orang itu untuknya?" gumam sang Raja mulai resah.

"...." tatapan penuh tanda tanya dilayangkan Tae-Young langsung pada Rajanya.

"Lupakan saja. Bawa aku ke tempatnya dirawat" kata Raja lalu bangkit dari duduknya.

Ia melangkah terburu-buru diiringi para Prajurit menuju penginapan.

"Yang Mulia, ada yang Anda perlukan disini?" tanya Hyun-Jae terkejut melihat Rajanya sudah berdiri di depan pintu penginapan.

"Bagaimana keadaan Adikmu?"

"Ah, itu. Terima kasih perhatiannya Yang Mulia. Jika Adik saya sudah siuman, akan hamba bawa menghadap pada Anda. Sementara itu...."

"Ku dengar Ah-In menjenguknya dan dia belum juga kembali menemuiku" potong Raja menatap penuh selidik pada Panglimanya.

"Nona Ah-In sangat dekat dengan Yeon-Seok mohon maklumi reaksinya Yang Mulia" jawab Hyun-Jae mulai berkeringat dingin.

"Aku sudah mendengar kata-kata itu dua kali. Baiklah, aku akan melihat keadaan Yeon-Seok sendiri." Tegas Raja tapi Hyun-Jae menghalangi.

"Yang Mulia. Bagaimana jika kita minum teh hijau? Hawa sejuk tempat ini sangat mendukung untuk itu"

"Ada apa? Kau tidak mengizinkanku menemui Adikmu? Tapi kau membawa masuk Ah-In ke tempat Yeon-Seok?" geram Raja menatap tajam Hyun-Jae.

"Bukan itu maksud ham..." belum juga Hyun-Jae menyelesaikan kalimatnya, Raja menerobos masuk begitu saja.

"Yang Mulia Datang!!" terdengar seruan dari luar.

Jelas itu kode dari Hyun-Jae. Begitu mendengar kode Hyun-Jae, Ah-In dan Yeon-Seok berdiri menyambut kedatangan sang Raja. Tapi Yeon-Seok sempat oleng ke arah peraduannya. Dia belum benar-benar pulih dari demamnya.

Dengan sigap Ah-In menggapai lengan Yeon-Seok tapi, ia justru ikut terjatuh di atas tubuh Yeon-Seok!

"Apa perlu berteriak sekeras itu?!" bentak Raja mengeraskan otot rahangnya kesal.

Raja berdiri diambang pintu. Dan saat pintu terbuka, Raja terperanjat terkejut melihat pemandangan dihadapannya. Yeon-Seok yang duduk di ambang jendela, sedang tertawa ceria memperhatikan Ah-In yang bertingkah konyol sambil menyanyikan sebuah lagu.

Kegiatan palsu mereka berdua langsung terhenti. Yeon-Seok dan Ah-In berdiri memberi hormat pada Rajanya.

"Yang Mulia" kata Ah-In dan Yeon-Seok serempak.

"Sudah berapa lama kau siuman Yeon...Seok....?" tanya Raja merasakan percikan api cemburu.

"Baru saja Yang Mulia, lihat? Yeon-Seok sudah bisa tertawa sekarang" justru Ah-In yang menjawab dengan rasa syukur berlebihan.

Hal ini justru membuat Raja makin kesal.

"Kau sudah selesai menjenguknya?"

"Sebenarnya...hamba masih ingin mengawasi kondisinya Yang Mulia" jawab Ah-In menunduk sendu.

"Dia terlihat baik-baik saja" ketus Raja.

"Hamba tidak keberatan jika Nona Ah-In meluangkan waktu lebih banyak dengan Yang Mulia" jawab Yeon-Seok membungkuk perlahan.

"Yang Mulia, hamba menyukai Yeon-Seok" tiba-tiba Gadis itu berkata hal yang membuat seluruh orang disana tercengang.

"Ah, tidak....tidak." Ah-In menggelengkan kepala membuat Yeon-Seok yang hampir terkena serangan jantung itu menghela nafas lega.

"Maksud hamba, hamba mencintai Yeon-Seok sepenuh hati. Mohon jangan halangi hubungan kami" kata Ah-In membungkuk hormat.

Seketika bola mata Hiroshi seolah akan lepas dari tempatnya. Apa Gadis ini mulai kehilangan akal? Dia menolak Raja? Bukankah itu sebuah penghinaan bagi seorang Raja?!

"Yeon-Seok apa kau mencintainya juga?" Raja melirik penuh selidik ke kedua mata Yeon-Seok.

Tidak. Batin Hiroshi mengepalkan satu tangannya.

Nyut....

Nyuuut...

Jawaban Hiroshi membuat hatinya berdenyut nyeri.

"Ya, Yang Mulia" jawab Hiroshi menunduk. Kalau dia bilang tidak, rasa nyeri ini tidak akan hilang dalam waktu lama.

Tepatnya terpaksa mencintainya Yang Mulia kekeh Hiroshi miris dalam hatinya.

"Mulai hari ini kau, ku bebas tugaskan" tegas Raja dengan wajah merah padam.

"Yang Mulia..." keluh Ah-In merasa tindakkannya menyebabkan masalah baru bagi Yeon-Seok.

Tapi sang Raja berbalik kearah pintu, dan menoleh kearah belakang.

"Kau datang atas undanganku Ah-In. Sekarang ayo kita kembali" titah Raja lalu berjalan ke arah pintu.

"....." hampir saja Ah-In mengatakan sesuatu tapi, tatapan menusuk dari Hyun-Jae, membuatnya mengurungkan niat.

Setelah semua orang keluar dari ruangan itu, kini hanya ada Ah-In dan Yeon-Seok tak ada kata diantara keduanya.

"Yeon...."

"Ikutlah dengan Raja pulang." hanya itu ucapan Yeon-Seok.

"Aku akan berusaha membujuknya"

"Tidak. Kau tidak boleh ikut campur dalam urusan ini. Pulanglah" tegas Yeon-Seok tak mau menatap Gadis itu sekali pun.

Ah-In begitu tersiksa melihat Yeon-Seok berubah menjadi asing lagi. Jika dia bersi keras tetap berada di dekat Pria itu, Ah-In sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi kemudian. Dia memilih mengalah dan pergi dari pada Yeon-Seok, memaksakan diri pulang dalam kondisi belum sehat.

Kerajaan.

Di dalam Kerajaan, Hyun-Jae mendapatkan kabar, Yeon-Seok sudah pulang dengan selamat, diantarkan warga setempat, menggunakan kereta kuda yang biasanya mengangkut sayuran ke Ibu Kota. Ia mengangguk setelah mendapatkan informasi itu dari Tae-Mu. Dengan sigap ia melangkah menuju ruang kerja Raja. Tempat penuh kenangan bersama Ha-Neul.

"Ada apa kau kemari Hyun-Jae? Apa ini berkaitan dengan Yeon-Seok?"

"Yang Mulia. Bukankah ini tindakan, tidak benar? Jangan sangkut pautkan urusan pribadi dengan pekerjaan."

"Kau tahu apa yang dilakukan Adikmu Hyun-Jae?! Dia mengatakan langsung di depan wajahku bahwa mereka saling mencintai"

"Bagaimana aku bisa tinggal diam jika kehormatanku sebagai Raja dicoreng? Dia menyatakan cintanya pada Ah-In, tunanganku! Pertunangan, yang sudah terjalin sejak lama. Sebelum aku menduduki Tahta!"

"Anda bisa memindah tugaskan Yeon-Seok jika itu yang Anda permasalahkan. Jauhkan mereka. Bukankah itu sudah cukup, Yang Mulia?"

"Ini lebih baik dari pada ku hukum penggal. Jangan mendebat keputusanku. Kau, Panglima Utama Kerajaan ini" tegas sang Raja membuat Hyun-Jae mencengkeram erat kedua telapak tangannya.

Hyun-Jae mendekat ke meja kerja Raja, meletakkan pedang yang diberikan khusus oleh Ratu Seonha. Ia meletakkan seragamnya juga di atas meja tersebut.

"Apa maksudmu?"

"Dengan sisa hormat yang hamba miliki Yang Mulia. Anda telah menyia-nyiakan orang berbakat seperti Yeon-Seok. Terlepas dari apakah Yeon-Seok Adik hamba atau bukan, sebagai atasannya, hamba sangat kecewa terhadap tindakan kekanakan Anda ini" omel Hyun-Jae seolah sedang memarahi seorang anak kecil.

"Raja yang tidak bisa membedakan mana urusan pribadi dengan urusan Negara, tidak layak disebut Raja. Bagaimana pun, Prajurit Resimen Baehwa adalah aset hidup Negara. Dengan ini hamba mengundurkan diri." Jawab Hyun-Jae berkobar-kobar lalu pergi, setelah berpamitan dengan Raja.

Melihat Hyun-Jae tak lagi mengenakan seragam, tidak hanya anak buahnya tapi sang Kasim pun panik bukan main. Kasim yang telah mengabdi pada Kerajaan selama tiga generasi Penguasa berturut-turut itu tergopoh-gopoh menemui sang Raja.

"Yang Mulia apa yang terjadi?"

"Bedebah itu mengundurkan diri" geram Raja sangat marah.

"Anda harus membawanya kembali Yang Mulia" Kasim bersimpuh, membungkukkan badan serendah mungkin memohon sambil menangis.

"Kau!!"

"Tidak ada yang sehebat dan sebanding prestasinya dengan beliau Yang Mulia. Bahkan orang yang mendekati kemampuan beliau juga telah Anda berhenti tugaskan" keluhan sang Kasim membuat kepala Raja semakin berdenyut.

Kediaman Hyun-Jae.

Di kediaman mantan Panglima dadakan, Hyun-Jae berjalan memasuki kediamannya dengan wajah merah padam. Amarahnya terhadap Raja belum juga reda.

"Kenapa kau pulang secepat ini?" tiba-tiba suara Yeon-Seok membuyarkan lamunannya.

"Hey, di mana seragammu? Dan pedang kesayanganmu itu?" tambah anak itu lagi.

Hyun-Jae hanya mampu tersenyum kecut lalu membawa Adiknya duduk diatas dipan.

"Kau masih demam kenapa malah berjalan-jalan sampai kemari?"

"Aku bosan di dalam kamar. Lagi pula udara hari ini bagus bagi orang sakit sepertiku" jawab Yeon-Seok merebahkan diri diatas dipan.

Hyun-Jae yang duduk di sampingnya ikut merebahkan diri.

"Kakak"

"hmm,"

"Kalau kau melepaskan kedudukanmu hanya karena aku, maka aku tidak akan pernah memaafkanmu"

"Ini bukan hanya karena kau. Aku sedang meminta keadilan bagi anak buahku yang berbakat." tegas Hyun-Jae menggertakkan gigi mengingat kebodohan si Raja kecil.