Broooool!!
Brug.....
Tanah yang di pijaki Ratu benar-benar longsor!! Ia terperosok bergulingan di bawah sana. Tubuhnya kini terhenti berguling karena membentur sebuah pohon di bawah sana. Rasa sakit di seluruh area tulang belulangnya membuat ia tak dapat berkutik lagi. Sorot matanya mulai meredup...kesadarannya perlahan menghilang.
Suara wanita misterius.
Jika kau harus pulang dan meninggalkan Hyun-Jae selamanya, apa kau akan bahagia Hamari?
Tidak. Jawab Hamari lemah.
Aku akan mengabulkan satu permohonanmu, sebelum kau benar-benar meninggalkannya. Kau mau ambil kesempatan ini?
Bisakah?
Tentu. Katakanlah.
Meskipun kami terpisahkan jarak, izinkan kami bertemu kembali. Lirih Hamari dalam mimpinya sambil menitikkan air mata.
Tanah padat tempat Hamari tak sadarkan diri berubah menjadi lembek, dan menjadi tanah hisap, menenggelamkan seluruh tubuhnya tanpa sisa.
Ost:
Jalan ini bagai mimpi.
Langkah ini membawaku padamu.
Kita bertemu di tempat penuh misteri
Haruskah terpisahkan saat kita melangkah dalam kabut bersama.
Aku bernyanyi seolah dengan ini waktu kita akan terluang.
Kembali disisimu menggenggam erat jemarimu.
Aku bernyanyi seolah dengan ini dirimu akan abadi terlukis dalam ingatanku.
Reff:
Bagaimana...
Bagaimana bisa...
Jika kau terus begini.
Menggenggam erat hatiku,
bahkan kau seperti magnet yang akan selalu menarik jiwa dan pikiranku padamu.
Bagaimana...
Bagaimana bisa...
Jika hatiku terpaut padamu.
Tapi aku harus terenggut darimu.
Akankah kita bersama
Selamanya...
"Ha-Neul...." lirih Hyun-Jae lemah tak berdaya. Seluruh pandangannya mulai memudar dan kehilangan seluruh kesadarannya.
Hyun-Jae, jika kau hanya memiliki satu kesempatan agar doamu terkabul, apa yang kau inginkan? sayup-sayup suara seorang Wanita yang asing di telinganya terdengar.
Jika keajaiban itu ada, bila suatu saat nanti kami terpisah, aku ingin...kami kembali bertemu. jawab Hyun-Jae sambil menitikkan air mata.
Mata setajam mata elang itu kembali terbuka. Matanya mencoba melihat ke sekeliling tapi hanya suara erangan para Prajurit yang terluka mampu membawa kesadaran Hyun-Jae kembali ke dunia nyata. Ia mencoba duduk wajahnya masih sangat pucat.
"Kau masih belum pulih Hyun-Jae. Biarkan seluruh racunnya benar-benar dinetralkan terlebih dahulu oleh Tabib. Jangan kemana pun dulu" nasehat Kim Yeon-Seok tiba-tiba berjalan ke arahnya.
"Dimana Ratu? Aku ingin memastikannya dia dalam keadaan baik-baik saja" kata Hyun-Jae berjuang untuk berdiri tapi ia merasa tubuhnya terlalu ringan untuk sekedar berdiri tegak.
"Kami sudah mencari Ratu dimana pun tapi Ratu lenyap begitu saja" jawab Yeon-Seok memucat.
"Dia terperosok ke bawah. Aku melihatnya sendiri. Coba cari lebih teliti" tegas Hyun-Jae syok mendengar Ratu menghilang.
"Kami sudah turun ke bawah tapi Ratu tidak ada disana bahkan jejaknya pun tak terlihat" Yeon-Seok mulai menaikkan nada satu oktaf agar Pria dihadapannya itu sadar mereka benar-benar telah kehilangan Ha-Neul Arang.
"Aku tahu ini berat bagimu Panglima Hyun-Jae" tiba-tiba terdengar suara Seonsang Yun di dampingi Heo Dipyo.
"Tapi mohon ingatlah singgasana Kerajaan kini kosong setelah peperangan ini berakhir. Anda harus tegar dan melanjutkan perjuangan Ratu yang tertunda. Bawalah Tuan Hwan Chin jadikan dirinya Raja" tambah Seonsang Yun tegas.
"Pekerjaanmu menunggu Hyun-Jae jangan memforsir tenagamu untuk mencari Ratu Seonha. Dia sudah terkubur di dalam tanah" ucapan Heo Dipyo malah membangkitkan emosi Hyun-Jae.
Pria itu menghampiri Heo Dipyo menumpahkan kemarahan, frustasi, kesedihan bahkan ketidak berdayaan nya dengan adu kekuatan di tempat itu.
"Hey!!" panik Seonsang Yun di sambut dengan tarikan tangan Yeon-Seok pada bahunya.
"Biarkan mereka. Itu cara Heo Dipyo mengembalikan semangat hidup Pria menyedihkan itu" kekeh Yeon-Seok.
"Apa Hamari sudah pulang ke rumah? Bagaimana jika dia tidak pernah kembali baik di sini mau pun di rumah kita?" gumam Seonsang Yun cemas sambil menatap wajah Yeon-Seok. Adik termudanya itu justru menunduk lesu.
"Kita akan tahu jawabannya sebentar lagi Kotoko. Pasti kita berdua mendapatkan giliran yang berikutnya. Berdoa saja dimana pun Hamari berada, dia dalam lindungan Dewa" balas Yeon-Seok lirih.
"Yeon-Seok!! Hoy!! Kemarilah Yeon-Seok!!" teriak Heo Dipyo membuyarkan lamunan keduanya.
Mereka berlari ke halaman balai pengobatan resimen Baehwa dan mendapati Hyun-Jae terkapar di tanah, kepalanya sedang disangga tangan kiri Heo Dipyo.
"Kemarilah bantu aku menggotongnya kembali ke dalam" pinta Heo Dipyo panik. Tak biasanya mantan rivalnya itu bertarung selemah tadi.
Beberapa jam setelah keluar dari Balai Pengobatan Resimen Baehwa, Seonsang Yun dan Heo Dipyo berjalan menuju Taman Istana karena jalan tempat mereka bekerja, satu arah. Heo Dipyo menyadari keterdiaman Jee Kyung pasti karena rasa kehilangannya.
"Kau tidak akan mengucapkan sepatah kata pun?" Tegur Heo Dipyo sambil berdehem kecil.
"Maaf"
"Sekarang situasi aman. Kau bisa meminta Raja untuk membebaskanmu dari statusmu saat ini. Pastikan kau mengajukan pengunduran dirimu ketika Raja naik Tahta dan menikahlah denganku Jee Kyung" kata Heo Dipyo tanpa keraguan sedikit pun.
Deg!!
Langkah Gadis yang disebut Heo Dipyo berhenti seketika. Matanya membulat tak percaya. Heo Dipyo balas menatap lembut, sambil tersenyum.
"Apa kau tak ingin menikahiku?" tanya Heo Dipyo mengangkat kedua alisnya bingung mendapati ekspresi ambigu dari Kekasihnya.
"Kau belum mengenalku lebih jauh Tuan Heo Dipyo. Saya rasa ini sangat terlalu dini" jawab Seonsang Yun menunduk malu tapi mau.
"O ya? Apa yang belum ku ketahui tentang dirimu?"
"Maaf memotong pembicaraan ini. Tapi saya harus pergi sekarang juga. Permisi" tandas Seonsang Yun menghormat lalu pergi begitu saja membuat Heo Dipyo menatap Seonsang Yun tak terima.
Pria ini mengikutinya menuju pintu gerbang Istana.
"Anda tidak ada pekerjaan Perdana Menteri?" keluh Seonsang Yun cemberut.
"Aku masih ada banyak tugas. Salah satunya...menjagamu" bisik Heo Dipyo ditelinga Seonsang Yun sukses membuat kedua pipi Gadis itu merona seketika.
Seonsang Yun memilih untuk tidak menjawab ia terus berjalan keluar dari Istana menuju ke suatu tempat.
"Jelas kau juga menyukaiku tapi kenapa terus menolakku? Apa ini tidak keterlaluan?" tambah Heo Dipyo setelah benar-benar jauh dari Istana.
"Biarkan saja terus begini jadi Anda tidak akan sama terlukanya dengan Tuan Hyun-Jae, ketika suatu saat nanti saya juga harus pergi" jawaban Seonsang Yun membuat Pria di belakangnya menarik lengan Gadis itu hingga menubruk Heo Dipyo.
Pria tersebut merengkuhnya, dengan sebuah pelukan sarat akan makna takut ditinggalkan yang tersampaikan langsung ke pada Seonsang Yun.
"Tuan Heo Dipyo lepaskan" tegas Seonsang Yun kaget sekaligus takut terhanyut dalam perasaannya terhadap Heo Dipyo.
"Hyun-Jae pernah berkata padaku sebelum Ratu pergi. Katanya dia mendengar berulang kali Ratu bicara padanya jika beliau akan pergi. Dan saat inilah waktunya" jawab Heo Dipyo semakin erat memeluk Gadis pujaannya, membenamkan wajahnya dibahu Gadis itu.
"Sekarang giliranmu mengatakan hal mengerikan itu padaku untuk pertama kalinya, Jee Kyung." Lirih Heo Dipyo.
"Tuan" lirih Seonsang Yun mulai berkaca-kaca.
"Sebelum hari itu tiba. Mari kita melakukan banyak hal yang Indah bersama. Agar setidaknya aku bisa mengenang kebersamaan kita" tambah Gadis itu. Tangisannya mulai tak dapat di tahan lagi.
"Kenapa kalian yakin sekali akan meninggalkan kami? Apa kalian tertular kemampuan mengetahui masa depan dari Cenayang Istana?"
"Tuan" kini Jee Kyung menangkup kedua pipi Heo Dipyo.
"Jika aku pun turut menghilang, tolong jaga Kim Yeon-Seok. Tolong jangan terlalu bersedih. Anda hanya perlu mencari saya di suatu tempat, di Negeri yang lain"
"Negeri...yang lain?" gumam Heo Dipyo tak mengerti.
Jee Kyung mengangguk sekilas lalu berjalan cepat mendahului Heo Dipyo yang masih mencoba mencerna ucapan Jee Kyung.
"Sebentar lagi adalah giliran Anda Nona," ujar seseorang dari sisi kanan Jee Kyung tak jauh dari Gadis itu berada.
"Ah, maaf. Sepertinya saya salah mengenali orang. Yang saya cari adalah Nona Kotoko Putri Keito" kata Wanita asing itu lagi, memberi kode agar Jee Kyung menjauh dari Heo Dipyo sejenak untuk berbicara padanya.
"Tuan Heo. Bisakah kami berbicara empat mata?"
"Dia bilang salah orang. Kenapa kau ingin berbicara padanya?" Heo merasa gelagat kekasihnya terasa ganjil.