"Rei!? "
Lelaki malang itu seperti memiliki pesan yang sangat penting. Tetapi tuan Vorrman yang saat itu sedang panik maka ia tidak ingin mendengarkan ocehan dari budaknya itu.
"Tuan Vorrman!, para-" Vorrman langsung mendekati lelaki itu.
Ia memukul perut Rei dengan tangan kanannya hingga terjatuh kelantai. "Dasar budak bodoh, kamu pantas menjadi budak, dengan siapa kamu bersekongkol untuk menakuti keluargaku hah!!?. "
"Ti...tidak, tuan... salah paham. " Ucap Rei lemah.
"Aku tak bisa melawan papah!, tetapi itu sangat keterlaluan!!. " Alicia menggigit bibirnya dengan raut wajah yang sedikit marah.
Rei perlahan - lahan bangkit dengan kedua tangannya yang dibelenggu, samar-samar ia melihat kaca besar itu pecah seketika. Pandangan Tuan Vorrman terarah ke pecahan itu sehingga Rei berlari keluar dari rumah.
Suara pecahan kaca itu mengejutkan semua orang yang ada saat itu. Gadis bermata biru itu segera menunduk kearah bawah meja. Ibunya berlari ke arah Tuan Vorrman. Baron hanya terdiam takut melihat kejadian itu.
Seseorang dengan bertubuh tinggi masuk melewati pecahan kaca itu. Lelaki itu memakai topeng putih dengan lobang di bagian matanya.
"Apa yang kau inginkan!!. " Ujar Vorrman. Lelaki bertopeng itu menunjuk dengan pedangnya dan berkata,
"Aku ingin senjata Estoc milikmu!!. "
"Estoc mustahil untuk kuberikan.....padamu...., ta...tapi jika harta, ....ambillah. " Ucap Tuan Vorrman dengan gemetaran.
"Tidak!!, tujuanku hanya untuk mengambil senjata itu!!!." Lelaki itu marah dan berlari menuju tuan Vorrman.
Baron tubuhnya bergerak dengan sendirinya seakan ia ingin melindungi ayahnya saat itu. Dengan polosnya ia menghadang lelaki bertopeng itu.
Pisau kecil yang ada di meja makan, ia gunakan melawan lelaki itu. Tapi yang terjadi, ia ditusuk dihadapan ayahnya sendiri.
Tuan Vorrman marah dan langsung menyerang lelaki itu tanpa senjata apa pun. Tindakannya sangat ceroboh, dua tusukan pedang mengenai tubuhnya.
Ibunya histeris, para penjaga baru saja datang. Terjadi pertarungan sengit. Tapi Alicia yang bersembunyi dibawah meja melihat keempat penjaga itu tewas menengaskan. Kepalanya putus dan organ - organ tubuhnya keluar didepan mata Alicia.
Air mata Alicia tidak bisa berhenti. Ia stress, panik dan bingung melihat apa yang terjadi.
Parahnya Ibu Alicia mengambil salah satu pedang dari penjaganya itu dan menusuk ke dirinya sendiri.
Rumah itu sangat berantakan, cipratan darah dimana-dimana, orang-orang tergeletak tak berdaya.
"Ya tuhan!! Aa.... Apaa.. Ya.. .yang terjadi..., o..orang itu membantai....semuanya!!. "
***
Disisi lain, Rei.
3 menit yang lalu.
"Para penjaga itu masuk ke rumah tuan Vorrman. " Rei bersembunyi di balik pot besar.
Terdengar suara jeritan dan pedang yang sedang beradu.
Rei berlari menuju ke bangunan kecil, tempat para penjaga berkumpul.
Ia mendorong pintu itu dengan kencang memakai kedua sikunya.
"Pisau!! Benda tajam!! Tidak aku harus menemukannya sekarang!!. " Pikirnya.
Tak satupun benda tajam yang ia lihat saat itu. "Celaka!! jika aku tak melepaskan belenggu ini, pembunuh itu akan menghabisi Alicia!!" Pikiran Rei hanya ada Alicia saat itu.
Lelaki itu melihat lemari yang sudutnya sedikit runcing. "Itu dia!!. " Rei membawa kursi ke dekat lemari itu.
Ia menaiki kursi itu dan menaruh kedua tangannya ke sudut lemari itu. Rei menarik kedua tangannya dengan sangat kencang, "aghh!!! lepaslah!!!" Lelaki itu sangat menjerit.
Dengan jerih payahnya belenggu itu terbelah. "Yosh!!. " Keringat bercucuran di wajanya.
Insting tajam Rei mengatakan bahwa ia tidak boleh memasuki pintu utama rumah itu, melainkan masuk melewati pecahan kaca dari orang itu.
***
Alicia lemas, jantungnya berdetak dengan cepat, gadis malang itu sangat ketakutan.
Lelaki bertopeng itu tak menyadari Alicia yang bersembunyi di bawah meja. Orang itu berbelok ke arah kiri, mencari ruangan senjata Estoc yang disimpan oleh Vorrman.
Suara langkah kaki terdengar di arah pecahan kaca itu. "Alicia!?. " Ternyata dia adalah si budak itu, Rei.
"Rei..,aku takut..Rei.... " Pandangan Alicia hampir gelap sepenuhnya, gadis cantik itu melihat Rei menggendong dirinya. Beberapa saat kemudian, Alicia tak sadarkan diri.