Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 110 - Romansa dalam kabut cinta

Chapter 110 - Romansa dalam kabut cinta

Pagi menjelang Jee Kyung mulai memperhatikan Heo Dipyo, Hyun-Jae dan Yeon-Seok bersiap-siap menjemput penguasa baru Hwan Chin. Gadis itu berlari ke ruang kerjanya lalu muncul kembali dengan sesuatu yang di bungkus dengan kain.

Jee Kyung mendatangi Heo Dipyo yang sedang melakukan pengecekan ulang kondisi ke tiga kuda yang akan mereka naiki.

"Tuan Heo" panggil Jee Kyung.

Laki-laki itu tak menjawab dia malah sibuk mengelus elus kepala kudanya.

Kau lebih memilih memberi kasih sayangmu pada seekor kuda?! Ya ampun..., haruskah aku cemburu pada kuda jantan itu?! Geram Jee Kyung dalam hati mencoba bersabar.

"Tuan," panggil Jee Kyung kesal karena Pria ini, malah bersiul girang seolah asyik bercengkerama dengan kuda kesayangannya. Kini dia kesal...setengah mati, hanya karena tiada respon untuknya sedikit pun.

Duk!!

Tingkah Jee Kyung yang menendang tulang kering kaki Heo Dipyo, spontan membuat dua Laki-laki lainnya tertawa bersamaan.

"Hey!! Apa yang kau lakukan!" teriak Heo Dipyo berbalik dan mendapati Gadisnya ada dihadapannya.

"Kau..., aku akan pergi jauh tapi bukan pelukan yang aku dapatkan kali ini?!" gerutu Heo Dipyo mencibir Jee Kyung.

Gadis tersebut segera melemparkan barang yang ia bawa pada Heo Dipyo.

"Pastikan kalian pergi dalam keadaan perut tidak kosong. Mengerti?!" jawab Jee Kyung galak sambil membuang muka ke arah lain.

"Kau tidak...ingin mengucapkan sesuatu? Atau memberikan sesuatu yang terasa manis?" tanya Heo Dipyo sambil menyilangkan kedua tangannya ke dada, kaki kanannya berayun ke kanan dan ke kiri.

"Perdana Menteri yang garang bisa bertingkah semanja ini?! Ya ampun..., harus kita abadikan dalam ingatan kita masing-masing" celoteh Hyun-Jae pada Yeon-Seok tak kuasa menahan ledakan tawanya.

"Bukankah kau, sudah mendapatkan apa yang kau mau dari kuda kesayanganmu itu? Kalau kau mau sebuah pelukan, biarkan kudamu yang mewakiliku" ketus Jee Kyung sambil berlalu begitu saja.

"Cepat sekali suasana hatinya berubah" gerutu Heo Dipyo mengacak rambutnya frustasi.

"Itu pantas kau dapatkan. Dia sudah ingin bersikap manis padamu tadi. Tapi kau tampak terlalu memanjakan kuda itu sampai tidak menyadari Jee Kyung, sudah ada disitu sejak lama" kekeh Yeon-Seok bangga pada aksi menakjubkan Jee Kyung tadi.

"Apa kau bercanda? Mana mungkin Jee Kyung ku cemburu pada peliharaanku" kekeh Heo Dipyo sambil mengibaskan tangan kanan tak percaya.

Melihat reaksi dua Pria di depannya menunjukkan telunjuk ke arahnya dengan mimik meyakinkan sambil kompak menganggukkan kepala, Heo baru sadar jika Gadisnya memang sedang...cemburu? Pada seekor kuda? serius?!

"Menurut pengalamanku, kalau kau tidak sekarang juga meredakan amarahnya, pasti sampai kau pulang nanti dia akan menganggapmu tidak pernah ada di muka bumi ini" saran Hyun-Jae di balas anggukan oleh Yeon-Seok.

Sial. Jauh lebih mudah menaklukkan kuda liar dari pada Wanita. Erang Heo Dipyo dalam hati.

Heo Dipyo datang ke tempat Jee Kyung bekerja ia melihat Gadisnya sedang menuliskan sesuatu ke dalam selembar kertas. Heo Dipyo sengaja duduk di sebelah Gadis itu memperhatikan raut wajahnya yang masih terlihat sangat kesal.

Waktunya sangat mendesak jika harus lebih lama lagi merayu, maka Kerajaannya akan lebih lama lagi mendapatkan penguasa baru. Ia berinisiatif merebut kuas dari tangan Jee Kyung, menggenggam lembut tangannya lalu menatapnya lembut tanpa kata.

"Cepatlah pergi. Tuan Hwan Chin sedang menunggu kalian"

"Maaf"

"...." Jee Kyung memilih diam.

"Aku sedang bahagia hari ini. Jadi maafkan aku, karena hal itu justru membuatmu merasa aku mengabaikanmu"

"Kau bahagia karena akan menjemputnya?" ketus Jee Kyung mengerutkan keningnya.

Heo Dipyo tersenyum lalu mencubit gemas hidung mancung Gadisnya.

"Kau lupa yang aku katakan padamu kemarin? Setelah Tuan Hwan Chin resmi menjadi Raja, kau akan mengundurkan diri sebagai Seonsang dan menjadi Istriku" jawab Heo Dipyo membuat kepala Jee Kyung makin pusing tujuh keliling.

Harus bagaimana? Harus bagaimana ini?! Ini tidak akan adil baginya. Aku...bisa sewaktu-waktu menghilang dari tempat ini. Pikiran ini terus saja berputar di kepala Jee Kyung.

"Pergilah, dan bawa Tuan Hwan Chin dengan selamat" kini kata-kata semanis madu meluncur dari bibir mungil Jee Kyung.

"Tetaplah disisiku. Meski ini tidak mungkin bagimu tapi, aku tetap memintamu untuk tetap disisiku." Kini Heo Dipyo tengah memotong sendiri urat malunya.

Ia memeluk Jee Kyung erat tanpa memperdulikan sekelilingnya yang tengah menatap mereka, penuh keterkejutan bercampur rasa iri.

"Tuan, semua mata tertuju pada kita. Mohon pergilah sekarang. Saya malu..." bisik Jee Kyung di telinga Heo, yang masih dalam dekapan Heo Dipyo.

Pria itu tersenyum, melepaskan pelukannya pada Jee Kyung, lalu beranjak pergi. Jee Kyung mengantarkan kepergian mereka, dengan sebuah lambaian tangan.

"Sejak kapan kau dekat dengan mantan calon Suami Ratu Seonha?" tanya salah seorang Seonsang senior menyenggol Jee Kyung penasaran.

"Semenjak Ratu memutuskan untuk tidak akan menikah selama berada di atas Tahta" jawab Jee Kyung sekenanya karena kebenarannya adalah, Jee Kyung asli sudah mengenal Heo Dipyo bahkan sebelum Ratu Seonha alias Ha-Neul Arang bertemu dengan Heo Dipyo.

"Tapi kau ini Seonsang. Apa keluarganya...menyetujui hubungan kalian?" tanya Seonsang senior mencibir sinis.

"Ya, suatu saat nanti, keluarganya akan menyetujui hubungan kami. Sudah bisa dipastikan" tegas Jee Kyung percaya diri sambil berlalu meninggalkan sang senior.

Jee Kyung memilih untuk memainkan musik sambil menyanyi, dari pada terus meladeni Wanita kurang kerjaan tadi. Suara alat musik petiknya terhenti ketika ia melihat ada sebuah bayangan di atas jendela di lantai. Jee Kyung mengangkat kepalanya lalu melihat seekor Hato benar-benar bertengger di atas jendela.

"Kau..., mau menjemputku?" tanya Jee Kyung ketakutan.

"Sekarang bersiaplah" jawab Hato tegas tapi Jee Kyung justru lari keluar dari ruang tempatnya bekerja, menuju ke Taman Istana.

Ia berteriak minta tolong tapi tak ada Satu pun orang merespon karena waktu mendadak telah terhenti. Jee Kyung tersandung batu dan terjerembap ke atas tanah.

"Izinkan aku berpamitan terlebih dahulu dengan Heo Dipyo. Paling tidak biarkan aku berpamitan dengannya" rengek Jee Kyung.

Gadis malang ini merasakan tanah mulai terasa lembek, berubah menjadi tanah hisap, menghisap Kotoko tanpa sisa.

Kediaman rahasia.

Di tempat persembunyian Hwan Chin, akhirnya mereka Heo Dipyo, Hyun-Jae dan Yeon-Seok duduk santai di atas tanah, sambil menunggu Tuannya siap untuk mereka boyong ke Istana.

"Ada yang aneh" Heo Dipyo memulai pembicaraan membuat kedua Pria di samping kanan dan kirinya mengangkat alis penasaran.

"Apa yang aneh?" tanya Yeon-Seok memperhatikan mimik serius Heo Dipyo.

"Hey Hyun, Jee Kyung juga kemarin dua kali berkata akan pergi dariku. Seperti Ha-Neul. Apa mereka punya masalah yang sama? Atau mereka saling terhubung?" tanya Heo Dipyo heran.

"Mereka jelas terhubung karenamu kan? Kau menolak Jee Kyung, lalu mengejar-ngejar Ha-Neul ingat?" balas Hyun-Jae bingung kenapa Jee Kyung juga mengatakan hal yang sama seperti Ha-Neul?

"Kau yang akhir-akhir ini sering mendampingi mereka berdua. Apa ada gelagat mencurigakan dari mereka? Minimal mereka membicarakan soal kenapa mereka harus pergi? Atau...kemana tepatnya mereka akan pergi?" tanya Hyun-Jae menatap tajam Yeon-Seok.

Kenapa Ane tidak mengatakan apa pun padaku? Panik Hiroshi khawatir, dia tidak sempat melihat Kakaknya Kotoko untuk terakhir kalinya seperti kejadian sewaktu Hamari menghilang dulu.

"Kau pasti mengetahui sesuatu kan?" tanya Hyun-Jae yang entah sejak kapan sudah berada di depannya, sambil menggoyangkan kedua bahu Hiroshi.

"Kalian ini kenapa? Aku bersama mereka bukan karena mau ku tapi justru karena permintaan kalian. Mana mungkin mereka mau membagi isi hati mereka padaku? Bagi mereka aku ini hanyalah orang asing. Berbeda dengan kalian" jawab Yeon-Seok panjang lebar.

Siapa yang akan percaya jika mereka datang ke tempat ini dari Negeri seberang?

"Benar juga" gumam Hyun-Jae lesu melepaskan cengkeramannya pada Adik semata wayangnya Yeon-Seok.

"Kalian sedang membicarakan apa? Kedengarannya sangat seru?" tanya seorang Pria dari dalam di dampingi oleh Tuan Beom Ho.

"Anda sudah siap?" tanya Yeon-Seok berdiri sambil membersihkan pakaiannya dari tanah diikuti yang lainnya.