Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 85 - Sekarang kaulah tempat yang hangat untuk kutuju.

Chapter 85 - Sekarang kaulah tempat yang hangat untuk kutuju.

"Tuan, apa kau baik-baik saja? Apa benturan tadi siang membuatmu sakit?" tanya Jee Kyung meraih kening Heo Dipyo.

"Ada sedikit konflik antara Pamanku dan aku malam ini" jawab Heo, merebahkan diri di pangkuan Jee Kyung.

"Masalah jangan dibiarkan berlarut-larut. Kalau bisa diselesaikan malam ini, cobalah selesaikan sekarang juga"

"Percuma. Dia dalam keadaan mabuk berat sekarang. Tidak ada gunanya berbicara pada seseorang yang berotak kosong" tampak Heo Dipyo menghela nafas panjang. Seberat itukah hidup Heo Dipyo?

"Biasanya seorang Laki-laki akan sibuk berkumpul dengan teman mereka disaat hari-hari terberat mereka. Kau..., tidak mau melakukannya?" Jee Kyung mencoba memberi solusi.

"Sudah kukatakan. Sekarang kaulah tempat yang hangat untuk kutuju. Jadi tetaplah disisiku seperti ini." Kata Heo Dipyo tiba-tiba terkekeh setelah mengucapkan hal itu.

"Kenapa?"

"Kau tidak merasa keanehan yang ada padaku? Maksudku, dulu aku begitu ingin kau menjauhiku tapi sekarang aku malah sibuk mencarimu?" Heo Dipyo balik bertanya.

"Dalam setiap hubungan antara manusia, terkadang musuh bisa menjadi teman terdekat kita sebaliknya, teman kita justru menikam kita dari belakang"

"Kau benar sekali. Menurutmu, aku ini musuh atau teman bagimu?" Heo mulai penasaran.

"Bukan keduanya"

"Ah, ya...kau sudah lama jatuh cinta padaku jadi memang bukan keduanya"

"Memang bukan keduanya. Setelah kau menyebut yang ketiga, aku akan mengatakan dengan setegas mungkin bukan ketiganya"

"Kau menyangkal"

"Memang bukan ketiganya. Aku menganggapmu yang keempat. Sebagai orang yang sangat ingin ku selamatkan"

"Aku?" kening Heo Dipyo mengernyit kebingungan.

"Kau ingin menyelamatkanku dari siapa?" Heo makin kebingungan.

"Dari orang yang serakah akan kekuasaan dan harta. Ku dengar dia ada di sekitar Ayahanda dan kau. Dia pasti pemimpin kalian bukan?" jawaban Jee Kyung langsung membuat Heo Dipyo duduk menyorot tajam Gadis itu.

"Kau tahu dari siapa?"

"Seseorang memberi tahuku"

"Siapa? Ratu Seonha?"

"Bukan beliau. Tapi seorang Dayang yang tiba-tiba memberiku secarik kertas lalu pergi begitu saja" kata Jee Kyung mulai berbohong.

"Sungguh bukan Ratu?"

"Iya. Kenapa kau langsung menghubungkan ucapanku dengan Ratu?"

"Karena dia selalu ada disisi Hyun-Jae. Dalam pengaruh Laki-laki itu, dan selalu terpengaruh ucapannya. Kau jangan terlalu percaya pada setiap ucapan Ratu"

"Kau bilang Ratu terpengaruh oleh Tuan Hyun-Jae bukan? Karena dia selalu mendengarkan ucapannya. Artinya akan susah bagiku mendapatkan seluruh hati Ratu. Pasti Ratu pun berpendapat yang sama denganmu ketika melihatku"

"Aku juga..., terpengaruh oleh Perdana Menteri Heo Dipyo. Dan aku selalu mendengarkan ucapan Heo Dipyo. Bagaimana aku bisa sepenuhnya dipercaya oleh Ratu?"

"Kau berada di pihak yang benar" Heo menegaskan.

"Tidak ada yang benar mau pun salah. Melainkan keadaan lah yang dapat menentukan keputusan kita dalam memihak, apakah seseorang itu jahat atau baik"

"Apa kau bisa menentukan aku pihak yang mana?" tanya Heo mencibir.

"Pihak yang terluka parah. Sampai tidak tahu, dalam menentukan mana obat yang bisa menyembuhkan, atau obat mana, yang bisa menjadi racun bagi tubuhmu. Racunnya masuk dalam jumlah yang kecil tapi jika di konsumsi setiap hari, suatu saat kau bisa mati" jawab Jee Kyung menatap serius kedua mata Heo.

"Siapa racun yang kau maksud?!" bentak Heo Dipyo mencengkeram kuat dagu Jee Kyung.

"O-orang yang memerintahkanmu berbuat keji pada setiap orang yang kau anggap musuh. Jika di-dia pihak netral, tidak akan membiarkanmu melakukan hal keji pada siapa pun"

"Dia yang mengajarimu mengorbankan bahkan membuang semua orang kepercayaanmu, tidak la-layak untuk di jadikan Pemimpin" jawab Jee Kyung terbata-bata merasakan ngilu luar biasa pada rahangnya.

"Siapa sebenarnya yang mengatakan hal itu padamu?!" teriak Heo Dipyo dengan mata nanar.

"Aku langsung tahu ketika kau membicarakan Pamanmu Tuan, itu sebabnya aku mencoba memberi sebuah nasihat berdasarkan nasihat dari orang yang memberiku pesan rahasia itu" jawab Jee Kyung percaya diri penuh.

"Ah, kau sudah memberiku sebuah petunjuk. Dayang utusan dari fraksi kanan. Jelas sangat berhubungan dengan Ratu apa lagi Hyun-Jae. Jadi kau mulai terpengaruh pada ucapan mereka? Kau tahu apa yang bisa dilakukan Paman, ketika beliau sadar kau mengkhianati kepercayaanku?!"

"Meski aku terbakar karena Paman Tuan, yang saya pedulikan adalah keselamatan Anda. Karena Anda adalah dunia bagi Jee Kyung" air mata Kotoko mulai menitik.

Mungkin Jee Kyung asli hatinya sedang terluka karena kesetiaannya telah di ragukan Heo Dipyo.

"Kenapa kau melakukan hal bodoh seperti itu? Kau bisa tetap disisiku dan berpura-pura tidak tahu segalanya"

"Mau sampai kapan saya harus terus berpura-pura? Saya tahu konsekuensi yang harus saya hadapi Tuan. Biarkan saya hadapi sendirian. Anda melihat dan cukup berusaha memahami setiap nasihat saya Tuan. Apa pun yang saya katakan, lakukan, perjuangkan, bukan untuk orang lain. Hanya untuk Anda. Untuk dunianya Jee Kyung."

"Sudah larut masuklah ke dalam" perintah Heo Dipyo takut ucapan Jee Kyung dapat mempengaruhi sepak terjangnya.

"Tuan. Ingatlah satu hal. Jika saya hanya diam melihat Heo Dipyo dalam kehancuran sedikit demi sedikit, maka Jee Kyung tidak akan memaafkan saya"

"Jika Jee Kyung sampai melihat Heo Dipyo benar-benar hancur lebur maka hancurlah dunia Jee Kyung. Kehancuran dunia bagi Jee Kyung, sama dengan membuat Jee Kyung mati perlahan" kata Jee Kyung masih terus mengeluarkan air mata.

Jee Kyung hanya menghormat, dan berjalan ke arah pintu rumahnya.

Gadis itu terkejut ketika merasakan lengannya ditarik ke belakang. Sebuah pelukan hangat tersampaikan langsung pada Jee Kyung.

"Ku pikir kau tidak serius menganggapku duniamu. Bagaimana kau bisa melakukan hal bodoh berulang kali? Jika aku mau, saat ini juga pasti aku akan melenyapkanmu. Karena itu pasti akan ku lakukan bagi pengikutku yang berkhianat" kata Heo Dipyo tanpa perlu berpikir untuk menyembunyikan kenyataan pada Jee Kyung.

"Tidak peduli pada apa yang Paman Anda pikirkan. Tapi saya hanya peduli pada apa yang Anda pikirkan tentang Han Jee Kyung. Apakah...hati Anda bicara Han Jee Kyung sanggup berkhianat pada Anda? Bisakah dia menyakiti dunianya sendiri?" lirih Jee Kyung pelan.

"Aku ragu. Karena Ha-Neul Arang sebelumnya juga menganggapku dunianya. Tapi sekarang, dunianya sudah berubah."

"Ha-Neul adalah Ha-Neul. Jee Kyung tetaplah Jee Kyung. Apa selama saya berada di sisi Anda, hanya wajahnya saja, yang Anda ingat? Sehingga seorang Jee Kyung tak terlihat seujung kukunya pun?" entah kenapa Kotoko merasakan kemarahan yang mulai meluap.

"Kau!!"

"Han Jee Kyung selama bertahun-tahun mengharap kan sedikit saja perhatian dari seorang Heo Dipyo. Meski tak kunjung momen itu datang, melihat sosoknya saja Jee Kyung sudah bahagia. Sampai Anda bertemu dengan Ha-Neul, Jee Kyung pun merasa tak ada lagi harapan" potong Jee Kyung lantang.

"Tapi kenapa takdir begitu kejam Tuan? Setelah Jee Kyung hidup tanpa dunianya, justru dihari itu, dunianya sendiri yang menghampirinya. Katakan Jee Kyung harus bagaimana? Haruskah hidup atau mati?" tanya Jee Kyung pasrah.

Mata Heo Dipyo membulat mendengar pertanyaan Jee Kyung. Terlihat sosok siluet Dae Nari dari balik pintu, sedang membungkam mulutnya dengan kedua tangan sambil menangis pilu.