Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 66 - Hyun-Jae ada disini

Chapter 66 - Hyun-Jae ada disini

Anak Perdana Menteri Oh Phil-Su menggandeng sang Putri dengan hati berdebar di sebuah Taman. Seakan baru hari inilah ia jatuh cinta pada Gadis disampingnya.

"Jika kau mau, kita bisa pergi nanti malam melihat malam perayaan Chuseok." Tawar Hyun-Jae meminta persetujuan Ha-Neul Arang.

Apa aku setuju saja? Ini kesempatanku untuk lepas dari genggaman makhluk suci itu, dan mencari jalan untuk pulang. Batin Gadis itu merencanakan sesuatu.

"Apa kau punya waktu? Aku ingin melihat Joseon dimalam hari bersamamu" jawab Ha-Neul penuh siasat.

Malam Perayaan Chuseok.

Malam perayaan Chuseok pun tiba entah kenapa Dayang Gu Baek-Na terlalu bersemangat merias Tuan Putri kesayangannya. Ha-Neul sendiri sampai tidak mengenali wajahnya sendiri.

"Baek-Na, sepertinya ini terlalu berlebihan. Kami hanya pergi ke pekan raya."

"Banyak Gadis pada malam perayaan Chuseok merias diri bahkan berpenampilan seanggun dan secantik mungkin. Kenapa Anda justru ingin terlihat biasa saja? Terlebih lagi Anda, akan menghabiskan malam bersama dengan Tuan Muda Hyun-Jae. Menurut hamba penampilan Anda malam ini sangatlah sempurna." Jawab Dayang Gu Baek-Na berapi-api.

"Semangatmu itu, menakutiku. Seolah kau, yang akan pergi dengan Hyun-Jae" tawa Ha-Neul sambil mencubit pipi sang Dayang gemas. Seorang Dayang lain muncul memberi kabar tentang kedatangan sang Tuan Muda.

"Berhati-hatilah Tuan Putri," senyum Dayang Gu Baek-Na ceria.

"Hati-hati? Kenapa?"

"Akan ada banyak Gadis cantik di luar sana. Anda harus benar-benar menggenggam erat tangan Tuan Muda. Jika tidak, kadar ketampanannya bisa menimbulkan masalah untuk Anda. Tepatnya, untuk hati Anda" goda sang Dayang makin menjadi.

Langkah mereka terhenti melihat siapa orang yang berdiri di Taman Istana di malam itu.

Hyun-Jae...

punggung tegap Laki-laki tersebut menyita perhatian Ha-Neul. Detik itu juga, Hyun-Jae berbalik, keduanya saling terpaku satu sama lain. Tidak ada suara lain terdengar kecuali...suara degupan jantung keduanya. Hyun-Jae tersenyum, menatap Ha-Neul dari atas ke bawah, mengagumi betapa cantiknya calon Istrinya itu.

Pusat keramaian kota.

Perayaan hari Chuseok dalam pekan raya sangat ramai dan meriah. Hyun-Jae hanya memerintahkan beberapa Pengawal Istana mengawal mereka dari kejauhan dengan sebuah penyamaran. Berhubung ini permintaan khusus dari Ha-Neul sebagai syarat agar mereka dapat merayakan bersama hari Chuseok.

Banyak hasil panen yang akan dibagikan secara gratis seperti Torantang, Shindoju, Songpyeon, Hwayangjeok, Galbi Jjim dan lain-lain.

Ha-Neul dan Hyun-Jae terlihat sangat menikmati suasana. Tiba dimana tarian Ganggangsullae akan di mulai, para Perempuan berpakaian Hanbok di malam bulan purnama saling berpegangan tangan, membuat bentuk lingkaran, menyanyi bersama dan Ha-Neul terpaksa ikut menari, saat seorang Gadis menghampiri lalu menariknya untuk menari dan bernyanyi bersama. Hyun-Jae semakin terpesona pada Ha-Neul melihat Gadis itu, tertawa dan menari bersama para Gadis lainnya.

Ha-Neul ingin memanfaatkan momen di mana dirinya terpisahkan dari Hyun-Jae untuk kabur sejauh mungkin. Tapi mata tajam penuh pesona Laki-laki itu terus mengawasi setiap gerak-geriknya alhasil, bukannya kabur dari Laki-laki tersebut Ha-Neul justru tertunduk malu-malu.

Hey, sadarlah Hamari!! Itu pandangan yang di tunjukan bukan untukmu, tapi untuk Putri bernama Ha-Neul. Pekik kata hati Hamari yang makin gugup saja terus diperhatikan Hyun-Jae.

Ingatlah...tujuanmu kemari untuk memenangkan hati Keito. Kau tidak boleh terlena Hamari...seketika ia teringat pada tujuannya. Tapi..., kalau dipikirkan lagi bukankah ini ujian yang janggal?

Apa yang harus di lakukan Mari di tempat itu? Kapan batas waktunya? Ah, kenapa sebelum pergi dia tidak bertanya dahulu pada Komainu.

Hamari harus segera keluar dari tempat itu karena dia baru sadar ini adalah jebakan bukan ujian! Semua orang sibuk melakukan aktivitasnya masing-masing setelah tarian Ganggangsullae berakhir. Karena padatnya pengunjung, Hyun-Jae kehilangan jejak Ha-Neul Arang.

Hamari berlari dan berlari tanpa arah. Bagaimana bisa dia merencanakan kabur, tanpa persiapan yang matang? Gadis bodoh itu hanya mengandalkan tekad, tenaga dan kedua kakinya saja. Tapi sampai kapan dia bisa bertahan? Bahkan dia belum tahu bagaimana caranya pulang ke rumah orang tuanya.

"Ha-Neul Arang?" panggil seseorang yang tak sengaja melihat Hamari di depannya langsung. Laki-laki muda itu menyunggingkan senyuman penuh arti. Dia berjalan sambil melipat kedua tangannya ke belakang menghampiri si Gadis cantik.

"Kemana para Pengawalmu?" tanyanya lagi sambil melihat ke sekitar.

Kosong...jadi Gadis ini tanpa pengawasan? Batin Laki-laki tersebut sambil memandang intens wajah Hamari.

Tanpa ragu Hamari berlari melewati sang Laki-laki yang tak dikenali itu tapi larinya terlalu lambat sehingga sempat Laki-laki bersurai hitam tersebut, menginjak hanbok Hamari yang menjuntai ke tanah alhasil, Hamari jatuh doyong ke belakang.

Bintang berkedap kedip di langit...ketika sang Laki-laki misterius menangkap tubuh mungil si Putri.

Angin sepoi-sepoi berhembus lembut, saat keduanya saling berpandangan.

"Ehm, Tuan Putri, sampai kapan Anda akan...seperti ini? Tangan saya...kesemutan" kata Laki-laki itu, merusak suasana. Hamari langsung berusaha berdiri tegap dan membungkuk.

"Maaf dan...terima kasih"

"Sebenarnya tidak masalah jika sepanjang malam kita terus berpose seperti tadi, tapi saya khawatir Tuan Putri masuk angin" goda Laki-laki itu.

Ya Dewa...apa ini? Kenapa banyak godaan di Negeri ini? Keluh Hamari sambil mengerutkan kening terlalu malu.

"Terima kasih sudah mengkhawatirkan calon Istri saya Sarjana Heo Dipyo. Saya rasa perhatian Anda itu tidak perlu karena ada saya di sisinya" sahutan seseorang di belakang Hamari terdengar santun tapi sangat tegas. Ha-Neul memucat ketika Hyun-Jae tiba disampingnya.

"Hati-hati. Anda sudah sangat ceroboh membiarkan Putri Ha-Neul berjalan di jalanan ini sendirian. Jalanan ini, ibarat hati manusia Tuan Muda Hyun-Jae. Sekali Anda melepaskannya, maka siapa pun berhak mencoba mencari celah di dalam hatinya." Sindir Sarjana Heo Dipyo ketika Hyun-Jae menggapai pergelangan tangan Ha-Neul untuk membawanya pergi.

Maka Laki-Laki bermanik mata tajam itu menoleh pada sang Pria bersurai hitam.

"Jika jalanan ini adalah hati Ha-Neul..., maka bisa dipastikan akan selalu berakhir pada Hyun-Jae. Itu mengapa sekarang aku dan dia bisa saling bertemu kembali meski pun terpisah. Jangan sampai tersesat dan tidak tahu arah jalan pulang Sarjana Heo" kekeh Hyun-Jae dengan sorotan mata membunuh, membawa calon Istrinya meninggalkan Heo Dipyo.

Setelah cukup jauh dari Heo Dipyo berada, Hyun-Jae melepaskan genggamannya tanpa kata.

Apa dia marah? Hamari bodoh!! Kenapa merencanakan kabur jika belum tahu cara pulang ke Jepang!! Maki Mari pada diri sendiri.

"Hyun-Jae..., kau masih marah?" tanya Hamari perlahan-lahan. Laki-laki itu masih saja diam tanpa kata.

Hamari yang tidak suka diabaikan itu, akhirnya berusaha menggapai tangan Hyun-Jae tapi, si Tuan Muda justru melipat tangannya ke belakang.

"Kau akan tetap mendiamkan aku sampai pulang ke Istana? Apa kau sengaja ingin mengumumkan pada kedua orang tuaku kalau kita sedang bertengkar?" kali ini Hyun-Jae sempat berhenti berjalan, menoleh pada Hamari tapi bukannya membalas Gadis itu, dia malah kembali berjalan.

"Tu-Tuan Muda....itu...," bisik salah satu Pengawal mencoba memberi tahu sesuatu. Hyun-Jae menoleh pada sang Pengawal.

"Tuan Putri tertinggal di belakang" bisik sang Pengawal.

Laki-laki yang sedang tantrum tersebut berbalik ke arah Hamari. Ia segera berlari menghampiri Gadisnya mencari tahu kenapa sang Putri justru berjongkok di tengah jalan begitu.

"Putri kenapa berdiam diri ditengah jalan seperti ini?" bisik Hyun-Jae penasaran.

"Kau berjalan terlalu cepat aku sudah tidak sanggup lagi. Kakiku sangat pegal, meski pun menyamar seperti ini sangat menyenangkan" jawab Hamari kesal.

"Kalau begitu naik ke punggungku" kata Hyun-Jae sambil berbalik badan.

"Aku tidak akan merepotkan siapa pun tunggulah sampai kakiku membaik" tolak Hamari sedang membalas dendam karena diabaikan.

"Hari semakin larut Tuan Putri. Akan sangat berbahaya bagi Gadis sepertimu"

"Aku sama sekali tidak takut. Hyun-Jae ada disini" senandung Hamari kecil.