Sebelum Heo Dipyo mendekat, musuh terakhir mengarahkan pedangnya ke arah leher diri sendiri tapi berkat navigasi akurat Seonsang Yun, yang melemparkan pedang sitaannya ke arah perut musuh, akhirnya gagang pedang sitaan itu mampu memukul mundur sang musuh, hingga pedang yang bertengger di lehernya terjatuh ke tanah.
Tanpa memberi kesempatan musuh melakukan usaha bunuh diri lagi, Heo Dipyo mencekal musuh, mengikat kedua tangan musuh ke depan, begitu anak buahnya berlari membawakan tali kekang untuknya.
Musuh tak kehabisan akal ia berusaha menggigit lidahnya tapi sebelum lidah itu berhasil di putuskan oleh sang pemilik, Heo Dipyo mencengkeram kuat rahang Pria tersebut, menyumpalkan saputangannya ke dalam mulut sang musuh, agar tidak mudah terlepas dari dalam mulut musuh, bahkan Heo Dipyo menyiapkan kain untuk membekap mulut musuhnya.
"Tae-Mu katakan pada Ratu kita mendapatkan sanderanya" perintah Heo Dipyo spontan Tae-Mu menghormat lalu bergegas pergi menunggang kudanya. Sementara saudara kembarnya Tae-Young memacu kudanya mendekati Heo Dipyo.
"Panglima. Pergerakan Menteri Kwon Jae He terlihat. Dia menghimpun seluruh Pemimpin pasukannya menuju Kerajaan" lapor Tae-Young buru-buru.
"Dimana Ratu berada?"
"Beliau masih di markas bulg-eun dal"
"Sial!! Bawa Ratu kembali Ke Istana!! Sebelum Istana dikuasai oleh bedebah gila itu!!" amuk Heo Dipyo memucat.
Perhatian Heo teralihkan ketika Seonsang Yun bersiul.
Maka suara kepakkan sayap burung merpati pos mulai mendekat. Tanpa pesan apa pun, Wanita itu hanya menyobek sedikit bagian ujung seragamnya, lalu mengikatkan kain robekan itu ke kaki merpati tersebut. Saat merpati tersebut melambung terbang tinggi, Heo Dipyo menatap penuh tanda tanya pada Wanita disampingnya.
"Dia akan memahami kodeku. Jangan khawatir" kata Seonsang Yun tersenyum manis.
"Tae-Young"
"Ya, Nona"
"Apa sudah ada titik terang siapa pembunuh orang tua Ratu?"
"Ya, Kwon Jae He ada di balik pembunuhan berencana tersebut" jawab Tae-Young sejujur mungkin.
Markas Bulg-eun dal.
Di markas bulg-eun dal ketika Ratu sibuk menyusun rencana bersama Panglima Hyun-Jae dan anggota bulg-eun dal lainnya, ada suara hentakan kaki berlarian ke arah markas. Semua orang bersiap mengelilingi Ratu, sambil menghunuskan pedang ke arah pintu masuk.
"Ini aku" kata Yeon-Seok sambil melambaikan sobekan kain seragam Mugunghwa. Ratu yang melihat itu, segera bangkit dari duduknya.
"Panglima. Bisakah kau membawaku kembali ke Istana secepatnya? Musuh sedang bergerak ke arah Istana sekarang" kata Ratu membuat geger seluruh anggota bulg-eun dal.
"Yang Mulia beri kami perintah" seru salah satu anggota bulg-eun dal tertua sambil bersimpuh di hadapan Ratu Seonha diikuti oleh yang lainnya.
"Sesuai rencana. Kita berantas seluruh oknum koruptor, dan seluruh bisnis ilegal fraksi kiri. Aku Ratu Seonha dengan ini meminta tolong sepenuh hati, mari kita lindungi Negeri ini sampai titik darah terakhir!" seru Ratu Seonha membakar semangat juang bala tentaranya.
Disela teriakan penuh semangat pengikutnya, Ratu berlari bersama Panglima Utama Hyun-Jae ke arah kuda dan memacu kuda itu menuju Istana.
Dengan perginya Ratu, bala tentara bulg-eun dal bergerak, memanggil seluruh pendukung diluar pasukan khusus bulg-eun dal, yang memiliki pasukan pribadi melebihi pasukan khusus pendukung Kwon Jae He.
Hentakan demi hentakan kaki kuda milik Hyun-Jae berderap kencang. Hyun-Jae memilih jalan memotong agar lebih cepat sampai. Tapi untuk itu, medan berat harus ditempuh. Mulai dari menyeberang sungai, hingga harus melalui rerimbunan hutan.
"Bersiaplah sebentar lagi sampai" kata Hyun-Jae memberi aba-aba.
Istana.
Pintu gerbang Istana terbuka lebar untuk sang Ratu. Ia sangat lega, bahwa kedatangannya belum terlambat. Padahal seharusnya musuh sudah datang terlebih dahulu. Nyatanya, mereka belum juga sampai. Di dalam Aula Kerajaan, Heo Dipyo, Seonsang Yun dan pasukan laskar Mugunghwa yang telah bergabung ke dalam resimen Baehwa telah menanti kedatangan Ratunya.
Bahkan para Menteri fraksi kanan, mau tetap berdiri disana, memberi dukungan penuh Ratunya.
Tak lama kemudian, para Menteri fraksi kiri di dampingi oleh para Perwira andalan mereka, menampakkan diri mengajukan Petisi.
"Yang Mulia...saya dengar Anda akan mengambil alih tanah perkebunan Menteri Man-Shik? Kenapa keputusan ini terkesan tiba-tiba? Atas dasar kesalahan apa Yang Mulia mengambil alih lahan tanah perkebunan itu?" kecam Kwon Jae He kesal. Sorot matanya terlihat berapi-api.
Ratu hanya tersenyum sinis mendapati pertanyaan menyudutkan seolah Ratu Negeri ini melakukan kecurangan.
"Apa kau hanya mendapatkan kabar itu Perdana Menteri Kwon Jae He? Ku rasa kau punya segudang keluhan yang akan kau muntahkan sekarang juga," jawab Ratu Seonha dengan tatapan tajam.
"Keuntungan perkebunan Menteri Man-Shik terbukti, menjadi fasilitas pendanaan bisnis ilegal perdagangan lukisan palsu milik Kerajaan!!"
"Jika tidak aku ambil alih, akan ada lebih banyak lagi benda palsu menghiasi Istanaku, sementara yang asli kau jual dengan harga lima kali lipat dari harga sesungguhnya. Berani-beraninya kau mencuri barang di Istanaku ini?!" bentak Ratu marah.
"Heo Dipyo. Perlihatkan hasil buruanmu" tegas Ratu Seonha menggebrak pegangan singga sananya.
"Ya, Yang Mulia" jawab Heo Dipyo penuh suka cita.
Pandangan penuh amarah terukir jelas di wajah Kwon Jae He. Ia benar-benar telah di tusuk dari belakang oleh keponakannya sendiri!!
Bruk!!
Seseorang di tendang hingga tersungkur, di tengah-tengah aula Kerajaan.
"Para Menteri fraksi kiri, adakah yang mengenali manusia satu ini? Jawab!!" bentak Ratu menyorot tajam ke mata Kwon Jae He. Pria itu terkekeh membalas tatapan nanar Ratu.
"Hati-hati dengan ucapan dan pandangan Anda Yang Mulia. Karena saat ini Anda sedang melayangkan tuduhan tidak berdasar kepada hamba." Jawab Kwon Jae Hee percaya diri.
"Tuduhan tidak berdasar akan segera berbalik menjadi bukti yang berdasar Kwon....Jae...He..." jawab Ratu tanpa merasa takut.
"Hey kau!! Katakan sejujur mungkin siapa yang memerintahmu menculik belasan Gadis untuk di perjual belikan?!"
"Jika kau berbohong atau pun mencoba menyakiti dirimu bahkan membunuh dirimu, akan ku pastikan tidak akan ada tempat bagi seluruh keluargamu, untuk mereka tinggali." Ancam Ratu sambil memberi perintah Hyun-Jae untuk membuka sumpalan di mulut tahanan mereka.
Brug!!
Ada satu lagi tahanan yang muncul lalu bersimpuh di samping tahanan pertama.
Bagaimana hadiahku Kwon Jae He? Apa kau suka? Kau dan Menteri Man-Shik, jelas sangat mengenalnya bukan? Batin Hamari menertawakan sang Perdana Menteri.