Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 71 - Membuatnya berhenti berharap

Chapter 71 - Membuatnya berhenti berharap

"Hamba akan segera menikahi Putri Ha-Neul Arang. Hamba rasa akan terlalu serakah apabila Anda pun ingin mengambil seluruh hak miliknya" kata Hyun-Jae mulai jengah dengan tindakan Raja yang cenderung memaksakan kehendak.

"Tidak cukup. Aku tahu betul karakter seperti apakah Heo Dipyo itu. Dia bisa menghalalkan segala cara demi mendapatkan keinginannya. Maka untuk membuatnya berhenti berharap pada Putriku, satu-satunya jalan adalah mengambil seluruh haknya bahkan segalanya dari hidup Heo Dipyo"

"Hamba paham sekarang. Kenapa Anda selalu ingin menghalangi hubungan antara Putri Ha-Neul dengan Heo Dipyo. Itu..., karena Anda melihat ada diri Anda sendiri, di dalam karakter seorang Heo Dipyo"

"Anda menginginkan bukan Pria seperti Anda yang akan menjadi pendamping Putri Anda. Maaf jika hamba lancang Yang Mulia. Tapi..., jika apa yang hamba pikirkan ini benar, maka pertarungan ini bukan antara Anda dengan Heo Dipyo. Karena ini sebenarnya pertarungan Anda, dengan diri Anda sendiri. Jika Anda menang, tidak akan ada perubahan baik dalam hidup Anda"

"Tapi. Jika Heo Dipyo berhasil menang, maka kebencian dia terhadap Yang Mulia akan dilampiaskan langsung pada Putri Ha-Neul. Sudahkah Anda memikirkan kemungkinan terburuk ini? Yang...Mulia?!" baru kali ini Heo Dipyo mengucapkan nada tinggi pada Raja.

"Lancang sekali kau!! Beraninya kau, menyamakanku dengan Laki-laki tengik itu?!"

"Anda boleh menghukum hamba. Seberat apa pun itu, akan hamba pikul dengan sepenuh hati. Tapi sampai kapan pun, siapa pun yang berani menempatkan Calon Istri hamba dalam situasi bahaya, tidak peduli siapakah orangnya akan hamba hadapi!!" kini sorot mata penuh ancaman tertuju pada sang Raja.

Apa bedanya? Heo Dipyo dengan Raja Gu Jae-Deok? Keduanya sama-sama memikirkan kepentingan masing-masing tanpa memperhatikan perasaan pribadi yang bersangkutan? Dalam hal ini Putri Ha-Neul.

"Tidakkah baik Anda, mau pun Heo Dipyo melihat apa yang hamba lihat dalam sorotan mata sendu Putri Ha-Neul? Tidak ada tempat baginya bersandar. Karena yang seharusnya menjadi penopang baginya, justru saling bersitegang tanpa ada habisnya" tegur Hyun-Jae.

"Karena sekarang hamba bersedia menjadi tempatnya bersandar, lakukan apa pun semau Anda Yang Mulia, asal akibatnya kelak, tidak akan berimbas pada Putri Ha-Neul" tambah Hyun-Jae, menghormat, lalu pergi meninggalkan Istana.

"Hyun-Jae...kau memang benar. Karena itulah aku membutuhkanmu berada disisi Putriku. Apa pun hasilnya nanti, kau akan tetap berdiri disamping Putriku Ha-Neul. Pria sepertimu lah yang sangat aku inginkan di dalam hidup Putriku." Kekeh sang Raja pahit.

"Kenapa Hyun-Jae pulang secepat ini? Wajahnya terlihat kesal. Suamiku..., ini adalah Laki-laki kesekian kalinya yang kau, buat kesal. Bagaimana jika kali ini Hyun-Jae juga menyerah seperti yang lainnya?!" omel Ratu Hana Young bersungut-sungut mendapati kelakuan Suaminya yang tak pernah berubah sedikit pun.

"Ini adalah ujian terakhirku. Jadi berhentilah khawatir. Putrimu akan tetap menikah tiga hari lagi. Berhentilah mengomeliku" keluh sang Raja sambil memutar tubuh Istrinya, lalu menggandengnya menuju ruang Istirahat.

Di Kediaman Putri Ha-Neul Arang.

Dayang Gu Baek-Na berulang kali melirik Ha-Neul tapi tak pernah mengatakan sepatah kata pun. Hamari yang berusaha berkonsentrasi membaca buku untuk menenangkan jiwa dan pikirannya jadi terusik.

"Kau ingin mengatakan sesuatu?" dengus sang Putri menyerah.

"Maaf jika hamba lancang. Tapi..., apa Anda tidak ingin meminta maaf secara langsung pada Tuan Muda Hyun-Jae?"

"Dia pasti sudah pulang sekarang. Biarkan saja"

"Kenapa Anda malah memusuhi Tuan Muda seperti itu? Hal yang wajar jika beliau ingin melindungi Anda. Ada satu hal, yang Anda tidak tahu karena saat itu Anda sedang tidak sadarkan diri" cemberut Dayang Gu Baek-Na.

Ekspresi dan nada bicara sang Dayang spontan membuat perhatian Hamari mau tidak mau tertuju pada Dayang Gu Baek-Na. Hamari meletakkan buku di atas meja, lalu menatap wajah Dayang Gu Baek-Na dengan serius.

"Apa yang tak ku ketahui tapi kau, tahu?"

"Tuan Muda selalu menyalahkan dirinya karena membiarkan Anda melindungi beliau hingga Anda terluka"

"Sudah seharusnya. Jika dia tidak menahan pedangnya untuk melindungiku maka tidak ada yang terluka diantara kami"

"Anda akan tetap mengabaikan kepedihan hatinya meski karena hal itu, selama seharian penuh beliau menjaga Anda tanpa bisa tidur sekali pun? Dan setelah Tabib Istana menyatakan Anda melewati masa kritis beliau baru bisa tidur? Itu pun, tidur di samping Anda?"

"Kenapa dia melakukan hal bodoh lagi?" gumam Hamari.

"Kebodohan itu dinamakan cinta. Dan tindakan Tuan Muda menahan pedangnya itu dinamakan kasih sayang. Ternyata Tuan Putri lebih bodoh dari pada Tuan Muda" marah Dayang Gu Baek-Na tak kuasa lagi menahan rasa kesal.

"Ah, kau..., berani mengatakan aku bodoh. Rupanya ada yang sudah bosan bekerja untukku. Apa perlu ku ganti Dayang baru?" kata Hamari sambil memainkan kuku-kuku nya seraya melirik ke arah si Dayang yang mulai memucat.

"Lagi, lagi, kenapa Tuan Putri selalu mengancam hamba yang ingin menyuarakan isi hati hamba?" protes Gu Baek-Na semakin kesal. Pipinya menggebung membuat Ha-Neul semakin senang menggodanya.

"Justru karena dia berusaha menghadang masalah yang aku hadapi, jadi ku katakan dia bodoh. Seandainya dia membiarkan aku terluka, setidaknya Heo Dipyo tidak akan berani memperlihatkan batang hidungnya lagi padaku di kemudian hari"

"Sebentar lagi Anda dan Tuan Hyun-Jae akan menikah. Apa lagi yang Anda risaukan?"

"Aku sangat cemas Gu Baek-Na. Teramat sangat mencemaskan Hyun-Jae. Pernikahan kami mungkin tidak akan terjadi"

"Tidak baik mengucapkan kalimat seburuk itu Tuan Putri. Bukankah ucapan adalah doa? Maka ucapkan saja semua hal yang baik agar Dewa mau mengabulkan"

"Kita tidak hanya sedang membicarakan Hyun-Jae saja tapi juga membicarakan tentang seorang Heo Dipyo. Dia seorang yang bertemperamental sangat mirip dengan Ayahanda semenjak di pisahkan dariku. Entah dia berubah karena kehilanganku, atau sengaja berubah karena hal lainnya" jawab Ha-Neul sedih.