"Ratu!! Pergilah!!" teriakan Yeon-Seok terburu-buru.
Ia terpaksa melayani musuh bertempur, ketika empat musuh sekaligus mengepungnya. Saat Ratu bergerak ingin membantu, Hyun-Jae menahan lengan Gadis itu. Ia memberi peringatan dengan kode bahwa tak jauh dari Yeon-Seok, Menteri Kwon Jae He memacu kudanya ke arah Ratu berada.
Secepatnya ia membawa lari sang Ratu ke arah kuda dan memacu kudanya menghindari Kwon Jae He, meninggalkan kekacauan yang entah kapan akan berakhir di belakang mereka. Dalam pelarian tersebut, sempat Ratu Seonha melihat keberadaan Komainu di balik pohon sedang mengintai mereka.
Deg!!
Jantung Hamari berdetak kencang ia ketakutan setengah mati. Selama dia terdampar di Negeri ini, tak sekali pun Komainu menunjukkan batang hidungnya tapi kenapa hari ini makhluk suci itu muncul?
Dengan tangan bergetar hebat, ia membenamkan diri memeluk Hyun-Jae erat. Kekasihnya itu mulai menyadari rasa takut yang merayap dalam diri sang Ratu.
"Apa pun yang terjadi aku akan melindungimu. Jangan pernah berpikir untuk meninggalkanku" geram Hyun-Jae.
Ya, Pria itu mulai mengerti kebiasaan Ratu Seonha. Jika dia mulai memeluknya seerat ini, pasti dalam pikirannya, mereka akan segera terpisahkan.
Entah kenapa Hyun-Jae sangat membenci hal itu. Bahkan hatinya terasa perih kali ini. Terbayang dalam benak keduanya bagaimana mereka bertemu dan bersama sampai saat ini.
Ost:
Jalan ini bagai mimpi.
Langkah ini membawaku padamu.
Kita bertemu di tempat penuh misteri
Haruskah terpisahkan saat kita melangkah dalam kabut bersama.
Aku bernyanyi seolah dengan ini waktu kita akan terluang.
Kembali disisimu menggenggam erat jemarimu.
Aku bernyanyi seolah dengan ini dirimu akan abadi terlukis dalam ingatanku
Reff:
Bagaimana...
Bagaimana bisa...
Jika kau terus begini.
Menggenggam erat hatiku,
bahkan kau seperti magnet yang akan selalu menarik jiwa dan pikiranku padamu.
Bagaimana...
Bagaimana bisa...
Jika hatiku terpaut padamu.
Tapi aku harus terenggut darimu.
Akankah kita bersama
Selamanya...
Kuda mereka berderap sangat kencang. Sementara lima Prajurit mengikuti mereka dari belakang. Kwon Jae He memberi isyarat kepada Prajuritnya agar memberi jalan baginya untuk mendekat pada kuda yang di tunggangi Ratu dan Hyun-Jae.
Kubu Kwon Jae He membuat para Prajurit Ratu Seonha sibuk bertarung dengan mereka tanpa memberi kesempatan untuk menghindar. Kwon Jae He melenggang tanpa hambatan berarti mendekati kuda yang dinaiki Ratu dan Hyun-Jae tapi sang Panglima, semakin memacu kudanya lebih kencang. Kwon Jae He bersiul nyaring.
Syaaaaat!!
Anak panah pertama meleset tapi mampu menggores lengan Hyun-Jae. Ratu Seonha panik karena ia tahu pasti, anak panah yang menggores lengan Hyun-Jay beracun.
Syaaaaaat!!
Anak panah kali ini melesat dan mengenai tepat di kaki bagian depan kuda hingga hewan tak berdosa itu jatuh membuat Ratu dan Hyun-Jae bergulingan di tanah.
Kwon Jae He melompat turun terkekeh melihat sang Panglima tersungkur di atas tanah. Kwon Jae He berlari kearah Ratu yang tak sadarkan diri melihat hal itu, Hyun-Jae mengambil pedang dari sarungnya menangkis pedang Kwon Jae He yang diarahkan pada Ratunya.
Trang!!
Kwon Jae He terhuyung ke belakang mendapatkan perlawanan sengit Hyun-Jae.
"Bagaimana jika kau berada dipihakku saja Hyun-Jae. Sebentar lagi Ratumu akan mati ditanganku" kekeh Kwon Jae He penuh hasrat membunuh.
Gara-gara Gadis bernama Ha-Neul Arang keponakannya yang tak tahu diuntung justru menusuknya dari belakang. Bahkan Heo Dipyo semakin berani melawan setelah ia kembali bertemu dengan Jee Kyung yang semakin hari semakin menempel pada Ratu.
Dendam Kwon Jae He terhadap sang Ratu lebih besar lagi kali ini karena dengan terang-terangan, Ratu Seonha memberikan hukuman penggal kepada Putranya.
"Di dalam mimpimu pengkhianat!!" geram Hyun-Jae sambil berdiri di depan Ratu.
Pertarungan sengit mulai terjadi kembali Kwon Jae He melompat mengarahkan pedangnya untuk menebas leher Hyun-Jae tapi Pria itu bisa dengan mudah menangkis, menendang perut Kwon Jae He menendang lagi pergelangan tangan Pria paruh baya tersebut hingga pedang yang ia genggam jatuh, bergesekan di tanah dan berhenti jauh dari jangkauan Kwon Jae He.
Kelemahan Pria paruh baya tersebut dimanfaatkan Hyun-Jae dengan menancapkan pedangnya tepat ke atas paha Kwon Jae He yang digunakan sebagai tumpuan tubuhnya yang mulai renta.
"Arrrrgh!!" erang kesakitan tak tertahankan itu membahana ke seantero penjuru arah.
Teriakan Kwon Jae He menyadarkan kembali Ratu Seonha. Ia membuka kedua matanya memperhatikan Hyun-Jae yang berdiri tegap melindungi dirinya sekuat tenaga. Ratu Seonha menyadari lengan tangan Hyun-Jae yang tergores kini sedang bermasalah.
Telapak tangannya menggenggam pedang dengan bergetar hebat. Ratu segera bangkit dari tidurnya, begitu melihat pedang di tangan Pria itu jatuh ke atas tanah. Tidak...tangannya mulai melemah. Racunnya mulai bekerja.
Jika Pria ini terus bergerak, reaksi racunnya akan semakin cepat menyebar keseluruh tubuhnya. Kwon Jae He mengambil pedang milik Hyun-Jae lalu akan menusukkannya ke perut Hyun-Jae.
Pria bermata elang mengetahui di balik tubuhnya, ada Ratu yang mulai sadarkan diri dan kini tengah berdiri di belakangnya. Ia tak mungkin menghindar karena bisa sangat fatal bagi Ratunya. Ratu menarik Hyun-Jae ke belakang sekuat tenaga, sementara dia berkelit, menyeret kakinya ke samping kanan sehingga, tidak terkena serangan Kwon Jae He. Tapi Ratu tidak menyadari bahwa tanah tempat ia berpijak sekarang, sangat rawan akan longsor.
Broooool!!
Brug.....
Tanah yang di pijaki Ratu benar-benar longsor!! Ia terperosok bergulingan di bawah sana. Hyun-Jae yang melihat hal tersebut, berlari mengambil pedang milik Kwon Jae He dengan tangan yang sehat.
Trang!!
Serangan Hyun-Jae mampu di tangkis oleh Kwon Jae He. Pria paruh baya tersebut menghambat gerakan pedang Hyun-Jae dengan menggunakan pedang hasil jarahannya.
"Itulah akibatnya melawan Kwon Jae He" kekeh Kwon Jae He yang mulai mengetahui Hyun-Jae, kesadarannya mulai menurun.
Bahkan keringat dingin mulai deras bercucuran di dahi sang Panglima. Kwon Jae He menggeser kasar pedang Hyun Jae ke kiri saat Pria itu lengah tapi saat Kwon Jae He akan mengarahkan pedang ke pelipis Hyun-Jae, Pria bernama Hyun-Jae roboh bersimpuh di tanah.
Meski tubuhnya mulai semakin lemah, ia sempat menebaskan pedang ke arah kiri perut Kwon Jae He, dan membuat goresan sepanjang perutnya lebih dalam lagi. Hyun-Jae akhirnya mencabut pedang itu secepat kilat. Kwon Jae He roboh bersimbah darah tepat di hadapannya.
"Ha-Neul...." lirih Hyun-Jae lemah tak berdaya. Seluruh pandangannya mulai memudar dan kehilangan seluruh kesadarannya.
Suara asing tak dikenal.
Hyun-Jae, jika kau hanya memiliki satu kesempatan agar doamu terkabul, apa yang kau inginkan? sayup-sayup suara seorang Wanita yang asing di telinganya terdengar.
Jika keajaiban itu ada, bila suatu saat nanti kami terpisah, aku ingin...kami kembali bertemu. jawab Hyun-Jae sambil menitikkan air mata.