Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 81 - Entah Kenapa Hatinya Terusik

Chapter 81 - Entah Kenapa Hatinya Terusik

"Han Jee Kyung. Sulit menjelaskan padamu, akan satu hal yang baru saja menjadi kesepakatanku dan kedua orang tuamu. Tapi pada intinya. Aku lebih memilihmu dari pada Ratu Seonha" Heo berharap dengan mengucapkan hal tersebut, ia mampu memenangkan hati Putri Perdana Menteri Suk Chin tersebut.

"Apa kau tetap akan memerintahkanku masuk kedalam Istana? Sekarang?" tak diduga Jee Kyung langsung membicarakan inti dari tujuan kedatangan Heo Dipyo ke rumahnya.

"Demi mempererat hubungan antar keluarga itu memang harus segera dilaksanakan" jawab Heo menatap Jee Kyung tegas. Han Jee Kyung berjalan secepat mungkin menuju Heo Dipyo.

"Sebenarnya, jika tujuanmu hanya agar aku memata-matai seseorang, kau tidak perlu repot-repot berpura-pura menjadi calon Suamiku. Kau tinggal berlutut memohon padaku untuk melakukannya. Siapa orangnya?" bisik Jee Kyung ditelinga Heo Dipyo yang terpaksa berjinjit agar dapat mencapai telinga Laki-laki tersebut.

"Karena yang akan kau mata-matai adalah Ratu Seonha, jadi kau membutuhkan status sebagai calon Istriku untuk dapat menjangkaunya jauh lebih dekat. Dan ingat ini baik-baik. Tidak ada yang bisa membuatku berlutut" bisik Heo Dipyo tersenyum tanpa dosa.

Heo Dipyo...kau selalu menganggap setiap hubungan sebagai jembatan memperluas kekuasaanmu? Mari kita lihat, siapa si jahat yang sebenarnya. Geram hati Jee Kyung marah besar.

"Baiklah. Tidak ada pilihan lain bukan? Kalau aku kabur lagi, bukan hanya bekal bajuku saja yang akan Anda robek dengan pedang Anda itu. Mungkin bisa saja pedang itu mengoyakku" akhirnya si Nona Muda patuh juga. Meski berbicara dengan suara yang sengaja dilantangkan agar Ayahnya bisa mendengar.

Perjalanan menuju Istana.

Dalam perjalanan Jee Kyung menuju Istana, Gadis itu hanya diam seribu bahasa. Heo bahkan harus berulang kali memeriksa apakah Gadis itu masih di dalam tandunya, atau sudah kabur?

"Sebegitu bencinyakah kau pada Istana?" tanya Heo, yang naik kuda, menyamakan posisi dengan tandu yang dinaiki Jee Kyung.

"Aku benci pada apa yang ada di dalamnya. Kau pasti sangat merindukannya" sindir Jee Kyung tidak berusaha menyamarkan rasa kesalnya pada Heo Dipyo.

"Tidak. Karena bertemu setiap kali dipanggil, tentu saja rasa rindu itu menghilang dalam sekejap" kekeh Heo geli.

Pria tersebut mengangkat kedua alisnya, begitu mendapatkan reaksi tak terduga dari Jee Kyung. Gadis itu sengaja menutup tirai jendela yang menghubungkan Jee Kyung dengannya.

Kenapa sikapnya jadi sangat berbeda dari biasanya? Bahkan dahulu dia rela bermanis-manis kata denganku meski tak satu pun ucapannya yang ku gubris. Apa dia sedang membalas dendam? Padaku?! Geram hati Heo Dipyo mulai tak terima selalu diacuhkan.

"Terserah kau saja. Tapi ingat satu hal. Ketika kita sampai di Istana jangan pernah sedikit pun kau tampakkan betapa besarnya kebencianmu padaku" tegas Heo Dipyo sambil berlalu meninggalkan kereta kuda Jee Kyung.

Di dalam kereta kuda, tanpa ia mengerti mengapa, air matanya menitik begitu saja di pipinya.

"Aneh. Kau merasa segala hal setelah kehadiranku di tempat ini menjadi terasa aneh bukan Jee Kyung? Aku tahu kau sangat menyukai Laki-laki itu jadi, ketika aku membuat dirimu mengacuhkannya hatimu merana bukan?" gumam Kotoko pada si pemilik tubuh asli.

"Bukankah itu alasan kau menangis sekarang? Tapi aku melakukan ini demi dirimu. Kau tidak layak bersanding dengan Laki-laki yang bahkan peduli padamu pun, tidak"

"Aku berjanji. Sebelum aku pergi dari dunia yang aneh ini, akan ku dapatkan Pria yang tepat untukmu. Pegang kata-kataku Han Jee Kyung" kata Kotoko masih saja menangis tanpa hentinya.

Dua jam kemudian, kereta kuda itu tak lagi bergoyang. Kotoko merasa kereta kudanya sudah berhenti berjalan.

"Nona Jee Kyung, kita sudah tiba di Istana. Mohon segera keluar" kata Dae Nari gugup bukan main. Sebagai budak, bermimpi pun tidak berani untuk menginjakkan kaki di depan Istana.

Jee Kyung mengeringkan air matanya yang membasahi kedua pipi. Ia mencoba bernafas sepanjang mungkin mempersiapkan diri, melihat kenyataan akan ada banyak hal, yang tak ingin dilihat olehnya.

Jee Kyung keluar, dan melihat sepasang sepatu di depan matanya. Ia berdiri, dan menegakkan pandangannya.

"Bersikaplah biasa dan cobalah mendapatkan hati Ratu" bisik Heo mendekatkan diri ke telinga Jee Kyung.

"Kapan mereka akan menikah?"

"Kau benar-benar tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu? Ratu tidak akan menikah selama masih menempati Tahta. Bagaimana? Apakah hatimu sudah tenang sekarang?" jawab Heo lalu mundur ke belakang sambil memperhatikan reaksi konyol seorang Han Jee Kyung.

Rasanya..., ada semangat hidup yang bergejolak dalam diriku. Apa ini perasaanmu Jee Kyung? Karena aku baru kali ini mengenal Heo, jelas tidak mungkin memiliki perasaan itu terhadapnya kan? hati Jee Kyung mulai bertanya-tanya.

Gadis bernama asli Kotoko tersentak begitu merasakan telapak tangannya diraih Heo Dipyo bahkan Laki-laki itu menepuk punggung tangan Jee Kyung dengan tangannya yang lain.

"Aku percayakan sepenuhnya kepadamu" kata Heo Dipyo dengan senyuman mematikannya.

Jee Kyung!! Kenapa kau memberi efek berkilau pada wajah Laki-laki sialan ini huh?! Kau menodai pandanganku!! Amuk Kotoko pada Jee Kyung.

Tidak. Dia tidak boleh terpengaruh pada suasana hati Jee Kyung asli karena dia Kotoko. Tujuannya adalah, menyelesaikan tantangan Chichinya Keito.

Eh...,tunggu!! Baik Chichinya Keito mau pun Hato yang mengawalnya sebelum datang ke dunia aneh ini, tidak memberikan rincian tugas yang jelas.

"Ya ampun. Kenapa tidak terpikirkan sebelumnya di kepalaku?" panik Jee Kyung menggumam kebingungan.

"Memang apa yang belum terpikirkan di kepalamu?" tanya Heo Dipyo, melepaskan genggaman tangan mereka.

Jee Kyung hanya melirik pada Laki-laki itu lalu membuang pandangannya ke pintu gerbang Istana.

"Saya hanya berpikir tentang alasan. Sebuah alasan agar saya bisa di terima dengan mudah disisi Ratu tercintamu itu" bisik Jee Kyung di telinga Heo.

"Jangan pikirkan itu karena aku sudah merancang alasannya dari awal. Kau hanya perlu..." Heo tak melanjutkan kata berhubung Jee Kyung menyela.

"Mengawasi seseorang dan katakan segala hal yang dia lakukan, rencanakan, bahkan pikirkan. Begitukan? Saya mengerti" potong Jee Kyung lalu mencoba menjauh dari jangkauan Heo.

Laki-laki bernama Heo Dipyo mengangguk lalu membawanya memasuki ke dalam Istana. Setiap kali Heo Dipyo berpapasan dengan Menteri lainnya, ia akan menyapa dan memperkenalkan siapa Gadis yang ada disampingnya.

Rona wajah Jee Kyung yang datar seketika berubah total menjadi berseri-seri ketika Heo Dipyo memperkenalkannya sebagai calon Istrinya dan Kotoko, tidak menyadari perubahan ekspresi wajahnya sendiri.

"Kau boleh berbangga hati menjadi calonku. Tapi hanya itu yang bisa kuberikan padamu Jee Kyung. Jadi jangan pernah berharap lebih dari ini" tegas Heo Dipyo menyadari betapa girangnya Gadis di sampingnya ini.

"Kenapa saya harus mengharapkan hal itu Perdana Menteri Heo Dipyo? Bagaimana bisa sebuah boneka mampu memiliki perasaan setamak manusia? Boneka sepertiku, bukannya hanya bergerak atas perintah Tuannya?" tegas Jee Kyung tanpa menatap lawan bicaranya.

Heo Dipyo mendadak berhenti berjalan. Entah kenapa hatinya terusik dengan kalimat terakhir Jee Kyung.

Pertanyaannya, kenapa dia harus terusik dengan apa yang diucapkan Jee Kyung padanya? Padahal dia tahu betul itulah kenyataannya. Bukankah dia memang berencana menjadikan Jee Kyung boneka pembawa pesan? Untuk apa dirinya merasa terusik?