Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 95 - Tuan, Anda benar-benar tidak mengenali kami?

Chapter 95 - Tuan, Anda benar-benar tidak mengenali kami?

"Pergilah dari hidup saya. Saya membebaskan Anda. Mulai dari sekarang, saya telah kehilangan hak saya atas diri Anda Tuan. Keberadaan saya hanya akan mencoreng nama baik Tuan" tambah Jee Kyung tajam.

Heo Dipyo masih tak mampu bicara ia hanya mengeratkan kepalan tangannya lalu pergi begitu saja.

"Hamba mohon diri" buru-buru Hyun-Jae mengikuti kemana Heo Dipyo melangkah.

Saat kedua Pria itu menghilang dari balik pintu, pecahlah tangisan Jee Kyung.

"Seharusnya kau tidak mengucapkan kata-kata itu." Lirih Ratu sambil memeluk Jee Kyung erat.

"Aku harus melakukannya ini demi dirinya. Aku, selama ini dianggap Kwon Jae He sebagai kelemahan dari Heo Dipyo. Karena itu kelemahannya harus disingkirkan" lirih Jee Kyung merana.

Ratu melepaskan pelukannya pada Jee Kyung menuntunnya untuk duduk.

"Bantu aku. Gunakan profesimu ini untuk mengorek informasi penting. Jadilah mata ketigaku dibalik topeng Gisaeng. Kakak maafkan aku meminta bantuan yang berisiko ini" kata Ratu Seonha sebagai Hamari.

Jee Kyung menggelengkan kepala lalu menangkup wajah Adik Perempuannya itu.

"Kwon Jae He telah menggali kuburannya sendiri. Dia membuatku bisa leluasa mencari kelemahan dirinya. Ini sudah kewajibanku mencari keadilan untuk kedua orang tua Jee Kyung yang tak berdosa sekaligus memberi keadilan bagi Jee Kyung sendiri." Senyum Jee Kyung sebagai Kotoko.

"Kau sengaja menjauh darinya agar dia pun tidak menjadi kelemahanmu?" tebakan Hamari dijawab dengan sebuah anggukan kecil dari Kotoko.

"Kita tidak akan lama di sini. Apa kau tidak berpikir ulang? Belum tentu kita bisa bertemu kembali dengan orang yang...."

"kita cintai?" potong Kotoko membuat Hamari menganggukkan kepala.

"Lagi pula, Pria itu milik Jee Kyung. Bukan milikku. Dan aku akan pergi darinya. Setidaknya hanya aku yang akan tersiksa bukan?" jawab Kotoko tersenyum perih.

Deg!!

Hamari akhirnya tersadar bahwa bukankah Hyun-Jae juga sebenarnya hanya milik Ha-Neul Arang? Alias Ratu Seonha? Hamari pun akan pergi juga nantinya.

"Benar. Hanya kita yang akan merasa kehilangan" kini wajah sendu Ratu Seonha terukir jelas. Bahkan air matanya tak terasa menitik.

Istana. Danau buatan.

Di tempat lain, Heo Dipyo berjalan setengah berlari ingin memporak porandakan kediaman Menteri Kwon Jae He. Tapi langkahnya di cegah oleh Hyun-Jae setibanya di danau buatan.

"Jangan campuri urusanku"

"Selama ada hubungannya dengan Ratu, urusanmu juga adalah urusanku"

"Aku tidak akan melibatkan beliau ini hanya antara aku dan Pamanku!"

"Permasalahan itu bisa merembet pada Ratu. Jangan sampai Kwon Jae He tahu Tuan Beom Ho dan Putranya berada di pihak Ratu" bisik Hyun-Jae memperingatkan.

"Aku hanya ingin membuat perhitungan karena Jee Kyung"

"Kau pikir Nona Jee Kyung bebas karena siapa? Itu karena Ratu menggunakan Stempel Istana. Dan Pamanmu belum tahu tentang stempelnya yang telah kembali" tegas Hyun-Jae sambil berbisik dan mencekal lengan Heo Dipyo.

Pria yang dicekal, menggunakan tenaga dalamnya untuk memukul mundur lawan tapi Hyun-Jae, bisa menampik tangan Heo Dipyo.

"Kau pikir Paman dan Antek-anteknya buta? Cepat atau lambat mereka akan mengetahui keberadaan Jee Kyung di Istana ini"

"Kami masih belum memperbolehkannya menunjukkan wajah di depan umum. Karena umpan kami belum dimakan Pria tua bangka itu" bisik Hyun-Jae tiba-tiba memeluk dan menepuk punggung Heo Dipyo begitu menyadari antek Kwon Jae He sedang memperhatikan mereka.

"Ada antek Pamanku. Kau menyadarinya rupanya" kekeh Heo Dipyo sambil melirik sekilas sosok di balik pepohonan.

"Jadi kau ingin aku bekerja sama dengan kalian?" bisik Heo Dipyo.

"Jika kau ingin melindungi Wanitamu jelas kau harus menyetujui penawaran kami" jawab Hyun-Jae cepat.

"Ikuti permainanku" kekeh Heo Dipyo lirih.

Ia menendang lutut sang Panglima Utama, hingga Hyun-Jae jatuh terdorong ke belakang. Heo Dipyo mengambil pedang dari sarung pedang tepat di pinggangnya mengacungkan padang tersebut ke arah Hyun-Jae. Spontan Hyun-Jae juga mengeluarkan pedang dari tempatnya lalu berusaha menahan serangan dadakan Heo Dipyo.

Jika dia melakukan ini di depan Ratu, sama saja dia mengumumkan pemberontakan. Tapi apa ini? Kenapa dia bertingkah seolah ingin terlihat....sejenak Hyun-Jae berpikir tentang tingkah gila dadakan Heo Dipyo tapi ia mulai mengerti bahwa Heo Dipyo ingin terlihat seolah dia termakan jebakan sang Paman.

"Hentikan Heo Dipyo kau tidak tahu kebenarannya!!" bentak Hyun-Jae berusaha mengikuti permainan dari Heo Dipyo.

"Kebenaran macam apa? Mataku sudah terbuka lebar!! Ratu sengaja membunuh orang tidak bersalah, bahkan sekarang memperlakukan sahabatnya dengan tidak hormat!!" marah Heo Dipyo.

Trang!!

Trang!!

Adu pedang berlangsung lama seolah mereka tidak pernah kekurangan tenaga. Perlawanan sengit dari masing-masing kubu, menjelaskan mereka tak pernah mengambil jeda sesaat untuk berhenti sekedar memulihkan tenaga.

Bagi orang-orang yang tidak mengetahui mereka tak bersungguh-sungguh berkelahi, pasti menyangka itu perkelahian sesungguhnya.

Ini hanya permainan mereka, cukup ketika salah satu dari mereka ada yang terluka, maka permainan selesai berhubung sang mata-mata Kwon Jae He tak jemu-jemu menonton perkelahian mereka.

"Hyun-Jae, Heo Dipyo!! Hentikan!!" perintah seseorang memecahkan konsentrasi keduanya.

Zraaaash!!

"Arrrgh" erang keduanya setelah mereka tak sengaja saling menggoreskan pedang.

Mereka berputar sambil melirik kearah pepohonan ternyata mata-matanya telah pergi. Kedua Pria itu menatap sang Ratu tanpa kata hanya membungkuk, memberi hormat.

"Ada masalah apa? Kenapa kalian sampai membuat keributan lagi?" tanya Ratu penuh selidik.

Dua Pria penting itu menancapkan senjata ke dalam tanah lalu bersimpuh. Melihat si tangan kanan dan si tangan kirinya menancapkan pedang ke atas tanah, Ratu menoleh ke kanan dan ke kiri. Ada anggota fraksi kiri di sekitar sini. Dan kode kedua Pria tersebut, menegaskan bahwa ini hanyalah drama belaka.

"Setelah apa yang terjadi seharusnya Anda paham kenapa hal ini bisa terjadi juga Yang Mulia" nada suara Heo Dipyo begitu dingin.

"Pengawal!! Seret Heo Dipyo ke penjara!! Kurung dia sampai pagi!! Keluarkan dia besok siang" kata Ratu setegas mungkin, berpura-pura murka.

Para Pengawal bergegas menggelandang sang Menteri Heo Dipyo menuju ke arah dimana penjara Istana berada. Heo Dipyo memberontak berusaha lepas dari cengkeraman dua Prajurit Istana.

"Aku, bisa jalan sendiri!" teriak Heo Dipyo bergegas menuju penjara. Dua Pengawal itu kembali menahan bahu Heo Dipyo.

"Tuan, Anda benar-benar tidak mengenali kami?" bisik salah satu dari Pengawal Kerajaan sesampainya di depan penjara setelah melihat situasi jauh lebih aman.