Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 116 - Nona!! Anda tidak boleh sembarangan datang kemari. Nona!!

Chapter 116 - Nona!! Anda tidak boleh sembarangan datang kemari. Nona!!

"Kau tidak perlu repot-repot. Aku akan mengurusnya dengan baik. Pergilah!" suara Ah-In langsung dapat di kenali Hiroshi sebagai tanda bahaya datang. Bahkan Pria itu lebih memilih menjaga jarak dengan Ah-In. Sang Dayang membungkuk kecewa, lalu beranjak pergi.

"Nona Ah-In kenapa Anda disini?" tanya Hiroshi bertanya sesopan yang ia bisa sambil memberi penghormatan.

"Menemuimu. Apa kau sering mendapat perlakuan khusus dari para Wanita disini Tuan Yeon-Seok?"

"Beberapa hanya mengajak saya bicara seperti Anda sekarang" jawab Yeon-Seok tidak menambahi mau pun mengurangi.

"Jangan pernah bersikap genit pada Gadis mana pun kecuali padaku"

"Tenang saja aku tidak akan melakukannya bahkan denganmu" bisik Yeon-Seok berbisik di telinga Ah-In.

"Jadi begini sikap orang yang saling mencintai?"

"Jangan mulai lagi kumohon. Ini Istana Ah-In," geram Yeon-Seok.

"Kau bilang, Yeon-Seok," kata Ah-In menusuk dua kali dada Yeon-Seok dengan telunjuknya sebelum melanjutkan kalimat berikutnya.

"mencintaiku kan, apa ini termasuk ungkapan cinta darimu? Ada yang lebih buruk lagi dari ini?" gerutu Ah-In sangat jelas di telinga Yeon-Seok.

"Yang Mulia" tambah Yeon-Seok menghormat pada orang yang berada di belakang Ah-In. Gadis itu langsung berbalik, dan menjumpai Raja sedang menatapnya dengan senyuman penuh arti.

"Kau, sudah datang tapi tidak menemuiku terlebih dahulu?" tanya Raja pada Ah-In sambil melirik pada Yeon-Seok.

"Apa karena kau mau mengunjungi dirinya terlebih dahulu?" Raja menunjuk ke arah Yeon-Seok.

"Maafkan hamba Yang Mulia. Sudah lama...kami tidak berjumpa jadi hamba hanya ingin memberinya sebuah kejutan dan memberikannya sedikit makanan ringan" balas Ah-In menunduk.

Dia sengaja mengatakan hal itu di depan para Dayang yang mengekor di belakang Raja. Ah-In geram melihat mata para Dayang muda ini, berkilat setiap menatap Yeon-Seoknya.

"Wah, ternyata kau sangat perhatian pada temanmu ya," kata Raja tersenyum, dengan mimik tak terkatakan.

"Dia ke..." kata gadis tersebut terpotong begitu saja.

"Nona Ah-In selalu memperhatikan semua orang yang ada di sekitarnya, Yang Mulia" potong Hiroshi menyadari apa yang akan diutarakan Ah-In dihadapan Raja.

"Hmm, bisa kita melakukan perjalanan sekarang?" balas Raja menatap lekat wajah cantik Ah-In.

"Ya, Yang Mulia" balas Ah-In.

Iringan yang membawa Raja dan Ah-In bergerak menuju pegunungan. Tiga Dayang disiapkan Raja khusus untuk mendampingi Ah-In. Gadis itu mulai merasa bosan dengan perjalanan yang panjang. Ia membuka jendela untuk melihat pemandangan diluar sana tapi justru ia melihat Yeon-Seok menunggangi kudanya tepat di samping kereta kuda yang ia naiki.

Senyuman Ah-In merekah rasa bosannya menjadi hilang seketika.

"Ada yang Anda butuhkan Nona?" tanya Yeon-Seok menyadari Ah-In tengah menatapnya tanpa berkedip.

"Tolong terus berada disisiku,"

"Ehm. Itu bukan sesuatu yang Anda butuhkan Nona. Tolong jaga sikap Anda" dehem Yeon-Seok memberi peringatan bahwa ada banyak pasang mata dan telinga yang bisa saja menangkap pembicaraan mereka.

Sebelum Ah-In sempat mengajaknya bicara lagi, Yeon-Seok memacu kudanya meninggalkan Ah-In.

Kini mereka telah sampai di tujuan. Udara yang sejuk, membuat suasananya terasa menyenangkan. Ketika Yeon-Seok akan bergabung dengan para Prajurit untuk berjaga-jaga, Ah-In tidak membiarkannya begitu saja.

"Kau diminta Ayahku kemari untuk menjagaku. Jadi sudah seharusnya kau, tidak Jauh-jauh dariku" kata Ah-In percaya diri.

"Nona. Saya datang untuk menjaga Yang Mulia juga"

"Yang Mulia tidak ada disini tapi disana" tunjuk Ah-In ke arah Raja yang sudah duduk bersiap untuk melukis pemandangan.

"Saya dengar Yang Mulia sangat mengagumi suara Anda. Bagaimana jika sekarang Anda mulai menghibur Yang Mulia dengan suara merdu itu?" Yeon-Seok mencoba melunak dari pada Ah-In, membuatnya malu di depan umum.

"Ikutlah bersamaku. Aku akan melakukannya untukmu" jawab Ah-In tegas.

Terpaksa Yeon-Seok menuruti keinginan Gadis keras kepala itu.

Yeon-Seok berdiri diantara Hyun-Jae dan Prajurit lainnya tak jauh dari tempat Ah-In dan Raja berada.

"Kenapa Yang Mulia hanya memandangi alam saja? Kenapa tidak mengabadikan keindahannya, di dalam lukisan Anda?" Ah-In tergerak untuk bertanya.

"Karena aku belum menemukan jiwanya. Seorang pelukis harus memberikan sentuhan khusus pada lukisannya agar dapat terlihat lebih Indah dan terasa hidup" jawab Raja serius.

"Kupikir ini karena kau belum menyanyikan satu pun lagu untukku," keluhan Raja ini, di sambut senyuman manis Ah-In.

Gadis itu memberi hormat sebagai permintaan maaf dan ia berjalan ke alat musik miliknya. Ah-In menggesek alat musiknya dan mulai bernyanyi.

Deg!!

Jantung Yeon-Seok berdetak setelah mendengarkan setiap bait kata yang didengungkan Ah-In. Ingatan Yeon-Seok asli kini muncul di kepala Hiroshi. Bukankah ini bait puisi yang pernah Yeon-Seok hadiahkan di setiap hari ulang tahun Ah-In?

Apa Ah-In sudah mengetahui siapa yang sering mengiriminya puisi? Hiroshi mulai bertanya-tanya.

Ah-In bahkan menyanyikan lagu ini sambil menatapnya lekat. Tapi kenapa hatinya terasa perih mendengar Ah-In menyanyikannya untuk orang lain?

Yeon-Seok sialan! Jangan pengaruhi aku dengan perasaanmu! Maki Hiroshi merasa dirinya mulai ikut tersiksa.

"Aku tidak rela membiarkannya bersama penguasa baru itu Hiroshi" jawab Yeon-Seok asli tiba-tiba, berada di depan Hiroshi dengan raut wajah marah.

Kenapa? Beri tahu aku alasanmu.

"Dia alasan bagiku tidak bisa berada di sekitar Ah-In. Dia menggunakan Menteri Duck-Young untuk menghalangiku mendekatinya. Bagi Menteri Duck-Young, Raja adalah calon menantunya bahkan sebelum ia naik Tahta" kata Yeon-Seok asli dengan tatapan terlukanya.

Jadi itu kenapa Hyun-Jae ingin menolak permohonan Menteri Duck-Young yang memintaku kemari bersama Ah-In, dan Yang Mulia. Batin Hiroshi dijawab anggukan Yeon-Seok asli.

"Bantu aku menjauhkan Ah-In darinya, Hiroshi. Lebih baik Ah-In di tanganmu"

Biarkan Ah-In menentukan pilihannya Yeon-Seok. Aku tidak bisa menolongmu lebih dari yang ku mampu. Bantah Hiroshi.

Amarah Yeon-Seok asli semakin membesar maka angin berhembus kencang menuju arah Hiroshi. Pria itu tak mampu menahan serangan tersebut dan ambruk ke tanah begitu saja.

"Yeon!! Apa yang terjadi? Yeon-Seok!!" teriak Hyun-Jae panik melihat tiba-tiba Adiknya terkapar di tanah. Tubuhnya pun menjadi demam.

Melihat Yeon-Seok tiba-tiba tumbang, Ah-In tanpa sadar langsung menghentikan nyanyiannya. Ia berlari kearah Yeon-Seok berada.

"Kenapa Tuan Yeon-Seok tiba-tiba pingsan? Ada apa?" panik Ah-In menggapai telapak tangan Yeon-Seok yang panas tinggi.

"Kami akan mengurusnya Nona. Jangan khawatir. Anda lanjutkan saja menghibur Yang Mulia" tegas Hyun-Jae yang meminta bantuan satu tenaga lain, untuk menopang lengan Yeon-Seok yang satunya.

Gadis itu menatap sendu tubuh Yeon-Seok yang di papah oleh Hyun-Jae menjauh darinya.

"Kau menghentikan nyanyianmu hanya karena temanmu jatuh pingsan?" tiba-tiba Raja sudah berada di sampingnya.

"Maafkan hamba Yang Mulia. Mari kita lanjutkan saja" jawab Ah-In tidak ingin memperpanjang masalah.

Jika Raja sampai mengatakan kepada Ayahnya bahwa Ah-In tidak melakukan pekerjaannya dengan baik, bisa-bisa Ayahnya tidak akan membiarkan Ah-In menemui Yeon-Seok lagi.

Sementara itu, Hyun-Jae terpaksa menyewa sebuah kamar penginapan untuk mengobati Adiknya yang demam tinggi.

"Kemana Tabib? Kenapa begitu lama?!" marah Hyun-Jae sambil terus mengompres dahi Yeon-Seok.

"Mohon bersabar Tuan. Sebentar lagi Tabib akan datang" jawab anak buahnya prihatin.

"Tuan, Tabib telah datang" sahut anak buahnya yang lain sambil membawa serta sang Tabib bersamanya.

Tabib itu memeriksa denyut nadi Yeon-Seok, memeriksa mata Yeon-Seok, bahkan kini memegang dahinya.

"Mi So. Ramu obat pereda demam" perintah Tabib Desa setempat, pada seorang Gadis muda yang menyertainya.

Umur Tabib itu sudah 69 tahun jadi cucunya Mi So membantu meramu obat bagi seluruh pasien Kakeknya itu.

"Tuan. Apa ada yang membuat pasien ini terguncang? Sebenarnya demam ini bukan karena sakit fisik. Melainkan karena mentalnya yang sedang terguncang. Pasien tidak bisa mengelola emosinya dengan baik."

"Lalu bagaimana tindak lanjutnya Tabib?" Hyun-Jae hanya mengangguk dan bertanya pada sang Tabib.

"Hanya pereda demam yang bisa saya berikan Tuan. Selanjutnya, tugas pasienlah untuk menyembuhkan penyakit dalam jiwanya." Jawab Tabib prihatin.

"Nona!! Anda tidak boleh sembarangan datang kemari. Nona!!" teriak seorang Dayang mengejar Ah-In yang menerobos masuk tanpa izin.

"Bagaimana keadaannya Tuan?" tanya Ah-In panik melihat wajah Yeon-Seok kian memucat.