"Kau lebih memilih bergelantungan di hadapan Laki-laki bernama Heo Dipyo dari pada naik ke punggung calon Suamimu sendiri?" geram Hyun-Jae mulai naik pitam.
Hamari...., apa yang kau lakukan?! Bisa-bisa, dia tidak akan mau bicara denganku selama tiga hari berturut-turut. Padahal hanya wajahnya yang membuatku merasa ada di rumah sendiri. Oh, harus bagaimana, harus bagaimana?
"Kau....cemburu karena itu marah? Bukan karena aku tiba-tiba menghilang?" tanpa sadar Hamari langsung saja bicara.
"..." Hyun-Jae malah diam terpaku.
"Apa aku harus menemuinya lagi dan..." Hamari terdiam sejenak tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Entah itu kenyataan atau hanya mimpi. Hyun-Jae tiba-tiba memeluknya erat?
"Jangan temui dia lagi apa pun alasannya. Bagaimana pun juga kau dan dia pernah memiliki hubungan. Aku tidak rela dan tidak sanggup melihat kebersamaan kalian" kata Hyun-Jae yang semakin erat memeluk Hamari.
Apa itu sebabnya kenapa jantungku berdegup kencang saat bertemu dengannya? Tapi bagaimana bisa Ha-Neul mencintai dua orang sekaligus? Batin Hamari mencoba memahami situasi.
Hamari hanya sanggup menepuk-nepuk lembut punggung Hyun-Jae.
"Aku tidak mengerti mengapa kau setakut ini. Apa aku terlihat begitu mudah mengubah haluan? Hyun-Jae?"
"Aku takut kehilanganmu. Kau bersamanya karena saling mencintai. Tapi aku dan kau, bersama dengan situasi yang berbeda jadi aku tetap merasa tidak aman" ucapan Hyun-Jae terus terngiang di telinga Hamari sampai ke dalam Istana.
Kediaman Dayang Istana.
Hamari tak bisa tidur karena penasaran. Diam-diam Hamari pergi ke kediaman Dayang Istana.
"Tuan Putri?! Kenapa Anda..."
"Sssst...turunkan nadamu dan jawab saja sejujur mungkin" perintah Hamari sambil meletakkan telunjuk ke mulut.
"Kau tahu tentang hubunganku dengan Hyun-Jae dari awal kami bertemu?" tanya Hamari di jawab anggukan pelan Dayang Gu Baek-Na singkat.
"Bagaimana tentang hubunganku dengan Heo Dipyo? Kau tahu sesuatu?" pertanyaan ini membuat Gu Baek-Na memilih menutup mulutnya.
"Aku tidak ingat tentang Heo Dipyo. Aku hanya ingin tahu bagaimana kami berakhir. Itu saja. Baek-Na..., katakan sesuatu" kata Hamari sambil menggenggam tangan Dayangnya penuh harapan.
"Sarjana Heo Dipyo adalah kekasih Anda Putri. Sarjana Heo Dipyo dan Putri Ha-Neul saling mencintai tapi Raja Gu Jae-Deok tidak merestui sampai akhirnya Putri Ha-Neul sempat berusaha menenggelamkan diri ke danau ingat? Danau saat pertama kali Anda bertanya apakah hamba tidak salah mengenali orang?"
"Jadi waktu itu aku ingin bunuh diri?!" tanya Hamari kaget. Dayang tersebut mengangguk sambil tertunduk.
"Maafkan hamba Putri...bukannya hamba bermaksud untuk tidak mengatakan kebenarannya. Tapi, Raja dan Ratu berkata akan lebih baik Anda melupakan orang itu dan memulai hubungan yang baru begitu beliau berdua tahu Anda hilang ingatan. Jadi hamba tidak berani mengatakan kebenarannya" tangis sang Dayang membungkuk serendah-rendahnya memohon ampun.
"Bagaimana hubunganku dengan Hyun-Jae sebelum aku kehilangan ingatanku?" selidik Hamari penasaran.
"Tidak berjalan dengan baik. Setiap akan bertemu, Tuan Putri selalu punya banyak alasan untuk menghindari pertemuan itu"
"Jadi..., hari ini adalah hari pertama kami bertemu?" tanyanya lagi.
Pantas saja Hyun-Jae bersikap aneh saat Ha-Neul Arang berada di pelukan Sarjana Heo Dipyo. Karena dia takut Ha-Neul mengingat Laki-laki yang memeluknya itu adalah kekasihnya atau, dia takut Ha-Neul yang hilang ingatan malah jatuh cinta kembali pada Heo Dipyo?
Kediaman Putri Ha-Neul.
Hamari berjalan menuju ke kediamannya dengan tubuh lunglai. Di bukanya pintu kamar lalu membenamkan wajahnya di atas peraduan.
"Ini hidupmu Ha-Neul...bukan hidupku. Apa yang harus ku lakukan? Menjalani hidup sebagai dirimu, bersama Hyun-Jae, atau menjalani hidupmu bersama Heo Dipyo? Siapa yang paling kau cintai? Katakan" desis Hamari bimbang.
Pasti ada peninggalan dari Ha-Neul misalnya...buku harian? Hamari langsung mencari-cari keseluruh ruangan tapi tak menemukan apa pun. Matanya tertuju pada...gambar lukisan Taman Istana. Kolam ikan? Bagaimana kalau dia pernah pergi ke sana?
Hamari bergegas menuju Taman Istana di temani sebuah lampu minyak. Ia mencari siapa tahu ada petunjuk. Kakinya menyenggol semacam batu di bagian bawah tanaman menjalar. Hamari mencoba mencari dimana batu itu bersembunyi.
Batu ini warnanya sangat berbeda dari batu yang lainnya. Di angkatnya batu itu dan menemukan suatu benda, yang terbungkus rapi dengan kain pembungkus. Hamari membuka dan merasakan itu sebuah gulungan kertas. Diselipkannya dibalik baju kebesarannya lalu bergegas masuk ke dalam kediamannya.
Bagaimana bisa seorang Ayah memaksa Puterinya sendiri menikah dengan Laki-laki yang tak dicintainya? Lebih baik aku menghilang saja dari dunia ini. Tulis Ha-Neul putus asa. Hamari membuka gulungan kertas lainnya.
Ku dengar, Hyun-Jae sudah memiliki seorang kekasih. Tapi kenapa dia malah tetap ingin meneruskan rencana pernikahan kami?
Sekarang aku tahu. Kekasih Hyun-Jae meninggalkan Hyun-Jae karena jatuh hati pada Heo Dipyo. Mengetahui hal itu, Hyun-Jae langsung menerima rencana pernikahan kami tanpa berpikir panjang. Heo Dipyo...kau mengkhianatiku?! terlihat jelas ada goresan tulisan yang tajam dan berbahaya tertangkap mata Hamari saat membaca tulisan Ha-Neul asli.
Pagi ini Heo Dipyo menghadangku dijalan. Dia berkata jika Hong Ara, yang mengejar-ngejarnya. Ini muslihat Ayahanda, agar aku merasa dikhianati olehnya dan segera menerima pernikahan itu. Siapa yang bisa ku percaya? Ayahanda dan Hyun-Jae, atau Heo Dipyo?
Artinya, Ha-Neul tidak benar-benar ingin bunuh diri. Jika dia berniat bunuh diri saat itu juga, tidak akan ada tulisan di hari berikutnya bukan? Hanya itu yang bisa diketahui Hamari tentang Putri Ha-Neul.
"gulungan kertas Ini tidak menjelaskan kemana arahnya hati Putri Ha-Neul. Justru aku semakin pusing dibuatnya" gerutu Hamari sambil membungkus kembali gulungan buku harian sang Putri Joseon.
Bletak!!
Terdengar suara kerikil yang di lemparkan tepat ke jendela kamar Ha-Neul. Spontan Gadis itu segera membuka jendela.
Deg!!
Seorang Laki-laki berpakaian serba hitam, memakai cadar memeluknya secara tiba-tiba. Hamari berusaha melawan tapi orang itu memeluknya jauh lebih dalam.
"Kau tidak mengenaliku?" mata Hamari terbelalak mendengar suara yang sangat akrab di telinga Ha-Neul.
Laki-laki itu segera membuka penutup wajahnya dan tersenyum penuh kerinduan pada Ha-Neul.
"Kau menerobos masuk tanpa diketahui siapa pun?!" seru Ha-Neul sambil menjauhkan diri dari Laki-laki dihadapannya.
"Kita sudah sering bertemu seperti ini Ha-Neul. Apa kau melupakan kebiasaan kita secepat itu hanya karena Laki-laki pengganggu hubungan kita itu? Kau secepat ini menerima keberadaannya?!" marah Heo Dipyo menarik tubuh Ha-Neul sedekat mungkin dengannya.