"Baik, Pak. Terima kasih?" ucap Ara, sambil menganggukkan kepala, padahal, lawan bicaranya, tidak bisa melihat gerak tubuh Ara.
"Sama-sama, Ara."
Sambungan telfon terputus, tapi Ara, masih menempelkan ponselnya, di telinga, dan pipi kanannya. Ia seolah tengah berfikir, biasanya, jika mendapat panggilan kerja. Tidak ada yang sampai mengucapkan nama, setelah mengucapkan kalimat sama-sama.
"Tadi siapa namanya? Raka? Jangan-jangan, Raka yang ngeinterview, gue kemarin." Ucap Ara, dengan menutup mulutnya, dengan tangan kanannya.
Ara langsung mengecek alamat yang baru saja ia dapatkan, via chat. Ia ingin memastikan, apakah benar seperti dugaannya.
Ara langsung tertunduk lesu, saat mendapati, alamat kantor yang ia terima, sama dengan yang ia datangi, saat interview. Bukankah seharusnya, Ara senang. Tapi ternyata, ia malah merasa lesu tak bersemangat.
"Tapi, gue kan, butuh duit."