"Ya," jawab Hwan Chin sendu. Sebentar lagi, kehidupan bebasnya akan segera berakhir.
Seandainya Ratu Seonha masih hidup, pasti dia akan merengek tidak ingin menggantikan kedudukannya. Lagi pula, kekuasaan Kwon Jae He sudah berakhir jadi, Ratu bisa segera menikah dengan Hyun-Jae. Tapi nasip malang menimpanya sekarang karena harapannya hanyalah tinggal harapan.
Hwan Chin dan ketiga orang yang menjemputnya telah tiba di Istana. Seluruh persiapan penobatan Hwan Chin menjadi Raja, telah diselesaikan dalam waktu singkat. Saat penobatan berlangsung, Heo Dipyo tidak melihat Han Jee Kyung ada di Aula Istana bersama para Seonsang.
Kenapa dia tidak datang kemari? Apa Jee Kyung sakit? Hatinya terus dipenuhi tanda tanya besar.
Selepas Raja Hwan Ryuk menduduki Tahta, Heo Dipyo diam-diam meninggalkan Aula Istana mencari Jee Kyung. Ia mencari ke tempat Jee Kyung bekerja tapi kosong, mencari ke Balai Pengobatan Seonsang juga tidak ketemu. Ia terus mengitari seluruh Istana, hasilnya nihil.
Heo Dipyo jatuh bersimpuh. Jadi, pelukan tadi pagi adalah pelukan selamat tinggal?
"Heo, kenapa kau disini? Kemana Jee Kyung?" tanya Hyun-Jae mencari-cari keberadaan Gadis itu.
"Dia lenyap entah kemana seperti Ha-Neul" tangisan Heo Dipyo kini pecah.
Taman sekitar pedesaan.
Suatu hari, Yeon-Seok dengan susah payah datang kembali ke Taman di dekat tempat tinggal Jee Kyung. Entah kenapa kali ini, dia ingin sekali berada di Taman itu. Betapa sulitnya ia melarikan diri dari jangkauan Heo Dipyo dan Hyun-Jae yang makin hari, tidak memberinya kesempatan untuk bepergian sendirian dengan alasan ini wasiat terakhir dari Jee Kyung.
Untung saja dia tidak mengatakan, kemungkinan besar..., ia akan menghilang seperti kedua Kakaknya suatu saat nanti. Sampai mereka tahu, pasti dia akan diawasi selama 12 jam non stop.
"Sudah lama kau tidak kemari, Tuan Yeon-Seok," sapa seorang Gadis cantik, matanya berbinar-binar ketika menatap Yeon-Seok.
"Kau selalu menyanyi di tempat ini? Ah-In?" pertanyaan Yeon-Seok disambut tatapan tak biasa oleh Gadis itu.
"Akhirnya!!" teriak Ah-in mengejutkan Yeon-Seok.
"????" Pria itu menatapnya penuh tanda tanya.
Dari mana sebenarnya Gadis ini berasal?
"Akhirnya kau bisa mengenaliku juga. Kau tahu? Ini seperti keajaiban dunia"
"Keajaiban...dunia?" Yeon-Seok mengerutkan kening heran.
"Kau tahu berapa kali kita bertemu?"
"dua," seingat Yeon-Seok memang dua kali bertemu.
"Ck. Kau benar-benar seperti yang dikatakan orang-orang, Tuan" keluh Gadis itu kecewa berat.
"Kau sudah selesai bermain musik?"
"Aha, jangan-jangan Tuan kemari untuk mendengarkanku tampil? Begitu?" tanya Ah-In berharap.
"Kurasa" jawab Yeon-Seok tersenyum simpul sambil menatap birunya langit.
"Biasanya kau datang kemari hanya karena dua alasan." Kata-kata Gadis disampingnya kini mampu menarik perhatian.
"Apa aku mengatakannya padamu alasannya?" pertanyaan Yeon-Seok disambut gelengan kepala.
"Tidak perlu diucapkan Tuan. Aku sering memperhatikan cuaca di wajahmu. Apakah itu cerah? Ataukah mendung?" kekeh Gadis itu membuat Yeon-Seok ikut tersenyum.
"Jadi? Bagaimana wajahku sekarang?"
"Apa kau sedang sedih?" pertanyaan di jawab dengan pertanyaan spontan Yeon-Seok menatap Gadis itu sendu.
"Baiklah, biasanya kau akan kembali ceria setelah mendengarkanku bernyanyi. Senang bisa berbicara langsung dengan Tuan. Ini pertama kalinya kita saling berbicara satu sama lain" sambung Ah-in berjalan melangkah ke tempat alat musiknya berada.
"Dua kali. Kita sudah berbicara dua kali" kata Yeon-Seok meralat.
"Ini pertama kali Tuan. Pertama kali bertemu, dan berbicara sebagai orang yang saling mengenal" senyum Gadis itu sambil memainkan musik bersiap untuk menyanyi.
Hiroshi memejamkan mata sejenak merasakan hembusan angin menerpa wajahnya. Bahkan kini suara alunan musik sekaligus suara Ah-In mampu menentramkan jiwanya yang kalut.
Tiba-tiba ingatan Yeon-Seok tentang Ah-In dapat ia kenang sejak pertama kali Yeon-Seok asli bertemu dengan Ah-In, hingga akhir perjumpaannya. Tak terasa air mata Hiroshi sebagai Yeon-Seok menitik.
Ia membuka kedua matanya, menatap Ah-In yang masih berkonsentrasi menyanyikan sebuah lagu indah.
Kau merindukannya? Jadi itulah kenapa kau, menuntun hatiku untuk datang kemari Yeon-Seok? Kata hati Hiroshi berbisik.
Kau ingin mengungkapkan perasaanmu? Karena sebelum kau sempat mengungkapkannya, hidupmu sudah berakhir? Hiroshi kembali berujar sendiri.
"Ya" jawaban itu membuat Hiroshi terperanjat mendapati ada seseorang yang berada di sampingnya. Sejak kapan?
Akan ku wakilkan perasaanmu padanya, tapi sekali ini saja. Setelah itu jangan pernah mendorongku jauh lebih dalam lagi. Batin Hiroshi, mencoba berkomunikasi dengan Yeon-Seok asli sekali lagi.
"Ya. Tapi kau yakin tidak akan masuk lebih dalam lagi? Hiroshi?" kekeh Yeon-Seok asli membalas tatapan Hiroshi penuh selidik.
"Contohnya kedua Kakak Perempuanmu. Mereka awalnya ingin membantu Ha-Neul dan Jee Kyung tapi mereka justru jatuh cinta pada pasangan Ha-Neul dan Jee Kyung." Senyuman Yeon-Seok terasa hangat dihati Hiroshi.
Kau takut aku merebutnya darimu? tebak Hiroshi dalam hati.
"Aku malah menantikan hal itu terjadi. Kau dan Ah-In bisa melewatkan hidup bersama seumur hidup. Sementara aku? Tidak akan dapat kembali lagi kepadanya" jawab Yeon-Seok asli sendu.
Lamunan Hiroshi buyar ketika sebuah tangan melambai tepat di depan wajahnya.
"Tuan, apa masalahmu begitu besar?" terdengar Ah-In sedang prihatin.
"...." Hiroshi terdiam sejenak.
"Kau menangis. Siapa yang kau tangisi sampai seperti ini?" tangan Ah-In mengusap air mata Hiroshi.
Pria itu tak mau seperti kedua saudaranya karena itu dia memilih menghindar dengan menggapai kedua tangan Ah-In yang awalnya sibuk menghapus jejak air mata di pipi Hiroshi.
"Kau ingat masa dimana salju turun? Tempat inilah saksi awal perjumpaanmu dengan Yeon-Seok. Dia jatuh cinta padamu Ah-In. Tapi dia tak bisa mengutarakannya padamu."
"..." Ah-in diam terpaku sejenak.
"Kau ingat dimana Yeon-Seok memberi tahumu bahwa dia ingin bertemu denganmu?"
"Ya. Dan kau tak pernah datang. Ku kira kau tidak akan pernah lagi datang" akhirnya Ah-in dapat menguasai keterkejutannya.
"Yeon-Seok mengalami kecelakaan karena itu butuh waktu lama untuk memberi tahumu tentang hal ini" Hiroshi hanya bisa mengutarakan sampai disini karena, tidak mungkin ia mengatakan si pemilik tubuh asli sudah tiada.
"Apa...ini pernyataan cinta Tuan?" tanya Ah-In kebingungan.
Bagaimana tidak? Cara Yeon-Seok mengutarakan cinta padanya justru terasa seperti orang lain, yang sedang memberi tahunya, bahwa Yeon-Seok sedang jatuh hati padanya.