Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 112 - Ini semacam cinta sepihak

Chapter 112 - Ini semacam cinta sepihak

"Apa...ini pernyataan cinta Tuan?" tanya Ah-In kebingungan.

Bagaimana tidak? Cara Yeon-Seok mengutarakan cinta padanya justru terasa seperti orang lain, yang sedang memberi tahunya, bahwa Yeon-Seok sedang jatuh hati padanya.

"Hm," jawab Yeon-Seok menganggukkan kepala perlahan.

"Aku hanya ingin mengatakan kebenaran itu padamu. Jadi, bagaimana perasaanmu pada Yeon-Seok?"

"Perasaanku padamu? Atau pada Yeon-Seok yang lain? Memang berapa Yeon-Seok yang ku kenal? Apa kau sedang mempermainkan perasaanku lagi, sekarang?"

"Yah, sudah kuduga. Ini semacam cinta sepihak. Yeon-Seok, kau ditolak. Kalau begitu aku tidak akan menemuimu lagi" kata Hiroshi sambil membungkuk, memberi penghormatan lalu beranjak pergi.

"Hey ya,!! Sebenarnya apa maumu Yeon-Seok?!" maki Ah-In mulai merasa dipermainkan sekarang.

Apa-apaan ini? dia yang menyatakan cinta, dia juga yang memutuskan jawabannya sendiri. Bukankah seharusnya urusan diterima atau ditolak sepenuhnya di tangan Ah-in?!

Pria itu berhenti melangkah, berbalik menatap wajah frustasi Ah-In.

"Apa sifatmu seperti warna seekor bunglon?! Sebentar-sebentar kau bersikap dingin dan menghindar. Lalu dilain hari kau bilang ingin bicara padaku tapi justru kau menghilang. Seminggu yang lalu, setelah lama menghilang kau, datang bersikap seolah tak mengenaliku"

"Dan sekarang kau bilang Yeon-Seok mencintaiku? Kenapa kau tidak mengatakan kau mencintaiku? Tapi justru seolah ada Yeon-Seok lain, yang mencintaiku?!" teriak Ah-In membuat Hiroshi panas dingin karena...ada banyak pasang mata, yang tengah memperhatikan Ah-In sedang mengamuk besar padanya.

Bahkan tatapan semua orang kini terlihat sedang menghakiminya lantaran dianggap Pria paling tak bertanggung jawab.

"Harusnya akulah yang marah Nona Ah-In" kini Hiroshi justru berjalan ke arah Ah-In.

"Kau tahu bagaimana perjuangan Yeon-Seok sampai saat ini?" Hiroshi makin mendekat membuat Gadis di depannya mulai gugup bahkan tanpa kata.

"Dia berusaha pulang dengan selamat agar bisa menemuimu. Tapi dia bisa berbuat apa dengan takdirnya? Dia justru terluka dan tak sadarkan diri dalam kurun waktu yang cukup lama"

"Setelah dia berhasil membuka matanya dan menemuimu, apa ini balasannya? Dia datang untuk mengutarakan isi hatinya padamu. Dan kau malah memakinya? Padahal kau menolaknya dalam diammu." Geram Hiroshi kini hidung mancung mereka nyaris bertabrakan jika saja Hiroshi tak berhenti menghapus jarak di antara mereka tadi.

"Lagi. Sekarang kau diam lagi bukan? Sudah ku katakan. Kalau kau ingin menolak, biarlah aku pergi sekarang. Aku jamin kita tidak akan bertemu kembali. Maaf mengganggumu." Lirih Hiroshi dengan ekspresi terluka.

Bagaimana pun juga, Hiroshi mengambil identitas Yeon-Seok tentunya seperti apa pun perasaan Yeon-Seok akan tersampaikan sekaligus mempengaruhi Hiroshi. Ah-In menatap lekat ekspresi terluka itu.

Deg

Deg

Jantungnya berdetak kencang menyadari setiap langkah Yeon-Seok kali ini tidak akan hanya meninggalkan Taman indah tempatnya berpijak tapi juga...meninggalkan hidupnya, selamanya.

Drap

Drap

Suara langkah kaki berlari dapat di dengar jelas oleh Hiroshi dari arah belakang.

"Setidaknya kau harus tahu bagaimana perasaanku padamu bodoh!" teriak Ah-In tepat di belakang Hiroshi, mencengkeram erat lengan pakaian Pria itu agar berhenti berjalan.

Kesal. Hanya satu kata itu yang sanggup menggambarkan rasa hati Hiroshi menghadapi kelakuan ajaib Gadis bernama Ah-In. Hiroshi berbalik dan...

Cuuuu

Matanya terbelalak lebar mendapati serangan mendadak Gadis di depannya. Ia berusaha menjauh, tapi Gadis itu justru memeluknya. Mengecup bibir Pria yang ia nantikan cukup lama tersebut. Dia tak bisa berkata mencintai Pria dalam pelukannya ini dia hanya bisa...menyampaikan perasaan itu padanya.

Spontan kerumunan orang yang melihat pertengkaran mereka langsung menghilang satu persatu. Ah-In melepaskan pelukannya pada Yeon-Seok mundur selangkah, memperhatikan wajah merah padam Yeon-Seok yang tak dapat diterjemahkan olehnya.

Apa dia marah? Atau kah malu karena kelakuan Ah-In?

Tamat sudah. Jika Yeon-Seok marah, tidak akan ada lagi pertemuan selanjutnya. Ah-In!! Kebodohan macam apa lagi ini?! Hancur sudah harga diriku! Amuk Ah-In pada diri sendiri mengutuki diri sendiri pula.

"Kenapa kau lakukan itu di depan banyak orang!" bentak Hiroshi mulai mampu berkata-kata setelah menghirup oksigen sebanyak mungkin.

"..." Ah-In tak mampu berkutik dia justru menangis.

Ya ampun apa lagi sekarang? Kenapa kelakuannya sama sekali tak mudah ditebak? Batin Hiroshi mulai semakin frustasi.

"Kau ingin semua orang menyalahkanku lagi sekarang? Karena membuatmu menangis? Sebenarnya bagaimana caranya agar aku bisa memahamimu?" keluh Hiroshi meraup wajahnya dengan kedua telapak tangannya kebingungan.

"Kau...sekarang sudah tahu bagaimana perasaanku padamu. Jadi jangan berhenti menemuiku" lirih Ah-In di sela isak tangisnya.

Hiroshi menatap wajah tanpa dosa itu gemas.

"Setelah mempermalukanku di depan umum kau masih bisa mengatakan hal itu? Kau, luar biasa Nona" geram Hiroshi meninggalkan Ah-In begitu saja.

Gambaran Hiroshi yang meninggalkan Ah-In sendiri tertangkap melalui media air di dalam ember yang terbuat dari kayu.

"Ck ck. Ini sangat sulit. Menurutmu bagaimana?" tanya seorang Dewa pada rekannya yang ikut memperhatikan.

"Hm...tampaknya perjalanan Putra Mahkota lebih sulit dari pada kedua Kakak perempuannya" kekeh Dewa berpakaian biru muda geli.

"Bagaimana? Apa kau yakin dengan hubungan ajaib mereka?"

"Ya, tentu saja. Bukankah sesuatu yang sulit untuk didapat begitu kita dapatkan, justru tidak akan mudah untuk kita lepaskan? Seperti itulah...hubungan keduanya" jawab Dewa berpakaian biru sambil tersenyum jahil.

Kediaman Panglima Hyun-Jae.

Di kediaman Panglima Hyun-Jae, terlihat Yeon-Seok membaringkan diri di atas dipan tepat di tengah halaman. Matanya menatap ke langit pikirannya menerawang entah kemana.

"Sebenarnya kapan aku bisa pulang? Kenapa hanya aku yang terjebak lama ditempat ini" gumam Yeon-Seok meletakkan pergelangan tangan kanannya ke atas dahinya.

"Kau sudah ada di rumah. Kau ingin pulang ke rumah yang mana lagi?" mendadak suara Hyun-Jae terdengar tak jauh dari ambang pintu.

Pria itu mendekati Adik Laki-lakinya lalu duduk di sebelah Yeon-Seok.

"Apa kau tidak bahagia tinggal bersama kami? Kau merindukan rumah Ibu kandungmu?" tambah Hyun-Jae dengan wajah berkabut.

Yeon-Seok langsung duduk memperhatikan air muka Hyun-Jae. Sepertinya Hyun-Jae merasa terluka dengan ucapannya kali ini.

"Ekspresi macam apa itu? Berhenti membuat ekspresi sejelek itu di depanku" kekeh Yeon-Seok meninju kecil lengan Hyun-Jae.

Membuat Hyun-Jae tersenyum kecut.

"Beberapa hari ini aku lihat kau kerap menghilang dari rumah dan Istana. Kemana kau sebenarnya?" pertanyaan Hyun-Jae, mengingatkan pertemuan Hiroshi pada Gadis ajaib, yang dicintai Yeon-Seok asli.

"Apa kau pernah mendengar aku membicarakan tentang seorang Gadis denganmu?" pertanyaan balik Yeon-Seok ini, justru membuat seluruh perhatian Hyun-Jae tertuju kepadanya.

Pria itu menyeringai antara senang dan terkejut.

"Jadi anak kecil ini sudah tumbuh dewasa huh?" kekeh Hyun-Jae mengacak rambut Yeon-Seok.

"Sungguh? Aku tidak pernah mengatakan apa pun tentangnya?"

"Kau dari usia 13 tahun sangat fokus berlatih untuk ujian masuk Istana. Bahkan, ketika kau resmi menjadi anggota Resimen Baehwa kau semakin gila berlatih tanpa kenal lelah. Aku mengkhawatirkanmu saat itu"

"Bagaimana jika...kau tidak memiliki seorang pendamping karena kebiasaan burukmu itu? Pikiran seperti itu yang selalu berputar di kepalaku. Tapi sekarang sepertinya aku dapat bernafas lega. Jadi, siapa Gadis malang itu?" tanya Hyun-Jae rona wajahnya berubah berseri-seri seketika.

"Apa?! Gadis? Jangan katakan anak baru lahir kemarin sore itu, sekarang sedang mengalami yang namanya cinta!" pekik Heo Dipyo, yang entah dari kapan mendengarkan pembicaraan antara Kakak beradik ini dari ambang pintu.

"Lihat? Heo Dipyo juga terkejut sepertiku," kekeh Hyun-Jae yang memperhatikan Heo Dipyo berlari kearahnya dan Yeon-Seok.

"Jadi kau menghilang itu, karena diam-diam menemui seorang Gadis? Ya ampun..., dia benar-benar sudah dewasa sekarang" goda Heo Dipyo sambil melakukan gerakan tos dengan Hyun-Jae.

"Ekspresi kalian seperti aku baru saja lulus ujian Negara. Apa itu tidak berlebihan?" protes Yeon-Seok menggelengkan kepala prihatin.

"Lupakan tentang kami. Ceritakan bagaimana hubunganmu dengannya. Kau baru saja melakukan pendekatan? Atau kau sudah...menyatakan cintamu? Ah, jangan-jangan kau ingin melangkahiku, untuk menikahinya?" potong Hyun-Jae dengan ekspresi curiga yang dibuat-buat.

"Tamat bahkan sebelum dimulai. Apa kalian puas?" jawab Yeon-Seok bangkit dari duduknya, disambut ekspresi kecewa dari dua orang itu.

"Kenapa bisa begitu?" Heo Dipyo berdiri di atas dipan, mengunci leher Yeon-Seok membuatnya kembali duduk di atas dipan.

"Lepaskan Pria tua" ketus Yeon-Seok kesal.