"Non, ini paket ponselnya sudah datang. ini nomor nona, dan ini kartu garansinya Nona simpan sendiri ya." Kata Leo sembari memberikan paper bag yang berisi ponsel baru untuk Lita.
Lita menerima paper bag dengan santai dan cuek karena matanya hanya fokus pada sinetron yang sedang di tontonnya.
"Leon, tolong bukakan lalu simpan nomormu di dalamnya." Kata Lita sambil terus fokus pada televisi.
"Non, ini ponsel terbaru loh. Nona tidak heboh atau bahagia banget gitu?" Tanya Leo yang penasaran karena sikap Lita yang biasa saja.
"Bukannya fungsinya sama saja ya? Hanya saja harganya yang menjadi pembeda kelas?" ujar Lita cuek.
"Iya sih, bener juga kata nona." gumam Leo sambil membuka kotak ponsel itu.
Leo mulai memainkan ponsel baru Lita dan menyimpan beberapa kontak baru di dalamnya. Lita melirik Leo sekilas lalu fokus lagi pada acara televisi.
"Leo, sekalian simpankan kontak rumah sakit tempat ibuku di rawat." kata lita.
"Non, nona tidak penasaran tentang kecanggihan ponsel ini? apa tidak sebaiknya nona juga belajar cara memakainya?" Ujar Leo memberi saran.
"Kamu cerdas juga Leo. Sini, sini kamu duduk di sini. Ajari aku sampai bisa ya!" Kata Lita dengan nada manja.
*Astaga, bisa tidak sih. Dia itu tidak bersikap manis kepada setiap orang? Dia biasa aja, akunya yang deg degan terus dari tadi kemarin.* Keluh Leo dalam hatinya.
"Cepet sini kamu duduk di sini." ujar Lita sambil menepuk nepuk sofa di sebelahnya.
Leo duduk di bawah dekat dengan kaki Lita. Lita yang duduk di sofa dengan leluasa bisa melihat cara Leo mengajarinya cara memakai ponsel canggih itu. Mereka terlihat akrab dan seperti sudah dekat sekian lama.
Terdengar pintu terbuka. Leo dan Lita sama sekali tak menyadari dan masih sibuk dengan ponsel serta suara TV yang juga masih menyala. Berdiri Robby di belakang mereka menyaksikan kedekatan mereka.
"Ehem...!" Robby berdehem keras.
"Asik ya!" Ketus Robby dengan wajah masamnya.
"Eh, tuan. Maaf tuan, saya hanya mengajari nona cara Makai aplikasi baru ini." Kilah Leo berbohong mengingat dia juga harus menjaga rahasia tentang tugasnya dari Robby dan Lita.
Lita harus bersikap seperti kalangan orang berada di hadapan Robby. Semua itu telah di jelaskan oleh Leo kepadanya. Tapi kedatangan Robby yang tanpa aba aba membuat mereka cukup terkejut. Lita dan Leo memainkan peran masing masing.
"Cepat bersiap, kita akan memilih baju pengantin." Kata Robby datar.
"Baik, tunggulah sebentar aku akan bersiap siap." jawab Lita dengan santainya lalu memasuki kamarnya.
Satu jam berlalu, Robby sampai ketiduran karena menunggu Lita.
"Lakukanlah selama mungkin agar kita tidak jadi pergi sekalian. Hhh, tanpa melakukan apapun dia sudah mempermudah rencanaku." gumam Robby dengan mata terpejam.
Leo yang sedang menunggu Lita juga harap harap cemas. Akan seperti apa penampilan Lita mengingat Lita belum pandai dalam soal make up. Ingin rasanya Leo berlari dan masuk ke kamar Lita untuk merias Lita dengan cantiknya.
Lita keluar kamar dan mengejutkan semuanya. Lita tampak cantik dengan gaun berwarna dusty pink selutut dan high heels berwarna khaki serta tas selempang yang juga berwarna khaki.
Leo nampak tertegun dan menelan salivanya. Sentara Robby seperti terhipnotis dengan tampilan Lita yang berdiri tepat di hadapannya.
"Ayo cepat jangan lama lama." Ujar Robby dengan nada tinggi.
Lita dan Leon hanya berjalan mengekori Robby.
"Nona cantik." puji Leo dengan suara berbisik pada Lita.
"Makasih Leo." jawab Lita riang.
"Hebat nona dandannya." puji Leo lagi.
"Sstt..! Aku tadi lama karena liat tutorial di YouTube." bisik Lita di selingi gelak tawa kecil.
Sontak ucapan Lita mampu membuat Leo tertawa. Leo menahan tawanya sambil mengacungkan jempolnya pada Lita.
"Mantap" Ucap Leo tanpa suara.
Leo dan Lita tertawa bersama tanpa bersuara dan Robby tiba tiba menoleh membuat mereka langsung diam dengan wajah kaku seketika.
Selama dalam perjalanan, Robby sama sekali tidak bertanya ataupun mengajak bicara Lita. Lita hanya saling tukar pandang dengan Leo teman barunya dan sesekali tersenyum manis tanpa suara.
Sampailah di sebuah butik mewah dan studio photo. Raut wajah Robby tetap cuek, sedang Lita terlihat takjub dengan tempat yang baru dilihatnya seumur hidup itu. Leo hanya berjalan sambil menggelengkan kepala melihat kedua insan yang saling bertolak belakang ini.
Lita berjalan dengan anggun dan elegan. Lita nampak berlatih mengurangi senyum manisnya dan cendrung memasang wajah serius. Lita langsung di sambut dan mendapat rekomendasi beberapa gaun pengantin.
"Tuan, yang mana yang bagus?" Tanya Lita perlahan dengan suara lirih dan terkesan sedikit takut.
"Terserah mau saja, aku bodo amat kamu mau pakai yang mana juga tetap saja anak kampung!" Ketus Robby dengan nada sinis dan kasar.
Jleb, kata kata Robby mampu melukai hati Lita seketika.
*Dia benar, mau seperti apapun aku. aku tetap itik buruk rupa.* batin Lita menunduk dengan mata yang mulai berkaca kaca.
Melihat hal itu membuat Leo memutar otak mencari cara untuk menghibur Lita. Dengan ide cemerlangnya Leo kemudian mengirim pesan singkat kepada Lita.
[ Nona, jangan di ambil hati. Nona pilih saja gaun mana yang nona suka. Ingat, nona itu cantik. Sangat cantik.] isi pesan Leo.
[ Terimakasih Leo, kamu memang yang terbaik] Balas Lita sambil tersenyum kepada Leo.
Lita kemudian berjalan kesana kemari memilih gaun yang dia suka. Terpilihlah satu gaun yang cantik, lengkap dengan satu set perhiasan, dan sepatunya. Lita memilih gaun itu, model potongannya menunjukkan punggung mulus Lita dan dada yang terlihat lebih berisi.
Lita mulai mencoba gaun itu dan memakainya. Robby seketika menjadi terbelalak melihat kecantikan Lita. Robby menelan salivanya, matanya tak bergeser barang sedikitpun. Robby berdiri dengan tangan yang berada di dalam saku celana.
"Ini bagus kan Leo? Aku cocok kan memakai baju ini. Bagaimana menutut kamu?" Tanya Lita sambil sedikit memutar badannya dan memperlihatkan punggung mulusnya.
Robby menjadi muram dan langsung duduk kembali tanpa melihat Lita.
"Bagus kok non, bagus sekali." Jawab Leo dengan senyum khasnya.
"Tuan, baju untuk pengantin prianya silahkan di coba dulu. Sekalian untuk pemotretan prewedding." Kata pelayan butik kepada Leo karena mengira Leo adalah pengantin prianya.
Secara gesture tubuhnya Leo lebih akrab dan dekat dengan Lita dari pada Robby sendiri.
"Aku pengantin prianya. Dia hanya sopir calon istriku." ketus Robby tiba tiba sambil berdiri.
"Mana bajunya, cepat!" Seru Robby sambil berjalan mendahului pelayan yang kebingungan itu.
Setelah beberapa saat Robby kemudian keluar dengan memakai setelan jas hitam dengan sepatu mengkilap dan gaya rambut yang sangat rapi. Sedang Leo duduk sendiri di sofa. Robby clingukan mencari keberadaan Lita. Lita sedang berada di ruang make up.
Lita di dandani sangat cantik dengan gaya rambut ala Putri Jasmine dengan Tiara cantik dia tas kepalanya. Lita berjalan dengan anggunnya keluar dari ruang rias.
"Leo, bisa bantu aku? Gaun ini cukup membuatku repot saat berjalan." Kata Lita sambil mengulurkan tangannya berharap Leo mau memapah jalannya.
Tapi tiba tiba Robby mendahului Leo dan meraih tangan Lita. Robby melemparkan tatapan mata tajamnya kepada Leo.
*Bagus nona, pancing saja dia terus. Kau sangat cerdik nona, jadi aku juga tidak perlu susah payah mencari cara agar kalian semakin dekat.* Batin Leo sambil menahan senyumnya.