Aku terbaring di ruanganku yang berantakan ini. Aku menunggu panggilan dari majikanku. Majikan yang sering memukulku tanpa alasan selama 4 tahun. Semua ini terjadi karena orang-orang licik yang ada di kota itu. Tapi, suatu saat aku akan melepaskan belenggu ini dari tanganku. membalaskan apa yang telah terjadi padaku selama ini.
***
Pagi hari, jam 8 pagi.
seorang gadis bermata biru cerah berjalan menuju ke suatu tempat, gadis itu berbelok masuk kedalam sebuah ruangan yang didepan pintunya terdapat papan kecil betuliskan 'Rei si Aneh'.
ia lalu mendorong pintu itu dan masuk. Terdengar suara belenggu didalam ruangan tersebut. Gadis itu berjalan mendekati suara belenggu itu. Kemudian ia jongkok, lalu menatap pria yang lesu itu.
"Permisi," pria lesu itu menoleh, "Dipanggil tuan Vorrman ya?." jawabnya.
Gadis itu melihat seorang lelaki dengan mata hitam kelam, berpakaian berantakan dan kotor. Orang itu sudah pasti budak di rumah itu. Gadis berambut pirang panjang itu memiringkan kepalanya sedikit menatap wajah budak itu.
"Memar?." Pikirnya.
"Ny. Alicia?," Gadis itu tersadarkan. Ia terlalu menatap budak itu. "Ah iya. ini aku membawakanmu sebuah apel." Budak itu lalu mengambil dan memakan apel tersebut. Alicia memperhatikan pria itu memakan apel pemberiannya sembari menatap wajahnya kembali.
"Kemarin memar itu tidak ada. Apa ayah menyiksa Rei lagi?. " Batinnya dengan sedikit marah.
Tanpa sadar Alicia mendekatkan wajahnya ke pria itu, ia ingin melihat memar yang ada di jidat itu lebih dekat lagi. Rei yang lahap memakan apel itu terkejut malu melihat tingkah Alicia yang begitu aneh.
"anuu... Ny. Alicia wajah nyonya terlalu dekat." sembari melihat mata Alicia. Tanpa respon apa-apa, Alicia hanya serius menatap memar di jidat Rei.
Rei menyadari tingkah dari Alicia itu. "Ny. Alicia.., ada apa?." tanya Rei lagi,
"Nyonya melihat memarku ya?." Gadis itu pun tersadar dan menjauhkan wajahnya dari Rei.
"Emm... ayahku menyiksamu lagi ya?." Tanya Alicia dengan sedikit merasa bersalah.
"Tak apa, lagi pula aku sudah terbiasa Ny. Alicia." jawab Rei dengan memandang kebawah.
Karena merasa kasihan, Alicia ingin memberikan perban kepada Rei. "Baiklah, kalau begitu aku akan mengambilkan perban untuk menutupi lukamu." dengan rasa tak enak, Rei menolak ucapan Alicia itu, "Tidak usah Ny. Alicia, kebaikanmu sudah sangat banyak kepadaku."
"Tapi... lukamu akan lama sembuh jika tidak diperban." Cemas gadis itu.
"Ny. Alicia begitu baik padaku, mengapa ia membuang waktunya hanya untuk seorang budak?." Batin Rei yang kepo. Lanjut gadis itu, "Tak apa kan?."
"kalau Ny. Alicia memang ingin memberiku perban, silahkan. Aku tak bisa membantah nyonya."
"Baiklah aku akan segera mengambil perban buatmu. Silahkan apelnya kamu makan kembali." Setelah itu gadis berambut pirang itu segera pergi.
Kemudian, Rei dengan kedua tangan yang di belenggu memakan lagi apel itu dengan lahap sambil menunggu Alicia datang kembali.
Tak lama, pintu kamar Rei terdorong. Nampak ada yang datang menghampiri Rei. Suara hentakan kakinya sangat keras, berbeda dengan Alicia.
*PAK* *PAK*
Hentakannya seakan-akan ingin membuat Rei takut.
Pria dengan rambut putih dan tubuh kecil serta mata berwarna biru gelap menghampiri Rei yang usai memakan apel pemberian Alicia.
*PAK*
Hentakan terakhir pria rambut putih itu berada di pundak kanan Rei yang sedang duduk bersila. Hentakannya membuat Rei agak sedikit kesakitan.
"Ah, maaf Rei....si aneh. Hahaha. " Ucapnya dengan nada mengejek. Rei hanya diam dan tidak menanggapinya.
Pria itupun terpanah ke apel pemberian Alicia. "Hah, apel?." Rei menoleh ke sisa apel itu, "Dimana kamu mendapatkan apel ini?." Tanya pria itu dengan sedikit marah.
"Pasti kak Alicia kan!?." Tanyanya dengan ekspresi wajah cemburu. "I..i..iya, tuan Baron." Jawab Rei yang menahan sakitnya kaki Baron yang ada dipundaknya.
"Hmm.. Ada apa Rei si aneh?."
"... " Rei tidak menanggapi ucapan ejek dari Baron.
"Kamu kesakitan ya?. " Ucap baron lagi.
"Biar kuberi kau hukuman karena menggoda kakak cantikku."
Baron pun menendang pundak kanan Rei dengan keras. Tidak hanya itu, Baron menendang Rei lagi sampai ia puas.
Sekitar 1 menit, Alicia pun datang dengan membawa perbannya.
Gadis cantik itu kaget melihat Baron berkali-kali menendang Rei. "Baron!, apa yang kau lakukan!?." Sontak Baron menoleh kearah Alicia, "Kakak!?. "
Alicia pun berlari mendekati Baron dan mendorongnya menjauh dari Rei.
"Apa- apaan kakak ini!?. " Tanya Baron yang kesal setelah didorong oleh Alicia.
"Baron bodoh!." Teriak kecil Alicia.
"Hah?. " Heran Baron.
"Bodoh!. "
"Dia hanya budak kak Alicia, Budak!. Apa kakak ingin memperlihatkan kebaikan kakak terhadap budak?. Apa jangan-jangan kakak menyukai budak ini!?." Saat itu Baron hanya mengeluarkan ucapan- ucapan yang ada dipikirannya secara cuma-cuma.
Wajah Alicia memerah dan air matanya sedikit keluar, ia sangat kesal dengan adiknya Baron saat itu juga.
"Keluar Baron!." Teriaknya.
Baron heran melihat kakaknya Alicia sangat peduli sama budak itu. "Cih!." Adiknya itupun keluar dan mendobrak pintu dengan kencang.
Rei yang saat itu hanya melihat kakak beradik berkelahi karena dirinya berpikir apakah Alicia memang menyukai dirinya. "Apa Ny. Alicia menyukaiku?. " Batin Rei yang bingung.
"Maafkan adikku Rei, dia sangat jahat padamu." Rei melihat gadis cantik itu merasa bersalah atas perbuatan adiknya, "Tak apa Ny. Alicia. " Jawabnya.
Alicia yang duduk dikasur Rei segera ingin memasangkan perbannya. "Kemari Rei. " Rei yang duduk sila dilantai beranjak mendekati gadis itu.
Dengan perlahan Alicia memasangkan perban itu dijidatnya dan Rei melihat terus menerus wajah cantik Alicia tanpa disadari oleh gadis itu.
Penampilan rambut Rei yang lebat dan hitam agak berubah setelah dipasangkan Perban.
***
Pukul 7 malam di hari yang sama. Seperti biasa keluarga Vorrman sedang makan malam bersama.
Ruang makan yang bersambung dengan ruang tamu rumah dengan meja panjang dan 5 kursi yang mewah.
Tuan Vorrman berada di tengah, Alicia dan Baron berada disamping kanan ayahnya dan Ny. Vorrman berada di samping kirinya.
Kedua anaknya dan istrinya Ny. Vorrman sedang makan dengan lahap. Sedangkan ayahnya sedang makan malam dengan perasaan yang cemas.
"Ada yang aneh dengan papah." Batin Alicia yang peka dengan kondisi ayahnya.
"Pah, ada apa? makanannya ngak enak?. " tanya gadis bermata biru itu. Ayah dan yang lainnya menoleh kearah Alicia.
"Em...Keluarga Reffniss sialan itu memutuskan kerja sama dengan kita!." Alicia hanya menatap ayahnya. Nyonya vorman terkejut mendegar kabar itu.
"Kenapa sampai bisa begitu pah?. " Tanya Ny. Vorrman. Ayahnya meletakkan sendok dan garpunya ke meja dan segera menjelaskannya.
"Papah juga tidak mengerti, tanpa alasan yang jelas mereka mengentikan kerja sama kita!." Kata Ayahnya dengan sedikit marah. Alicia dan baron menyimak ayahnya sambil makan.
"Katanya keluarga Reffnis menjalin kerja sama dengan perusahaan besar bernama Heamon. Kalau begini, papah tidak akan diam!." Jelas Ayahnya.
"Kalau begitu kita serang saja rumahnya pah, Aku sama kak Alicia kan sudah mahir menggunakan Estoc. Belum lagi kita punya para penjaga diluar. Dan juga... Kita punya rei si aneh untuk dijadikan umpan. Hahaha" Ucap Baron dengan percaya diri.
Gadis bermata biru itu melirik tajam adiknya.
"Apaan si bodoh ini, kamu saja tidak mahir menggunakan estoc, udah itu kamu kalah mulu lawan aku!. "
(Estoc adalah pedang khas keluarga Vorrman. Inilah yang membuat keluarganya menjadi kuat dan disegani.)
"Memang ayah ingin menghancurkan keluarga itu, tetapi masalahnya Reffnis bekerja sama dengan perusahaan Heamon dan mereka itu sangat kuat. Heamon memiliki banyak senjata mematikan."
Saat ayahnya menjelaskan mata Alicia sekilas melihat ada seseorang yang menghampiri kaca besar di belakang kursi ayahnya.
"Siapa itu!?. " Pikirnya dengan cepat.
Bukan hanya Alicia juga yang ternyata melihatnya, Baron pun dengan cepat langsung berteriak. "Papah!, di kaca ada seseorang!!. " Teriak Baron. Tuan Vorrman sontak terkejut melihat anaknya Baron begitu kaget.
Ayahnya itu berdiri dan berbalik melihat ke arah kaca. Dan betul saja bayangan hitam seperti manusia yang memegang dua buah pedang.
....
....
....
Selama beberapa detik ruang makan menjadi hening, ayah, ibu, dan kedua anaknya saling bertatap dingin.
"Apa mereka dari keluarga Reffnis!?. " Batin Vorrman
Suara orang berlari mendekat dari arah pintu utama rumah. Lalu pintu itu dibuka oleh seseorang.
"Rei!?. " Ucap Alicia yang heran. Dan semua mata saat itu tertuju kearah Rei.