Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 113 - Yeon-Seok oh Yeon-Seok

Chapter 113 - Yeon-Seok oh Yeon-Seok

"Tidak akan! sebelum kau ceritakan semuanya. Lagi pula kita hanya beda 2 tahun" tegas Heo Dipyo masih mengunci Yeon-Seok.

"Ayolah. Kami bisa memberimu wejangan. Bagaimana pun, kami ini adalah senior dalam dunia percintaan" tambah Hyun-Jae bangga.

"Senior kehidupan cinta yang gagal? Itu maksudmu?" kekeh Yeon-Seok sarkastis.

"Anak ini mulai berani pada senior, Panglima. Bagaimana jika kita hukum saja Pria baru dewasa ini?" geram Heo Dipyo menatap penuh siasat pada Hyun-Jae.

"Jangan!! Apa yang ingin kalian ketahui!! Jangan lakukan apa pun!!" pekik Yeon-Seok bergidik ngeri.

Ingatan Yeon-Seok asli memenuhi kepalanya tentang hukuman push up 100 kali bahkan mereka akan memberikan beban di atas punggungnya. Dan beban itu adalah Hyun-Jae yang duduk bersila di atas punggung Yeon-Seok.

"Yeah, anak pintar...,duduk manis di sini," kata Heo Dipyo melepaskan tangannya dileher Yeon-Seok, berganti menepuk kedua bahu anak itu dengan senyum kemenangan.

"Kenapa bisa berakhir sebelum dimulai?" Hyun-Jae kini mulai serius mengamati wajah Adiknya Yeon-Seok.

"Perang itu membuat seluruh rencananya gagal. Yeon Seok meminta Gadis itu bertemu di Taman sebelum Perang terjadi. Dan...." Hiroshi tak sanggup melanjutkan.

"Dan kau, malah terluka tak sadarkan diri selama tiga bulan" Hyun-Jae turut menunduk sedih.

"Tiga bulan?! Selama itu? Pantas saja Gadis aneh itu mengamuk pedaku" pekik Yeon-Seok menjambak rambutnya semakin merasa bersalah atas sikap buruknya pada Gadis itu tadi.

"Kau sudah menjelaskan kenapa kau tidak menemuinya?" Heo Dipyo ikut menimpali.

"Ya, dan dia malah memakiku di depan banyak orang. Kalian tahu, seberapa malunya itu?!" pekik Yeon-Seok memperlihatkan ekspresi tak berdayanya.

"Apa yang dia katakan?" kedua Pria disamping Hiroshi kompak bertanya-tanya.

Maka, Hiroshi pun melayangkan ingatannya kembali ke masa kelam itu. Begitu Hiroshi selesai memperagakan apa yang terjadi saat itu, ekspresi kedua Pria di hadapannya hanya...terbengong-bengong wajah mereka yang awalnya pucat berubah kemerahan lalu tawa mereka langsung meledak seketika.

"Dasar anak-anak. Bagaimana bisa kau langsung meninggalkannya begitu saja?!" tawa Heo Dipyo memukul bahu Yeon-Seok antara kesal dan kasihan.

"Kau baru saja menyatakan perasaanmu padanya. Lalu tiba-tiba kau marah, ketika dia menciummu? Ada apa dengan otakmu kawan?" tambah Heo Dipyo pada Yeon-Seok lalu diberi hadiah sikutan oleh Hyun-Jae.

"Gadis itu tidak bisa mengucapkan aku juga mencintaimu. Tapi dia berusaha mengutarakannya dengan perbuatannya. Tapi kau malah meninggalkannya?! Yeon-Seok...itu bukan perbuatan Pria bertanggung jawab" tegas Hyun-Jae.

"Kau harus minta maaf padanya perbaiki sikapmu padanya juga" tuntut Hyun-Jae.

"Tunggu apa lagi?"

"Dia pasti sudah pergi dari Taman itu sekarang" balasnya malas.

"Kau tidak tahu dimana rumahnya?" tanya Hyun-Jae di balas anggukan lemah Yeon-Seok.

"Siapa nama Gadis itu?"

"Ah-In"

"Taman mana yang kau maksud?"

"Di sekitar rumah Jee Kyung"

"Ah-in yang itu?!" Heo Dipyo memotong pembicaraan antara Hyun-Jae dan Yeon-Seok.

"Rumahnya ada di ujung timur dari Taman. Kebetulan dia teman dekat Han Jee Kyung. Temui dia di rumahnya. Ingat paling ujung, sebelah timur dari Taman" tambah Heo Dipyo mendorong Yeon-Seok agar berdiri dan segera menemui Ah-In yang malang.

"Jangan lupa bawa payung. Cuacanya mendung" kata Hyun-Jae menepuk bahu Yeon-Seok, memberikan sedikit semangat untuk Adiknya.

"Tidak apa-apakah?" tanya Hyun-Jae pada Heo Dipyo begitu melihat sosok Yeon-Seok telah menghilang di tikungan jalan.

"Biarkan saja. Ini akan mendewasakannya kelak. Jika kita tak bisa meraih cinta, paling tidak Adikmu bisa menggapainya" kekeh Heo Dipyo kecut.

"Saat perang berakhir..., aku kira akan kehilangan Yeon-Seok untuk selamanya. Entah kenapa kali ini perasaan itu muncul kembali" lirih Hyun-Jae getir.

"Suatu saat kita semua akan menikah Hyun-Jae. Itu bukan berarti kalian tidak akan bertemu kembali."

"Aku tahu itu. Bukan hal seperti itu yang ku cemaskan. Seolah..., suatu saat nanti aku tidak akan bisa melihat Yeon-Seok dimana pun sama seperti saat aku mencari Ha-Neul" ada nada ketakutan dalam suara Hyun-Jae.

"Tunggu. Apa itu alasannya kenapa Han Jee Kyung meminta kita menjaganya selama ini?" Heo Dipyo mulai mengaitkan kecemasan Hyun-Jae dengan pesan terakhir Jee Kyung. Mereka saling menatap, lalu berlari mengikuti kemana Hiroshi pergi.

Menuju Taman pedesaan.

Hiroshi berjalan gontai merasa enggan untuk menemui Gadis bernama Ah-In. Tapi benar kata Hyun-Jae padanya bahwa, seharusnya dia bisa bersikap lebih baik lagi mengingat begitu lamanya Yeon-Seok menghilang dari Ah-In. Tapi ini bukan sepenuhnya kesalahan Hiroshi.

Kenapa kesalahan ditimpakan pada orang yang tak tahu apa-apa? Dia tiba-tiba berada di tempat asing, tiba-tiba memiliki seorang Kakak Laki-laki, ditambah lagi si Yeon-Seok asli sialan itu, terus mendorongnya untuk rajin melewati Taman hanya karena ingin mendengar suara merdu Ah-In. Tidak ada yang mengatakan padanya bahwa Yeon-Seok memiliki seorang Gadis idaman.

Langkah kaki Yeon-Seok terhenti begitu merasakan rintikan hujan berjatuhan di wajahnya. Ia pun kembali melangkah menyusuri Taman sesuai petunjuk Heo Dipyo. Lagi-lagi langkah kaki Hiroshi terhenti.

Ia melihat Ah-In tetap berada di titik yang sama, ketika ia meninggalkannya dalam keadaan emosi. Gadis itu tak bergeser sedikit pun dia hanya berjongkok menangis tersedu di sana sendirian.

Ah-In berhenti menangis sejenak merasakan tidak ada lagi rintikan hujan diatas kepalanya. Ia mendongak melihat wajah Hiroshi yang sedang mengamati kegiatan menangisnya dari atas sana.

"Kau kembali lagi?" gumam Ah-In sangat jelas lalu berdiri menghadap ke arah Hiroshi.

"Kau tidak pulang?"

"Kalau aku pulang kau tidak akan kembali"

"Kau pikir, kalau kau tetap disini aku akan kembali? Pikiran bodoh macam apa itu!" bentak Hiroshi tidak habis pikir.