Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 64 - Hanya Satu Matahari

Chapter 64 - Hanya Satu Matahari

Eun Sha berjalan ke sebuah tanah lapang. Disana, ternyata telah menunggu Sizuka dan Natsuha. Eun Sha tak mengerti kenapa mereka berada ditempat asing seperti ini. Aneh, kenapa hanya Sizuka yang menyadarinya ada di tempat itu? Seolah Natsuha berada dalam dunianya sendiri.

"Lihatlah. Dan dengarkanlah" Sizuka memerintahkan, sambil menggandeng erat tangan Eun Sha.

"Dewa memberimu pilihan dan itu adalah hak Istimewa. Kau harus memilih siapa yang akan berada disisimu, dan siapa yang akan pergi dari sisimu." Terang Sizuka kini memperlihatkan kedua Pria dalam hidup Eun Sha.

"Hatimu condong pada siapa? Suamimu Keito, atau kasih tak sampaimu Natsuha?" Sizuka menambahi.

"Ini hanyalah mimpi tidak mungkin aku memilih. Natsuha lah yang harus memilih jalannya sendiri"

"Beliau sudah menentukan pilihan Eun Sha tapi kau, memohonnya untuk kembali. Apa kau ingat?" Sizuka melirik prihatin.

"Tidak...tidak mungkin arti dari meninggalkanku adalah...kematian?!" Eun Sha menampik genggaman tangan Sizuka.

Pilihan macam apa itu? Tidak ada manusia yang boleh menentukan siapa yang berhak hidup dan siapa yang harus mati. Mana mungkin manusia berperan sebagai Dewa?!

"Aku hanya menyampaikan pesan Eun Sha. Kau akan memilih demi masa depanmu dan Anak-anakmu. Diantara Keito dan Natsuha, harus ada yang tiada. Kau diberi hak untuk memilih. Jika kau tidak mau memilih maka keduanya harus segera meninggalkanmu. Ingat Eun Sha, hanya boleh ada satu matahari, di sisimu dan di dalam Kerajaan ini"

"Tunggu!! Kau tidak menjelaskan kenapa aku harus memilih? Pasti ada sebabnya, sehingga pilihan itu ada"

"Sudah jelas ku katakan hanya boleh ada satu matahari disisimu. Karena jika dua matahari mendampingimu, kaulah yang akan terbakar" jawab Sizuka sulit untuk mengatakan seharusnya Eun Sha lah yang pergi dari dunia ini. Sizuka memberikan sebuah teratai yang masih kuncup.

"Tiupkan nama orang yang akan menjadi satu-satunya matahari dalam hidupmu" tiba-tiba Sizuka menghilang dari pandangan Eun Sha setelah mengatakan hal tersebut.

Hanya satu matahari yang boleh berada disisimu. Terngiang kata-kata Sizuka tanpa berpikir, Eun Sha mengucapkan nama Keito.

Angin bertiup kencang, dan bunga yang kuncup kelopaknya itu gugur diterbangkan angin. Eun Sha mengerjapkan mata rupanya ia tertidur setelah kekenyangan.

Hanya satu matahari yang boleh berada disisimu. Eun Sha mendengar suara Sizuka tapi tak ada Satu pun orang disana.

Karena jika dua matahari mendampingimu, kaulah yang akan terbakar.

Deg!!

"Tidak....apa yang kulakukan? Natsuha....Natsuha!!" gumam Eun Sha yang langsung berlari menuju tempat pengobatan Raja dan sang Perdana Menteri.

Ia berlari tanpa peduli seberapa sulitkah para Dayang di belakang, mengejarnya.

"Yang Mulia Ratu," sapa Tabib Istana Ghotaro terkejut mendengar suara pintu tergeser dengan kencangnya.

"Apa masa kritis Yang Mulia dan Natsuha belum berakhir?"

"Yang Mulia masuk ke dalam proses penyembuhan. Tapi..., Perdana Menteri Natsuha masih terus berulang kali kehilangan kesadaran" jawab sang Tabib lesu di akhir kalimat.

Eun Sha menatap lekat sosok Natsuha, menghampiri Pria yang telah bertahun-tahun melindunginya tanpa kenal lelah. Eun Sha menangis...sekaligus lega paling tidak, mimpinya tak jadi kenyataan Natsuha jelas masih bernafas.

Aku tidak takut terbakar jika kalian berada disisiku. Yang aku takutkan kau pergi dari sisiku Natsuha...batin Eun Sha.

Ajaib...Natsuha segera membuka kedua matanya setelah kedatangan Ratu Eun Sha.

"Tabib. Tolong cek keadaannya lagi. Natsuha baru saja sadar" panggil Ratu Eun Sha tapi Natsuha justru menggenggam tangannya tak boleh untuk bergeser satu inci pun darinya. Natsuha menatap damai Eun Sha.

"Jadilah...lebih...kuat...Ratuku...semoga kebahagiaan datang dari arah mana saja dalam...rumah...tanggamu"

"Jangan banyak bicara Natsuha. Cepatlah sembuh. Kalau kau tidak ada, maka..., tidak akan ada lagi orang yang bisa aku omeli setiap saat. Tidak ada yang bersedia berdebat, dan membuatku kesal sepanjang hari" celoteh Ratu membuat Natsuha tertawa lemah.

"Syukurlah itu artinya kau pasti akan merindukan si menyebalkan ini" kekeh kecil Natsuha.

"Wah, kau keterlaluan. Aku yang memerintahkanmu bangun tapi kau malah tidur seharian. Sekarang kau mengoceh banyak hanya dengan Ratuku?" tiba-tiba terdengar suara omelan dari seberang.

"Senang melihat Anda bisa mengomeli hamba lagi Yang Mulia, hamba sangat takut terjadi hal buruk pada Anda" kata Natsuha yang mulai nampak tersengal-sengal saat berbicara.

"Natsuha...kau...ada apa denganmu?! Tabib!!" teriak Raja Keito bangkit dari peraduannya.

Eun Sha akan berjalan menghampiri Raja tapi tangan Natsuha masih tertaut pada tangannya. Keringat dingin? Eun Sha merasakan keringat dingin pada telapak tangan Natsuha. Eun Sha akhirnya memilih tak melepas tautan tangan itu tapi....tangan Natsuha melemas dan terlepas dengan sendirinya dari Eun Sha.

"Perdana Menteri...telah tiada Yang Mulia..." kata sang Tabib membuat Eun Sha jatuh diatas lantai tak sadarkan diri.

Sepuluh menit setelah kematian Menteri Natsuha.

Eun Sha mengerjapkan mata, menoleh ke kanan dan kekiri. Pasti, ini adalah mimpi di dalam mimpi. Iya, Natsuha adalah Pria tangguh tak mudah nyawanya menghilang begitu saja.

"Yang Mulia...mari kami bantu berganti pakaian. Yang Mulia Raja sudah lama menunggu untuk menyelesaikan upacara kematian Perdana Menteri Natsuha" sambut Dayang tak terkira.

Jadi ini nyata? Natsuha...benar-benar telah tiada? Dengan pasrah Eun Sha berjalan, di bimbing para Dayang berganti pakaian.

Raja Keito menoleh menyadari kehadiran Istrinya dari belakang punggungnya.

"Jika kau, belum sanggup merelakan Natsuha, jangan ikut upacaranya. Istirahatlah saja" kata Keito khawatir melihat sang Istri semakin pucat saja wajahnya.

"Tidak Suamiku. Aku harus menepati janjiku juga..., mengabulkan permohonan terakhirnya agar mulai detik ini aku akan menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Agar aku pun layak mendampingimu" kini Keito melihat keputusan dan ketegaran seorang Eun Sha.

Keito tersenyum bangga lalu menggandeng tangan sang Istri menuju sebuah bukit.

Penjara bawah tanah Kerajaan.

Kimiko terkejut mendapati Eun Sha yang mendatanginya ke penjara secara tiba-tiba. Sang Selir yang kini telah menjadi janda cerai itu mendadak terkena serangan panik.

Jangan-jangan Keito mengalami kritis? pikir Kimiko tapi Eun Sha hanya diam menatap tajam seorang Kimiko. Entah apa isi otak Wanita dihadapannya itu.

Plak!!

Kimiko dikejutkan dengan sebuah tamparan di pipi sebelah kanan.

"Kenapa kau tega menusuk Suamimu sendiri? Apakah memang begitu, caramu mengungkapkan cinta?" sindir Eun Sha masih berusaha menekan emosi yang kian meluap-luap begitu melihat langsung wajah Kimiko yang seolah polos tanpa dosa.

"Dia tertusuk karena melindungimu. Aku ingin sekali melenyapkanmu Eun Sha..." jawaban tegas Kimiko membuat mata Eun Sha membulat.

"Itu, untuk percobaan pembunuhan terhadap Raja" kata Eun Sha kemudian,

Plak!!

Kini tamparan ke dua mendarat di pipi kiri Kimiko.

"Itu karena kau, secara tidak langsung membunuh saudara sedarahmu sendiri!!" teriak Eun Sha menahan air mata yang sedari tadi, ingin keluar dari pelupuk matanya.

Kimiko mulai memucat. Tak percaya apa yang diutarakan sang Ratu.

"Membunuh saudara sedarah? Maksudmu...Natsuha?" tanya Kimiko bibirnya mulai bergetar hebat. Siapa lagi kalau bukan Natsuha memang ada lagi saudaranya selain Pria itu?

"Aku, hanya tidak sengaja menusuk Yang Mulia bagaimana? Bagaimana bisa Natsuha mati karenaku? Aku...tidak...menusuknya sedikit pun?!" tanya Kimiko selalu menggelengkan kepalanya.