Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 98 - Kenapa harus Tuan Heo Dipyo? Bukankah dia kekasih nona?

Chapter 98 - Kenapa harus Tuan Heo Dipyo? Bukankah dia kekasih nona?

Tak sekali pun ia membuka cadar atau melepaskan capingnya sama sekali. Tak ada yang boleh melihat wajah Seonsang Yun meski dalam ruangan privasi pun.

"Resimen Jinsae sebagian kecil akan di bawa ke kediaman Tuan Beom Ho. Untuk meminta kembali stempel Istana yang mereka curi dari Istana. Lalu..., di kediaman Menteri Heo Dipyo, akan datang bala tentara Goldeun deulaegon untuk menjadikannya saingan bagi calon Raja masa depan Hwan Chin".

"Kapan itu tepatnya?"

"besok siang Nona"

"Kenapa kau terlihat sedang menyembunyikan sesuatu Jag-eun? Ada hal lain kah yang belum kau utarakan padaku? Apa itu?" Seonsang Yun menatap penuh selidik pada Jag-eun. Gisaeng cantik itu tampak makin gelisah saja.

"Nona...." jawab Jag-eun ragu-ragu. Haruskah ia katakan kebenarannya?

"Pasukan bulg-eun dal ada dibalik tragedi kematian Tuan Suk Chin dan...Nyonya Seo Hee" tambah Jag-eun pelan.

"Bukankah ini ulah Perdana Menteri Kwon Jae He?" tanya Gadis dihadapan Jag-eun dingin.

"Saya hanya mendapatkan informasi pendiri bulg-eun dal memang adalah Kwon Jae He tapi, mereka hanya mau bergerak atas satu perintah seseorang saja"

"Aku ingin membalaskan dendamku suatu saat nanti Jag-eun, katakan siapa yang memerintahkan mereka membunuh Ayahandaku?" kini mata yang awalnya jernih berubah menjadi berkaca-kaca.

"Mereka....bergerak...ata perintah Perdana Menteri Suk Chin sendiri"

Deg!!

Mana mungkin seseorang merancang akhir hidupnya sendiri?! Jika benar kenapa Ayahanda memerintahkan anak buahnya untuk membunuh dirinya sendiri? Ada hal yang ganjil.

"Nona..." suara Jag-eun memecahkan keheningan di antara mereka berdua.

"Artinya ada sesuatu yang menyebabkan Ayah terpaksa melakukan hal itu."

"Jag-eun. Katakan pada keparat itu bahwa Heo Dipyo menyuap seorang penjaga penjara untuk datang kemari dan tiba-tiba, membuat onar dikarenakan dalam pengaruh arak. Katakan ia sangat ingin membunuh Hyun-Jae karena telah menghasut Ratu agar tidak berpihak pada dirinya." tambah Seonsang Yun mencengkeram lembut kedua bahu Jag-eun.

"Kenapa harus Tuan Heo Dipyo? Bukankah dia kekasih nona?"

"hanya ini satu-satunya cara agar aku tahu kenapa Ayah nekat mengakhiri hidupnya. Ya, hanya Heo Dipyo kunciku untuk mendapatkan jawaban" lirih Seonsang Yun sendu.

Kerajaan.

Sementara di dalam ruang kerja sang Ratu, diam-diam ratu memanggil Kim Yeon-Seok datang ke sana, berhubung ia tak bisa tidur karena ulah Hyun-Jae yang menyebalkan sekaligus sedikit...manis?

"Yang Mulia memanggil hamba?" tanya Yeon-Seok diambang pintu.

"Masuklah. Aku ingin kau melakukan sesuatu untukku" jawab Ratu dan ketika Yeon-Seok menutup pintunya, para Pengawal dan Dayang saling melirik.

"Apa ini tentang permainan catur yang tertunda?" bisik seorang Dayang kepada Dayang lainnya.

"Ya Dewa kasihanilah Tuan Yeon-Seok....pasti dia baru akan keluar di pagi hari, dengan sangat lesu" jawab Dayang lain sambil terkekeh.

"Ratu yang sekarang tidak akan melepaskan siapa pun yang membuatnya tidak puas dengan suatu hal. Contohnya, Panglima Hyun-Jae." Bisik sang Pengawal ikut bergosip.

Di dalam ruang kerja Ratu, Kim Yeon-Seok menatap wajah Ratu penuh tanda tanya.

"Ini sudah larut malam kenapa kau tidak mimpi indah saja?" sebenarnya Yeon-Seok lega berada di dalam sini karena tidak perlu berpura-pura menjadi Adik dari Hyun-Jae.

"Kotoko dan seluruh orang kepercayaanku sedang bergerak malam ini. Bagaimana aku bisa tidur nyenyak."

"Kau tidak akan memanggilku hanya karena itu" kekeh Hiroshi mengambil hiasan batu Giok mungil berbentuk kura-kura di atas meja kerja Ratu.

Hiroshi nampak melempar keatas lalu menangkap Giok kura-kura itu berulang kali.

"Ajarkan aku ilmu pedang Hiroshi. Jika terjadi sesuatu padaku, dan tidak ada siapa pun disekitarku suatu saat nanti, kemampuan baruku ini pasti sangat berguna kan?" pinta Hamari berkobar-kobar.

"Ayahanda Ha-Neul, dan Hyun-Jae pasti akan sangat marah besar kalau tahu aku yang mengajarimu" celoteh Hiroshi meletakkan kembali Giok kura-kura berbalik, bersiap meninggalkan Hamari.

"Jadi lebih baik aku dan Kotoko terluka, agar kau terhindar dari amukan mereka berdua?" protes Hamari sukses menghentikan keinginan Hiroshi pergi.

"Siapa yang berani melukai seorang Ratu? Begitu banyaknya orang yang menjagamu Hamari"

"Lalu Kotoko? Dia hanya memiliki Heo Dipyo. Ini permintaan pertamaku sebagai Kakakmu Hiroshi. Aku tahu kau bisa melindungi kami tapi situasi tidak akan selalu sama. Bagaimana jika suatu saat kami sangat terdesak? Nyawa kami diujung tanduk, sementara kalian terlambat datang? Aku mohon. Latihlah kami Hiroshi"

"Latihan ini sangat berat. Dan jika kau tidak ingin Kakak palsuku mengetahui kau berlatih ilmu pedang, maka solusinya Kau dan Kotoko harus berlatih sepanjang malam. Apa kalian sanggup melakukannya setiap hari?" Hiroshi memberi penawaran serius.

"Tidak ada pilihan lain" kata Hamari mengangkat kedua bahunya.

"Yang Mulia Seonsang Yun ingin bertemu. Maaf mengganggu. Kata beliau ada urusan darurat" kata Pengawal, dibalik pintu.

"Biarkan dia masuk"

Muncullah Kotoko dengan caping bercadarnya.

Ia berlari kearah sang Ratu menceritakan segalanya. Ia pun sudah mengatakan informasi apa saja yang ia dapatkan dari para Gisaeng di Gibang, kepada Resimen Baehwa dan Laskar Mugunghwa.

"Kapan dua pemimpin pasukan khususku datang untuk memberi tahu rencana selanjutnya?" tanya Hamari sambil memperhatikan pintu ruang kerjanya berharap Hyun-Jae dan Heo Dipyo menyusul Kotoko kemari.

"Mereka tidak ingin mengganggumu beristirahat. Jadi mereka memutuskan untuk datang kemari ketika fajar mulai terbit" jawab Kotoko.

"Kalau begitu. Latihan kalian harus segera di mulai. Tidak bisa ditunda lagi. Kalian diam disini aku akan segera kembali" potong Hiroshi mulai menampakkan kecemasan di wajahnya.

"Aku ingin kita mulai di kediamanku saja. Datanglah kesana" tegas Ratu menggenggam pergelangan tangan Hiroshi bersungguh-sungguh. Hiroshi hanya mengangguk setuju lalu pergi sementara Hamari dan Kotoko bersama para Dayang menuju kediamannya.

"Istirahatlah kalian semua. Aku akan meminta Seonsang Yun bermalam disini."

"Ya Yang Mulia" sambut para Dayang lalu menghormat bergegas menuju kediaman para Dayang Istana.

Hamari menggandeng Kotoko masuk ke dalam kediamannya lalu mengunci pintunya meski ada penjagaan di luar pintu kediamannya. Mereka segera duduk di ruang tamu. Suara seseorang melempari jendela ruang tamunya dengan kerikil terdengar. Hamari memberi kode agar Kotoko tetap duduk manis di sana sementara dia memeriksa siapa pelakunya.

Hamari membuka jendela dan melihat Hiroshi bersembunyi di balik pohon. Hampir saja ia berteriak kaget mengira itu penampakan hantu. Setelah Hiroshi menerobos masuk melalui jendela, Hamari langsung menutup jendela ruang tamunya.

"Tongkat kayu?!" seru kedua Kakak Perempuannya kompak setelah melihat Hiroshi menjatuhkan dua buah tongkat kayu ke lantai.

"Apa yang kalian harapkan? Langsung menggenggam pedang? Itu tidak akan kuizinkan. Demi menggenggam pedang, kalian harus menguasai tiga teknik dasarnya terlebih dahulu. Jadi jangan banyak protes. Ikuti saja perintahku atau tidak kita lakukan sama sekali" tegas Hiroshi sok berkuasa.

Hiroshi menguasai Kendo dan sekarang kemampuannya akan ditularkan pada kedua saudarinya. Dalam Kendo, ada teknik yang kita kenal dengan sebutan Men di mana ini adalah suatu bentuk gerakan menyerang. Serangan Men menargetkan kepala lawan, jadi serangan dilakukan untuk menyerang bagian kepala lawan dengan mengangkat pedang sampai melalui kepala lawan atau tepat di atasnya.

Di lanjutkan dengan mengayunkan sampai kena sasaran. Men adalah teknik serangan yang paling dasar dan seluruh praktisi sebaiknya mempelajari dan menguasai teknik ini di awal. Praktisi Kendo disebut juga dengan Kendoka dan bila masih pemula, maka teknik ini adalah salah satu yang akan dilatih supaya bisa memperlancar serangan. Arah serangan adalah ke bagian pelipis lawan entah itu bagian kanan atau kiri yang juga cukup efektif.

"Siapa dulu ingin mencoba?" tanya Hiroshi mengarahkan jemari kakinya di bawah sebuah tongkat, mengentakkannya ke atas, hingga kayu tersebut terbang melayang lalu dengan tangkas menangkap dengan tangan kanannya. Hamari dan Kotoko saling memandang.