Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 84 - Kau sedang menanyakan keadaanku, atau menyumpahiku

Chapter 84 - Kau sedang menanyakan keadaanku, atau menyumpahiku

Jee Kyung pulang dengan rasa kesal sampai ke ubun-ubun. Tapi entah kenapa, dia merasa sangat lega. Apa karena belum lama ini dirinya menyuarakan seluruh unek-uneknya pada Heo Dipyo?

"Nona, bagaimana wajah Ratu? Apa beliau sangat cantik dan anggun? Apa beliau sangat baik pada Anda?" tanya Dae Nari.

"Dia hebat. Bisa berkorban lebih banyak dari yang seharusnya. Hey, Nari"

"Ya, Nona"

"Ratu dipihak yang baik dan aku ini dipihak seperti apa?"

"Maksudku, Ayahandaku satu fraksi dengan Heo Dipyo. Dan aku dengar, orang yang mereka jadikan panutan bukanlah orang baik. Kenapa mereka bersedia berhubungan dengan orang seperti itu?" lanjut Jee Kyung.

"Nona, hamba tidak mengerti. Yang saya tahu, selama saya bekerja dengan Nona, seluruh anggota keluarga Anda selalu hidup dengan sangat baik"

"Contohnya, Tuan Suk Chin beliau selalu mendorong anak-anak desa, untuk gemar berlatih bela diri tanpa sepeser pun biaya dengan harapan, kelak mereka akan menjadi salah satu Prajurit Kerajaan. Dan Nyonya Seo Hee beliau setiap seminggu sekali menyiapkan 20 karung beras untuk para gelandangan yang telah lanjut usia"

"Bahkan, kebaikan mereka diturunkan langsung ke Nona Muda. Bagaimana orang seperti malaikat seperti ini, dianggap jahat hanya karena menjadikan seseorang yang jahat, sebagai panutan?"

"Karena kepribadian kita bisa dinilai dengan siapa kita bergaul. Jika kita terlalu sering berada di kumpulan orang licik yang serakah, suatu hari keserakahan tersebut akan menular bahkan mendarah daging" gumam Jee Kyung ketika Dae Nari sibuk menyiapkan pakaian ganti untuk Nonanya.

Kediaman Menteri Heo Dipyo.

Di kediaman Menteri Heo Dipyo, Menteri Kwon Jae He sedang bertamu disana. Mereka meminum arak bersama merayakan betapa suksesnya rencana mereka kali ini.

"Ternyata kau benar-benar pandai memilih seseorang untuk menjadi orangmu sendiri. Ku pikir Jee Kyung hanyalah Gadis polos manja yang hanya silau dengan wajahmu saja" kekeh Kwon Jae He cegukan.

"Ini hanya faktor keberuntungan belaka Paman. Kebetulan ada orang, yang mau melakukan segalanya demi kebahagiaanku. Tentu saja dia bisa menjadi senjata hidupku" jawab Heo Dipyo menghentikan kegiatan makannya.

"Lucunya, dia berpikir bahwa aku menjadikannya boneka. Padahal niatan hatiku menjadikannya senjata hidup. Rasa haus Jee Kyung akan cintaku membutakannya. Semoga ini akan berlangsung lama" kata-kata Heo membuat Kwon Jae He menghambur ke arah Laki-laki muda tersebut, lalu menarik baju Heo Dipyo hingga merasa tercekik.

"Tidak biasanya kau, peduli dengan semua senjata hidupmu Heo. Bahkan terakhir, senjata hidupmu mati ditanganmu sendiri. Apa ini huh? Kau ingin hubungan Tuan dan anak buah berlangsung lama? Apa kau telah jatuh hati padanya? Kau ingat tujuanmu Heo Dipyo?!" Kwon Jae He memperingatkan.

Heo memukul telak perut buncit si Paman, hingga Kwon Jae He terjatuh di atas lantai kayu seluruh arak yang terlanjur masuk di perutnya kini dimuntahkan seluruhnya.

"Satu-satunya Wanita dalam hidupku sampai kapan pun adalah Ha-Neul Arang. Tidak ada yang bisa menggantikan posisinya dihatiku" geram Heo Dipyo sambil memecahkan tiga buah kendi berisi arak yang masih utuh ke atas lantai.

Kediaman Perdana Menteri Suk Chin.

Kembali di kediaman Perdana Menteri Suk Chin, Jee Kyung akhirnya tak bisa tidur. Ia sengaja berjalan menuju halaman rumahnya sekedar duduk di atas tikar, sambil menatap bintang dilangit. Jee Kyung terbayang kejadian di pandang rumput tadi.

"Kau ingin tahu yang mana? Heo Dipyo yang dulu, atau sekarang? Katakan" Jee Kyung mulai terbayang-bayang pertanyaan Heo Dipyo tadi siang. Entah kenapa, Jee Kyung seolah tak dapat melupakannya.

"Aku tidak peduli dengan masa lalumu Heo Dipyo. Karena kita sedang menjalani masa kini" jelas ini jawaban Jee Kyung asli bukan Kotoko!!

"Kau seperti berusaha memisahkan antara siang dan malam. Kita bukan siapa-siapa tanpa mengetahui asal usul kita di masa lalu. Jadi, masa lalu menentukan masa depan kita." Kicau Heo Dipyo, sambil bangun kembali menghadap ke arah Jee Kyung.

"Katakan saja apa yang kau ingin katakan" Jee Kyung waktu iti mengerutkan kening penasaran.

"Dengarlah jawabanku. Di masa lalu, Han Jee Kyung hanyalah Gadis polos, manja yang selalu mencari perhatian kesana kemari. Dia begitu merepotkan dan membuatku kesal. Dia seperti lem yang selalu melekat padaku."

"Hmm, artinya kau sekarang merasa jauh lebih bebas. Karena aku tak seagresif itu padamu sekarang" kekeh Jee Kyung merasa ingin memukul habis-habisan Jee Kyung asli. Dia merusak martabat seorang Wanita.

"Kata siapa? Kali ini kau lebih liar. Bagaimana bisa, aku yang sedang enak tidur siang, mendadak kau serang?" keluh Heo sambil menggelengkan kepala prihatin.

"Kau!! Harus berapa kali aku katakan!! Itu tidak sengaja!!" teriak Jee Kyung memukuli lengan kekar Heo Dipyo.

Laki-laki itu menangkap tangan kanan Jee Kyung. Tapi tangan kiri yang bebas, tetap leluasa memukuli Heo. Dengan sigap, Heo menangkap tangan kiri Gadis itu. Mereka terlibat adu kekuatan kali ini.

Tapi Heo Dipyo tidak tahu betapa luar biasa kuatnya seorang Wanita, kalau sedang mengamuk. Maka tanpa sengaja, Jee Kyung mendorong tubuh Heo Dipyo hingga terperosok ke bawah bersamanya!! Mereka berguling tanpa tahu musibah apa lagi yang akan menimpa mereka berdua.

Bruk!!

Dan tanpa sengaja, Heo Dipyo kali ini yang menimpa Jee Kyung. Keduanya terdiam dengan mata yang terbelalak. Heo langsung duduk menjauhi Jee Kyung masih bingung harus berbuat apa sekarang. Meminta maaf pasti dapat hadiah tamparan di pipinya.

Kalau tidak minta maaf, mungkin hidungnya akan segera kena tonjokan maut. Laki-laki yang telah lama menjauh dari Wanita itu makin panik melihat reaksi Jee Kyung yang tiba-tiba menangis sangat keras.

"Aku tidak sengaja. Benar-benar tidak sengaja. Kau...tidak apa-apa?" tanya Heo Dipyo memberanikan diri untuk mendekati Gadis itu sedikit demi sedikit. Dia sangat paham jika Wanita sedang marah, mereka lebih kuat dari seekor beruang betina.

"Kau pikir kalau aku baik-baik saja, aku sudi

menangis seperti ini huh?!" maki Jee Kyung.

"Apa...ada yang patah? Leher? Kaki atau tangan?"

"Kau sedang menanyakan keadaanku, atau menyumpahiku secara terang-terangan?!" maki Jee Kyung tanpa ampun.

"Sebut saja mana yang sakit. Akan aku carikan Tabib untukmu"

"Tabib...tidak bisa menyembuhkan sakitku ini. Benar-benar tidak ada Tabib yang bisa menyembuhkan lukaku ini."

"Sebenarnya luka apa yang sedang kau bicarakan?"

"Bahkan sekarang kau tidak merasa berdosa padaku" Jee Kyung memulai dramanya.

"Aku hanya tidak sengaja menimpamu karena terperosok dari atas sana!!" Heo mulai membela diri.

"Eh, sepertinya...aku pernah mendengar kalimat ini" gumam Heo.

"Aku sedang mengajakmu mengobrol bisa-bisanya kau, menyerangku begitu saja!!" kata Jee Kyung menahan tawa.

"Kau sedang mengerjai Heo Dipyo hmm? Kau harus tahu apa akibatnya" geram Heo Dipyo meraih Jee Kyung, dan menggelitiki Gadis itu gemas.

Lamunan Jee Kyung buyar ketika matanya menangkap sebuah meteor bergerak dengan cepat di atas langit.

Bukankah kita sudah impas, Heo Dipyo batin Jee Kyung tersenyum riang.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya seseorang tepat disampingnya.

Jee Kyung!! Berhentilah berhalusinasi tentang Heo Dipyo!! ini pasti khayalanku atau justru mimpi. Batin Jee Kyung berusaha menghilangkan halusinasi dengan memejamkan mata.

Pletak!!

"Auch!!" pekik Jee Kyung merasakan sebuah sentilan pada dahinya.

"Kau memang ahlinya mengacuhkan orang ya? Aku sedang bertanya padamu tapi kau malah pura-pura tidur?!"

"Ku kira kau ini halusinasiku. Lagi pula untuk apa kau datang kemari semalam ini? Kau ingin aku melakukan hal rahasia lagi?"

"Aku hanya sedang ingin menemuimu"

"Tuan sedingin es yang tidak memperdulikan orang lain bisa tiba-tiba ingin menemuiku? Ini keajaiban dunia. Apa harus kita abadikan momen seperti ini?" sindir Jee Kyung tak percaya.

"Katakan apa saja. Yang penting tetaplah disisiku" sahut Heo Dipyo sendu.