Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 90 - Ini kasus percobaan pembunuhan

Chapter 90 - Ini kasus percobaan pembunuhan

"Yang Mulia. Mohon lindungi Han Jee Kyung. Jika sesuatu terjadi kepada kedua orang tuanya mau pun hamba kelak, mohon jaga Jee Kyung. Beri dia tempat berlindung"

"...." untuk sesaat Ratu terdiam tak biasanya Heo Dipyo mau merendahkan diri, dan memohon begini.

"Bisa kau katakan apa yang tengah terjadi Heo?" Ratu mencoba mencari tahu ada apa dengan mereka berdua.

"Ada yang berusaha membunuhnya dihutan. Hamba curiga ini adalah ulah Paman hamba, yang mulai merasa resah karena kedekatan kami." jawab Heo perlahan.

"Beliau pasti akan melakukan banyak cara untuk memisahkan kami. Maka sebelum itu terjadi bisakah hamba mempercayakan Jee Kyung kepada Anda Yang Mulia?" tanya Heo harap-harap cemas.

"Yang Mulia...ini adalah permasalahan keluarga. Biarkan masalah ini diselesaikan sendiri oleh yang bersangkutan. Rasanya tidak etis, mencampuri urusan keluarga orang lain" Hyun-Jae menimpali.

"Masihkah Anda tidak peduli pada urusan keluarga Jee Kyung jika ini menyangkut nyawanya Yang Mulia? Mohon pertimbangannya" tandas Heo Dipyo menatap tajam sang Ratu.

"Hyun-Jae, bisakah kau mencari jalan keluar untuk hal ini? Kau melarangku menolongnya sebagai Ratu. Tapi sebagai seorang sahabat, apa aku pantas berdiam diri saja?" tanya Ratu menatap kalut pada sang Panglima.

"Akan hamba kerahkan beberapa anak buah hamba untuk menjaga Nona Jee Kyung. Dan mencari tempat tinggal darurat untuknya" balas Hyun-Jae memaklumi.

"Terima kasih." Heo Dipyo menghormat, berdiri perlahan, lalu memohon diri.

"Ratu kita tidak pernah tahu ini jebakan atau bukan. Anda terlalu gegabah" tegur Hyun-Jae setelah Heo Dipyo pergi.

"Hubunganku dengan Jee Kyung seperti Kakak beradik. Bagaimana aku bisa mengabaikan saudariku sendiri?"

"Yang Mulia. Ini adalah bagian dari trik fraksi kiri. Mohon berpikirlah dengan kepala dingin. Mereka mengirim Nona Jee Kyung untuk memata-matai Anda"

"Aku tahu itu. Tapi aku juga percaya Jee Kyung tidak akan mengkhianati saudarinya sendiri" tegas Ratu.

"Hamba tidak mengerti. Anda baru mengenalnya tiga minggu Yang Mulia. Kita belum tahu sifat aslinya" protes Hyun-Jae tak habis pikir.

Sejak insiden terlukanya Jee Kyung tiga minggu yang lalu, entah kenapa Hyun-Jae jadi merasa hubungan Ratu dan Jee Kyung semakin erat.

"Jika itu terjadi juga pada Kim Yeon-Seok, aku juga akan melakukan hal yang sama. Bagiku, Nona Jee Kyung dan Kim Yeon-Seok adalah keluarga. Tidak ada yang boleh memutuskan hubungan ini" tegas Ratu.

"Tolong mengertilah Ratu. Sifat Anda yang seperti ini suatu saat nanti akan di manfaatkan oleh musuh. Mohon jangan lengah" kata Hyun-Jae memberi peringatan keras.

Ia tidak ingin berdebat lebih jauh sebaiknya dia pergi. Sebelum Hyun-Jae sempat mendekat ke arah pintu, anak buahnya masuk untuk memberi laporan tentang keadaan Jee Kyung.

"Informasi apa yang kau dapatkan?" tanya Hyun-Jae.

"Panglima. Ini kasus percobaan pembunuhan. Nona Han Jee Kyung mengalami benturan keras di bagian kepala akibat jatuh dari kudanya." Jawab Kim Yeon-Seok berbicara sebagai anak buah Panglima Utama Baehwa.

"Bagaimana bisa terjadi? Lalu keadaan Jee Kyung?" tanya Ratu Seonha bergegas mendekati Kim Yeon-Seok.

"Maaf Ratu. Nona Jee Kyung belum sadarkan diri sampai saat ini" jawab Yeon-Seok sendu.

"Antarkan aku ke kediaman Perdana Menteri Suk Chin" tegas Ratu.

"Yang Mulia. Akhir-akhir ini marak penculikan para Gadis di sekitar desa Shange. Mohon dahulukan keselamatan Anda" laporan Hyun-Jae membuat Ratu Seonha menoleh murka pada Panglimanya.

"Bagi regumu menjadi dua. Sebagian carilah para gadis berusia enam belas tahun keatas di seluruh wilayah kekuasaanku. Katakan pada orang tua mereka, anak Gadisnya harus melaksanakan pelatihan wajib militer di Istana. Lalu regu kedua kerahkan untuk mencari para Gadis yang hilang" titah Ratu mengagetkan Hyun-Jae.

"Ratu...."

"Mereka Rakyat kecil Hyun Jae!! Jika tidak ada yang mampu melindungi anak Gadis mereka, setidaknya anak Gadis mereka bisa membela diri ketika berada dalam keadaan darurat!!"

"Aku ingin memberi kekuatan pada seluruh Wanita dalam naungan kekuasaanku. Bagaimana pun mereka adalah tanggung jawabku. Jangan coba menghalangiku untuk memberi bekal ilmu bela diri pada kaumku." Potong Ratu tak bisa terbantahkan.

"Laksanakan" jawab Hyun-Jae semakin tidak mengerti jalan pikiran Ratunya.

Memang, jika mereka semua punya bekal ilmu bela diri, mereka bisa melawan gerombolan penculik yang jumlahnya lebih banyak dari mereka? Ratu hanya memberikan harapan kecil untuk masalah yang sangat besar.

Ketika Ratu beranjak pergi, Yeon-Seok menghadang jalan Hyun-Jae agar berhenti mengikuti sang Ratu.

"Apa yang kau lakukan?" Hyun-Jae mengangkat kedua alisnya sambil bertanya.

"Kakak. Sebaiknya jangan ajak bicara Ratu dulu untuk sementara waktu. Emosi Ratu sedang naik turun karena keadaan Nona Jee Kyung" nasihat Yeon-Seok.

"Keputusannya selalu diambil tanpa pertimbangan bagaimana bisa aku hanya diam saja menonton?"

"Kau selesaikan perintah Ratu saja. Sementara aku yang akan menjaganya. Ratu aman bersamaku" tiba-tiba Yeon-Seok menepuk kedua bahu Hyun-Jae dengan semangat berkobar.

Hyun-Jae memicingkan mata lalu tersenyum memahami apa yang dipikirkan Adiknya itu. Pasti Yeon-Seok hanya mencari alasan untuk bertemu dengan Gadis pujaan hatinya.

"Jaga Ratu jangan menjaga yang lain. Ingat itu" jawab Hyun-Jae yang tidak dapat dipahami oleh Hiroshi.

Laki-laki bernama asli Hiroshi itu memilih untuk mengabaikan saja apa kata tanpa makna baginya itu. Ia bergegas menuju ke tempat Ratu Seonha alias Hamari berada. Dia tidak akan tinggal diam jika seseorang ingin melukai kedua Kakak Perempuannya.

"Apa Hyun-Jae tidak ikut mengantarku?" tanya Ratu Seonha membuka tirai tandu yang membawanya menuju ke kediaman Menteri Suk Chin.

"Yang Mulia. Panglima Hyun-Jae sedang menunaikan tugas dari Anda saat ini." Tegas Yeon-Seok di samping tandu sang Ratu.

"Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Kotoko. Dia tidak boleh mati disini. Kita harus pulang bersama dengannya" bisik Hamari pada Adik Laki-lakinya.

"Kita tidak bisa berbuat apa-apa di tempat ini. Jadi coba tenangkan dirimu. Kepanikanmu di Istana tadi, hampir saja membongkar identitas aslimu di depan Hyun-Jae. Kau ingin kita selamanya terkurung di tempat ini?" bisik sang Adik memperingatkan Kakaknya Hamari.

Ratu Seonha hanya diam termangu setelah mendapatkan peringatan dari Hiroshi alias Yeon-Seok.

Kediaman Menteri Suk Chin.

Dua jam kemudian, Ratu Seonha dan Yeon-Seok tiba. Perdana Menteri Suk Chin dan Istrinya Seo Hee memberi hormat begitu keluar dari kediamannya, menyambut Ratu mereka.

"Yang Mulia...ada masalah penting apa sehingga datang ke kediaman hamba?" tanya Suk Chin was-was.

"Aku hanya sekedar berkunjung. Ku dengar Putrimu Han Jee Kyung belum sadarkan diri? Bagaimana kondisinya sekarang?"

"Terima kasih atas perhatiannya Yang Mulia. Untuk menentramkan hati Anda, bagaimana jika Anda melihat kondisi Putri kami secara langsung?" tawar Ibu Jee Kyung penuh pertimbangan.

"Beberapa minggu ini Nona Jee Kyung menjadi teman bergosipku. Jadi begitu dia tidak ada, aku mulai merasa kesepian" jawab Ratu Seonha mencari alasan setelah diperbolehkan masuk ke kamar Jee Kyung.

Sosok Kotoko terbaring tak berdaya, kepalanya di balut kain putih, tak sadarkan diri membuat hati Hamari hancur.

Tidak...air mata Hamari tidak boleh menetes. Karena Hyun-Jae selalu mengatakan dirinya tidak boleh menunjukkan sisi kelemahannya sebagai seorang Ratu jika tidak ingin, kelemahannya itu dimanfaatkan musuh untuk menekannya.

"Apa ada masalah yang akhirnya membuat nyawa Jee Kyung dalam bahaya?" tanya Ratu Seonha datar.

"Hamba rasa tidak Yang Mulia" sang Menteri sedang berusaha menyembunyikan sesuatu.

"Di daerah sini memang sering terjadi penculikan korbannya selalu anak Gadis warga setempat. Hamba rasa Jee Kyung diikuti oleh kelompok penculik sejak keluar dari sini."

"Hamba dengar saat kejadian Anda sedang bersama Putri hamba maaf jika membuat Yang Mulia ikut terseret ke dalam bahaya" sahut Suk Chin sambil bersimpuh memohon maaf sedalam-dalamnya.

Tubuh Suk Chin samar bergetar ia tahu bahwa mata-mata utusan Menteri Kwon Jae He berkeliaran di sekitar kediamannya. Jika dia membuka mulut, Putrinya bisa benar-benar tamat. Ketika Ratu hendak pulang ke Istana, sang Menteri memberikan satu keping perak, berbentuk bulatan kecil secara diam-diam.