"Ya ampun, ceritamu membuat hariku semakin memburuk. Sudahi saja dari sekarang." Jee Kyung tak ingin mengorek luka lama Dae Nari jauh lebih dalam.
"Hey, Nari"
"Ya,"
"Apa aku pernah menceritakan kenapa aku bisa menyukai si Heo Dipyo?"
"Itu..., sudah sangat lama Nona"
"Apa spesialnya orang bernama Heo itu sampai aku dahulu tergila-gila padanya? Ini perintah! jadi katakan saja"
"Karena Tuan Heo Dipyo pernah berlatih pedang, memanah, bahkan menaklukkan seekor kuda liar ketika usia beliau masih 13 tahun. Itu..., yang Nona selalu ucapkan".
"Sesederhana itu? Wah, aku yang dulu ternyata begitu polosnya" bisik Jee Kyung mengacak-acak rambutnya mulai frustasi.
Seharusnya dia ketakutan ketika melihat seseorang mengayunkan pedang. Bahkan dia tidak gemetar ketakutan ketika melihat Laki-laki tengik itu membidik anak panah ke targetnya?! Wah, otaknya benar-benar sudah tidak beres...pikir Kotoko menggeleng-gelengkan kepala.
"Tapi kalau dipikir-pikir lagi, bukankah Tuan Heo Dipyo memang keren? Maksud saya, di usia semuda itu beliau sudah ahli dalam berbagai hal. Jadi wajar jika Nona..., menaruh hati padanya"
"Apa kami sering bertemu dulu?"
"Tuan Heo selalu menghindari bertemu dengan Nona. Tapi karena kegigihan Nona Jee Kyung, akhirnya dengan sangat terpaksa Tuan Heo akhirnya tidak bisa berkutik" jawab Dae Nari sambil terkekeh kecil.
"Aku selalu berusaha bertemu dengannya? Maksudmu aku selalu mengejar-ngejarnya sebelum insiden kehilangan ingatan?! Dahulu aku benar-benar buta. Astaga..."
"Hanya sampai Anda berusia 16 tahun. Tiba-tiba saja..., Nona tidak lagi menyebut namanya sambil tersenyum."
"Anda jadi lebih suka menarik diri dari semua orang. Tapi saya, Tuan dan Nyonya sangat bersyukur karena Anda kembali berisik seperti dulu lagi sekarang. Apa mungkin karena..., cinta lama bersemi kembali?" goda Dae Nari membuat Jee Kyung melotot, lalu menggelitikinya hingga meronta minta ampun.
"Tunggu. Apa sesuatu terjadi pada kami waktu itu? Sehingga aku mulai membencinya?"
"Itu karena..., Heo Dipyo menjalin hubungan dengan Tuan Putri Ha-Neul Arang. Meski saat itu Raja menentang hubungan mereka mati-matian, hubungan mereka malah semakin menguat"
"Lalu kenapa dia sekarang mencoba mendekatiku bukannya tetap bersikap dingin seperti biasanya?" gumam Jee Kyung makin penasaran.
"Karena pada akhirnya, hubungan mereka tidak dapat diselamatkan. Banyak rumor bilang Heo Dipyo berselingkuh dengan seorang Gadis yang tidak diketahui asal usulnya dari mana. Putri Ha-Neul suatu hari tak sengaja melihat Tuan Heo dan Gadis itu sedang bertengkar hebat sampai-sampai Gadis tersebut, berlutut meminta kemurahan hati Putri untuk memberikan Tuan Heo padanya"
"Tidak berarti hubungan mereka berakhir hanya dengan peristiwa seperti itu bukan? Buktinya Heo justru bekerja di Istana. Apa mereka terlihat akan menjalin hubungan kembali?"
"Itu akan sulit dilakukan. Mengingat belum lama ini, Tuan Heo berusaha menikam calon Suami dari Putri Ha-Neul tapi justru, yang tertusuk sang Putri sendiri"
"Kalau aku jadi Raja, si Heo sialan itu sudah kuasingkan atau kubunuh sekalian" gemas Jee Kyung mendapatkan informasi sifat Heo Dipyo memang lah buruk.
"Setelah Putri naik Tahta menjadi Ratu Seonha, tidak ada yang berani menyentuh Tuan Heo Dipyo. Entah kenapa Ratu justru berusaha melindungi Tuan Heo" tambah Dae Nari dengan muka ditekuk.
"Dia memberinya kesempatan kedua. Artinya hubungan mereka telah membaik. Bagaimana bisa dia tega meminta Jee Kyung masuk ke dalam Istana itu?" Kotoko mengerutkan kening.
"Bukankah artinya Jee Kyung harus melihat mereka selalu berdua setiap hari?! Ah, jadi maksud Heo mengatakan hukuman adalah hal seperti ini?!" teriak Jee Kyung tiba-tiba.
"Jangan memanggil nama sendiri seperti sedang menyebut nama orang lain Nona, itu terdengar aneh" bisik Dae Nari hati-hati.
Hari ketiga tiba, sang Tabib pun datang memeriksa keadaan Jee Kyung. Seluruhnya normal, kecuali ingatan yang tidak sepenuhnya dapat kembali.
"Cobalah mencari kegiatan atau pergilah jalan ke suatu tempat yang mungkin bisa membantu Nona mengingat kenangan masa lalu Anda" nasihat sang Tabib.
"Jadi, aku benar-benar bisa pergi kemana pun yang ku mau sekarang juga?" pekik Jee Kyung girang di sambut anggukan kecil dari Tabib.
Ia tak mau menyia-nyiakan kesempatan!!
Di hari kedua dan ketiga, sebenarnya ia memerintahkan Dae Nari mengemasi pakaiannya satu persatu. Dae Nari mengubur gulungan kain berisi pakaian Jee Kyung ke dalam tumpukan jerami di kandang kuda keluarganya.
Jadi, sekarang dia dengan santai berlari menuju kandang kuda. Dae Nari terus membuntutinya sampai disana.
"Katakan aku sedang asyik berjalan-jalan pagi. Jangan biarkan mereka mencariku selama dua jam saja. Oke?" perintah sang Nona tersenyum lebar.
"Tapi Nona, kapan Anda akan kembali? Bagaimana hamba menghadapi Tuan dan Nyonya" rengek Dae Nari ketakutan.
Jee Kyung mengambil satu gulungan kain, kemudian diikatkan ke belakang punggungnya. Lalu mengambil satu lagi, untuk ditentengnya tapi seseorang merenggut gulungan itu dari kedua tangannya.
"Dilihat dari sudut mana pun kau tidak terlihat ingin berjalan-jalan melainkan kabur dari rumah."
"Tuan urusi saja urusanmu. Biarkan aku pergi" jawab Jee Kyung berusaha mengambil kembali gulungan kain ditangan Heo Dipyo.
Laki-laki itu malah mengangkat gulungan kain tersebut tinggi-tinggi supaya Jee Kyung kesulitan mengambil. Jee Kyung berdecih lalu beranjak pergi tanpa memperdulikan lagi barang yang disita Heo.
Pria itu ikut berdecih kesal melihat tingkah Jee Kyung dengan langkah gesit, ia meraih pedangnya yang selalu menempel di pinggangnya, dan....
Sreeeeeeet!!
Bruk!! Bruk!! Bruk!!
"Nona!!" teriak Dae Nari panik melihat Heo Dipyo mengayunkan pedang ke arah Nona mudanya.
Langkah kaki Jee Kyung terhenti begitu merasakan benda di balik punggungnya terbelah menjadi dua, jatuh berceceran di atas tanah. Tubuhnya gemetaran hebat...ketika Heo berusaha menggapai tangan kanannya, spontan Jee Kyung menghindar mundur teratur.
Heo Dipyo mulai tersadar ekspresi itu!! Adalah ekspresi yang sama ketika dia berusaha menikam Hyun-Jae demi mendapatkan Ha-Neul Arang.
Ketika itu, dengan ekspresi yang sama, Ha-Neul pun berusaha menjauh dari jangkauannya.
"Kau takut?" tanya Heo melangkah maju tapi Jee Kyung malah semakin menjauh bahkan kini mata Gadis itu tampak merah berkaca-kaca.
"Ku kira karena yang di hadapanku adalah Jee Kyung. Dia tidak akan terpengaruh oleh keadaan. Dia akan selalu membuntutiku kemana pun aku berada." Heo Dipyo memasukkan kembali pedangnya ke dalam sarung terbuat dari kulit.
"Tapi ternyata semua Wanita sama saja. Mereka berekspresi bahkan bereaksi hanya berdasarkan apa yang mereka lihat dan alami saja. Bahkan mereka tidak bertanya sedikit pun, kenapa aku melakukannya" tambah Heo Dipyo dengan sorot mata terluka.
Laki-laki itu melempar gulungan kain sitaannya ke atas tanah.
"Kau yang selalu datang padaku Jee Kyung. Bagaimana bisa kau tidak memperkirakan sebelumnya bahwa kedua tanganku ini akan selalu bersimbah darah jika perang terjadi. Bagus. Mulai sekarang jangan pernah tampakkan batang hidungmu lagi di depanku. Kau membuatku muak" Heo Dipyo berjalan akan meninggalkan kediaman Menteri Suk Chin.
"Bukankah kau tidak bertanya juga kenapa aku melakukan hal ini?!" teriak Jee Kyung kali ini air matanya menetes. Heo Dipyo menoleh terkejut mendapati Gadis itu sedang menangis.
"Jelaskanlah" Laki-laki itu berbalik badan, menghadap ke arah Jee Kyung, tanpa melangkah mendekat sedikit pun.
"Jika hukuman yang kau maksud adalah agar Jee Kyung dapat menderita karena selalu melihatmu terus berada disisi Ratu Seonha, bukankah tujuanmu sudah terwujud sekarang? Tanpa harus membawaku ke Istana Neraka itu?" tegas Kotoko dalam identitas barunya Jee Kyung.
"Alasanmu kabur karena cemburu?" tanya Heo mengerutkan kening tak percaya.
Sial!! Memang ucapanku terkesan kalau Jee Kyung sedang cemburu. Pekik kata hati Kotoko.
"Itu bukan urusanmu karena dari awal, kau sudah tidak peduli pada perasaan Jee Kyung. Lalu kenapa sekarang Tuan Heo Dipyo berbaik hati ingin membuatku masuk ke dalam Istana?"
"Han Jee Kyung!! Bersikap sopanlah pada calon Suamimu!!" bentak seseorang dari kejauhan.
Jee Kyung menatap Ayahandanya Suk Chin, yang melangkah menghampiri mereka berdua.
"Bagaimana bisa itu terjadi? Bukankah sudah bertahun-tahun Tuan Heo Dipyo ingin menikahi Ratu Seonha?"
"Kau kehilangan banyak ingatanmu di masa lalu. Jadi tolong jangan bertindak gegabah. Jaga nama baikku di depan calon Suamimu"
"Ayahanda, bagaimana bisa tiba-tiba Tuan Heo Dipyo menjadi calon suamiku? Ini sangat tidak masuk akal belum lama ini, bahkan dia ketakutan setengah mati, karena aku tidak sengaja...." Jee Kyung berhenti melanjutkan ucapannya.