"Tepat sekali...Yang Mulia yang kau tusuk tapi Natsuha lah, yang merasakan sakitnya Kimiko. Begitu melihat Raja kau tusuk tanpa ampun, Natsuha mengalami syok berat hingga serangan jantung menimpanya sampai akhir hayatnya" kini Eun Sha menggenggam erat kedua bahu Kimiko, hingga Wanita tersebut merintih kesakitan. Kimiko mulai mengenang kejadian naas itu dan menyadari bahwa memang saat itu, Keito ambruk ke lantai di sertai dengan ambruknya Natsuha.
Adik Laki-lakinya itu, sempat ia lihat kesakitan sambil memegangi dadanya.
"Tidak....tidak....keluarkan aku dari sini. Ijinkan aku menemui Natsuha. Keluarkan aku!! Dia satu-satunya yang aku miliki sekarang!! Lepaskan aku Eun Sha...aku mohon. Untuk kali ini saja biarkan aku melihat Natsuha untuk terakhir kalinya. Kenapa kau diam saja? Dasar Wanita tak punya hati!!" teriak Kimiko mulai histeris.
"Sayangnya kau..., tak layak melangkahkan kakimu, menghadiri upacara pemakaman Natsuha. Tidak masalah Kimiko, bukankah..., beberapa saat lagi, kau akan bertemu dengan Natsuha kesayanganmu itu disurga? Itu pun jika surga menerimamu dan Dewa mengizinkan" jawab Eun Sha sinis sambil berdiri meninggalkan Kimiko yang sedang merana.
"Kau bisa melihat secara langsung pemenggalan kepalanya jika kau mau" sambut Raja Keito tapi Eun Sha malah menatapnya tidak setuju.
"Hormatilah Natsuha Yang Mulia. Bagaimana pun Kimiko saudari kandung Natsuha. Dari pada memenggal kepalanya, buatlah dia mati diracun. Aku ingin penderitaan saat Natsuha sekarat juga dapat dirasakan Kimiko." Ini terdengar sebagai perintah untuk Raja bukan sebuah permintaan.
Maka, dua jam kemudian, Kimiko dijatuhi hukuman mati dengan memaksanya meminum racun.
Di hamparan hutan terdalam.
Hiroshi, Kotoko dan Mari dibawa ke sebuah Aula yang di sekelilingnya terdapat hutan lebat. Mereka bertiga saling memandang satu sama lain.
"Hiroshi pergilah ke arah barat hutan dan temuilah Tuanku" Instruksi dari Kitshato rubah yang membawanya itu.
"Kotoko, segera lah temui Tuanku di sebelah utara hutan" instruksi berikutnya dari Hato.
"Jangan buang waktumu Hamari...Tuanku lama menunggu kedatanganmu. Pergilah ke selatan..." desis Komainu menggelegar.
"Jadi Tuan kalian orang yang berbeda?"
"Tentu saja. Ujian diadakan secara terpisah." Jawab Hato bersiul senang.
"Tidak akan terjadi hal buruk pada Chichi dan Haha kami. Itu janji kalian" tegas Hiroshi.
"Kami selalu menepati janji. Pergilah" kata Komainu mengantarkan kepergian mereka bertiga.
Sesuai permintaan para penjaga suci itu, Hiroshi pergi ke Barat, Kotoko pergi ke Utara dan terakhir, Hamari ke Selatan. Di tempat terpisah itu, ada seorang utusan menghadap ketiganya. Ia memerintahkan baik itu Hiroshi, Kotoko mau pun Hamari untuk memakan sebuah anggur hitam.
Setelah menelan, tak berapa lama kemudian mereka jatuh tertidur pulas. Utusan tersebut melemparkan satu butir anggur hitam ke tubuh ketiganya yang terkulai lemas di atas tanah, lalu tanah yang mereka tiduri, berubah menjadi tanah hisap yang menelan mereka serempak.
Hamari terbangun ia tak mampu untuk bernafas!! Air? Kenapa dia ada di dalam air? Terakhir kali seingatnya ada di dalam hutan. Hamari berusaha keras menyembul ke atas permukaan air.
"Tuan Putri!! Anda sudah terlalu lama berada di dalam danau ini. Sebelum Baginda Raja menyadari kepergian Tuan Putri, sebaiknya kita harus bergegas pulang!! Hamba mohon...., ayo bergegaslah!!" kata seorang Dayang tak dikenali Hamari.
Ia menurut saja dan keluar dari danau. Lagi pula dia sekarang terdampar di suatu tempat yang asing baginya. Sang Dayang dengan telaten mengeringkan tubuh majikannya.
"Kau mengenalku? Pasti kau salah orang. Mungkin Putri yang kau cari..., masih menyelam di dalam"
"Apa maksud Anda? Putri Kerajaan Joseon satu-satunya adalah Anda. Hamba mohon untuk kali ini saja Putri, jangan membuat masalah" peringatan diberikan secara khusus oleh sang Dayang.
Joseon? Tapi..., Hamari berasal dari Jepang. Bagaimana bisa? Tunggu!! seseorang menculiknya atau apa?! Hamari mulai ketakutan. Setibanya di Istana Gyeongbokyung setidaknya itulah yang Dayang tadi katakan, Hamari dibawa ke dalam Istana.
"Siapa namamu?"
"Apa terlalu lama berendam di dalam air bisa menyebabkan penurunan daya ingat? Sepertinya aku tidak pernah mendengarkan penyakit seperti itu," gumam sang Dayang sendirian.
"Aku..., aku..., hanya...ingin mengetes apa daya ingatmu masih cukup bagus. Apa aku harus meminta Ayahanda untuk menggantikanmu?"
"Ampuni hamba Putri, hamba hanya khawatir terhadap kesehatan Tuan Putri. Begini nama hamba, Gu Baek-Na. Dan..., nama Anda Ha-Neul Arang. Nama Ayahanda Anda, Gu Jae-Deok Raja kerajaan Gyeongbokyung. Nama Ratu adalah Hana Young dan terakhir, nama calon Suami Anda Hyun-Jae." Jawab Baek-Na mengeluarkan seluruh kemampuannya dalam menghapal.
"Calon apa?!"
"Calon....Suami" jawab Baek-Na sambil meringis kesal merasa dipermainkan sang Tuan Putri.
"Baiklah, hamba mohon diri" pamit Baek-Na berlalu begitu saja.
"Hiroshi....Kotoko...apa yang harus ku lakukan? Kenapa semua jadi terlihat asing begini. Haha...kenapa tiba-tiba hamba menjadi Ha-Neul dalam sehari?" rengek Hamari merasa hilang ke Negeri antah berantah. Tiba-tiba sebuah kertas, berbentuk pesawat melayang mengelilingi kepala Hamari lalu jatuh tepat di depan kakinya.
"Ha-Neul!! Apa yang kau lakukan disana?!" sapa seseorang melambaikan tangan ceria.
Hamari menoleh ke kanan dan ke kiri. Memang tidak ada siapa pun disana kecuali dirinya. Ah, nampaknya Hamari harus terbiasa dipanggil Ha-Neul mulai detik itu juga. Sang Laki-laki muda itu berlari mendekatinya dengan senyuman lebar.
Chi...Chichi Natsuha? Tidak...tidak...ini pasti halusinasiku. Bagaimana bisa Chichi Natsuha terlihat jauh lebih muda dari biasanya? Mirip!! Pasti hanya mirip. Atau mungkin, karena aku terlalu merindukan rumah?
" Lagi, lagi. Kenapa sekarang kau seaneh ini? Tadi kau bicara sendirian pada dinding, sekarang kau memilih melamun saat kau ada di depanku. Apa kau sedang sakit?" tanya Laki-laki itu memeriksa kening Hamari.
Benar...,jelas ini bukan Chichi Natsuha pikir Hamari kecewa berat.
"Hoy, ekspresi apa itu? Aku baru saja pulang dan segera datang padamu harusnya Ha-Neul ku menyambut kedatangan kekasihnya ini" kelakar Laki-laki itu sambil memeluk rindu pujaan hatinya.
"Hyun....Hyun-Jae?" tanya Hamari disambut sang Calon Suami, dengan kedua alisnya terangkat. Hamari langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya terkejut.
"Haaa manisnya..., jangan katakan kau ingin menangis sekarang karena terharu" tebak Laki-laki muda bernama Hyun-Jae itu menghela nafas dalam.
Benar saja Ha-Neul nya menangis sejadi-jadinya. Hyun-Jae tak menyangka sambutan seperti inilah yang akan dia hadapi saat bersusah payah berjuang menemui Kekasihnya itu. Hyun-Jae terkekeh lembut lalu memeluk Ha-Neul lebih lama dari sebelumnya.
"Kapan kau datang? Ha-Neul..., kenapa kau tidak mengajaknya masuk ke dalam?" tegur seorang Wanita cantik seumuran dengan Ibunya Hamari, Ratu Eun-Sha.
"Apa kau sekarang tak mau menuruti kata Ibundamu lagi?" gerutu Wanita itu menatap Ha-Neul kesal.
"Hormat hamba Ratu Hana..." sapa Hyun-Jae santun.
"ah, kalau kalian ingin pertemuan privasi sebaiknya pergilah ke Taman Istana. Tidak akan ada yang mengganggu. Tapi nyamuk akan menjadi saksi bisu cinta kalian" goda sang Ratu membuat Ha-Neul tersipu malu tapi Hyun-Jae justru tertawa lepas sambil menggaruk kepalanya.