Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 91 - Kegemparan

Chapter 91 - Kegemparan

"Ini cenderamata untuk Anda Yang Mulia" kata Menteri Suk Chin sarat akan makna. Ratu hanya tersenyum, menggenggam seerat mungkin.

Dalam perjalanan pulang, di dalam kereta kuda, Ratu Seonha membuka kepalan tangannya. Ia melihat cenderamata dengan seksama. Dua sisi yang berbeda, dua gambar dan corak berbeda pula. Menteri Suk Chin tidak akan memberikan barang tak berarti kepada seorang Ratu. Dia harus mendiskusikan apa yang sedang di pikirkannya tentang hal ini pada Panglima kepercayaannya.

Istana.

Di Istana, Ratu belum juga mendapatkan laporan kedatangan Menteri Hyun-Jae. Dari siang ke malam tak kunjung juga ia bertemu dengan sang Menteri. Hiroshi mengatakan yang menjemput para Gadis untuk latihan wajib militer adalah rekan satu resimennya. Maka tentu saja yang mencari keberadaan para Gadis yang hilang adalah, Hyun-Jae.

"Aku memintanya membagi regu untuk melakukannya. Tapi kenapa dia malah terjun langsung? Hyun-Jae jangan sampai terluka" gumam Ratu Seonha di peraduannya sebelum benar-benar tertidur lelap.

Kediaman Menteri Suk Chin.

Di malam larut itu, kediaman Menteri Suk Chin, sangat kacau. Beberapa orang berpakaian serba hitam, dengan caping bercadar menyerang. Beberapa anak buah Hyun-Jae segera bergerak anehnya, saat gerombolan pengacau itu melihat kedatangan anak buah Hyun-Jae, mereka malah kabur dan menempelkan secarik kertas berwarna merah darah di atas tubuh salah satu pasukan khusus Menteri Suk Chin yang mengalami luka tusukan cukup parah.

"Dimana pasukan khusus lainnya? Kenapa hanya kalian bertiga yang berada di sini?" tanya Oh Reon waspada.

"Kami terkecoh dengan jebakan yang dibuat para berandalan itu. Karena itu hanya kami yang tersisa disini"

"Bagaimana keadaan keluarga Menteri Suk Chin?"

"Mereka bersembunyi di dalam. Untung kalian datang sehingga pengganggu itu belum sempat masuk ke dalam" jawab orang tersebut terengah-engah.

Oh Reon membaca pesan bertinta merah darah. Dengan sigap ia berlari masuk ke dalam kediaman sang Menteri.

"Tuan Suk!! Bagaimana keadaan Anda? Apa baik-baik saja?!" seru Oh Reon mencari keberadaan Menteri Suk Chin.

"Kami aman. Bagaimana keadaan diluar? Sudah kah aman?" tiba-tiba Menteri Suk Chin berlari ke arah Oh Reon entah dari mana munculnya.

"Bisa Anda katakan, sebenarnya apa yang mereka incar dari Putri Anda? Kenapa mereka terus menerus mendatangi Nona Jee Kyung?"

"Dari pada memikirkan hal itu, kita pikirkan saja tempat paling aman menyembunyikan Putriku yang masih saja belum sadarkan diri" kata Menteri Suk Chin sambil terus mengawasi sekitarnya.

Tiba-tiba terdengar ada keributan dari luar. Oh Reon tidak mengizinkan Perdana Menteri dan Istrinya keluar dari kediamannya. Oh Reon memutuskan untuk mencari tahu sendiri sumber dari keributan di luar. Pria itu mengerutkan kening begitu melihat sepuluh pasukan resimen Jinsae berada di halaman kediaman Perdana Menteri Suk Chin.

"Ada keperluan apa sampai resimen Jinsae datang kemari?" tanya Oh Reon seramah mungkin.

"Kami mendapatkan perintah pemeriksaan terhadap Perdana Menteri Suk Chin." Jawab pimpinan resimen Jinsae, Nam Gill sambil menyodorkan surat perintah Kerajaan.

"Apa Yang Mulia Ratu tahu soal ini?" Oh Reon menatap penuh selidik.

"Apa Anda meragukan tindakan kami? Apa mungkin kami bergerak tanpa perintah langsung?" Nam Gill menjawab penuh percaya diri.

Terpaksa Oh Reon menyingkir dari hadapan Nam Gill yang menyeret sang Perdana Menteri dan Istrinya sampai ke halaman kediaman mereka. Suk Chin dan Istrinya Seo Hee di paksa untuk berlutut.

Di saat bersamaan, mata lentik Jee Kyung akhirnya terbuka lebar. Ia mendengar jeritan bahkan isakan tangis di halaman kediaman orang tuanya. Tanpa memperdulikan ucapan Dae Nari, Jee Kyung berjalan terseok-seok menuju halaman.

"Ayahanda!!" pekik Jee Kyung kaget, melihat sepuluh pasukan tak ia kenali melingkar, mengelilingi Ayah dan Ibunya sambil mengacungkan pedang.

Menteri Suk Chin menoleh ke arah Putrinya. Ia menggeleng tanpa kata memberi pesan tersirat jangan bertindak apa pun untuk melawan.

"Perdana Menteri Suk Chin. Terbukti mendanai pelatihan pasukan khusus dan memerintahkan pasukannya untuk melakukan penculikan Gadis-gadis desa Shange, dan menjual mereka sebagai budak ke berbagai Negara tetangga"

"Dengan Ini, Perdana Menteri Suk Chin akan dijatuhi hukuman penggal" Nam Gill membacakan surat perintah Kerajaan dengan lantang.

Lalu memerintahkan anak buahnya menebas kepala Suk Chin. Tapi Seo Hee yang merasa Suaminya telah menjadi korban fitnah dari seseorang, mencoba melindungi Suaminya.

Sang Istri mati di tempat karena urat lehernya terputus seketika.

"Seo Hee!!" teriak Suk Chin meradang.

Ia mencoba menyeruduk perut Prajurit yang tak sengaja membunuh Istrinya tapi Prajurit lain langsung memenggal kepalanya tanpa ampun.

"Aaaaaaa!!" teriak Jee Kyung syok berat.

Nam Gill tidak berhenti hanya sampai disitu. Ia menyeret Jee Kyung, pergi bersamanya dan Oh Reon tidak dapat berbuat apa pun karena surat perintah Kerajaan tidak dapat di ganggu gugat.

"Tuan..., bagaimana pun juga, meski resimen Jinsae bergerak atas dukungan Yang Mulia, jangan lupakan bahwa Jinsae terbentuk karena Perdana Menteri Kwon Jae He. Mohon izinkan saya mengawasi kemana Nam Gill membawa Nona Jee Kyung" protes salah satu anggota resimennya. Oh Reon hanya menepuk bahu orang itu lalu mengangguk.

Di lain wilayah.

Perdana Menteri Heo Dipyo sedang berusaha mencari dukungan Perdana Menteri kiri lainnya tapi usahanya selalu gagal. Ia berjalan keluar dari kediaman Menteri terakhir yang ia kunjungi. Suara seseorang berlarian kearahnya mencuri perhatiannya.

"Tuan. Nona Jee Kyung mendapat masalah"

"Ada apa? Bagaimana keadaan kedua orang tua dan dirinya?!" panik menjalari seluruh sel tubuh sang Perdana Menteri Heo Dipyo.

"Pasukan resimen Jinsae memenggal kepala Perdana Menteri Suk Chin sekaligus membunuh Istrinya menggunakan surat perintah Kerajaan. Sementara Nona Jee Kyung..." orang itu seolah enggan untuk mengatakan informasi terakhir.

"Apa dia selamat? Katakan dia selamat atau tidak?!" marah Heo Dipyo tak sanggup lagi menahan amarah.

"Nona Jee Kyung dibuang ke Gibang"

"Kurang ajar!! Berani-beraninya!!" amuk Heo Dipyo panas dingin. Ia berlari menuju kuda lalu memacu kudanya secepat mungkin menuju Gibang.

Yang Mulia...bagaimana bisa Anda setega ini terhadap Jee Kyung? Jika Anda ingin membalaskan dendam Anda kepada hamba setidaknya jangan libatkan Han Jee Kyung. Siapa pun yang membuat Jee Kyung dalam bahaya harus menghadapiku!! geram Heo Dipyo frustasi.