Chereads / The Remarriage / Chapter 36 - Daniel Sakit

Chapter 36 - Daniel Sakit

Sebelum meninggalkan Singapura, Aksa memberikan hadiah spesial untuk Pak William. Sengaja Aksa membelikan barang-barang bermerk untuk Pak William, beberapa setel pakaian jas rancangan terkenal, jam tangan sampai tas mahal branded oleh-oleh untuk istrinya Pak William.

"Ah Aksa kau tak usah repot-repot membelikan barang sebanyak ini," kata Pak William terharu.

"Itu tidak seberapa dibandingkan dengan jasa Bapak yang sudah menjaga amanah almarhum Papa saya, kalau Bapak suatu saat memerlukan bantuan saya, Bapak jangan sungkan!" kata Aksa sambil memeluk Pak William.

"Terimakasih Nak, kau sungguh bermurah hati mirip Papamu Restu, kalau Papamu masih hidup, pasti dia akan bangga sekali mempunyai putra sepertimu." Pak William menepuk-nepuk bahu kekar Aksa.

"Kalau Pak William berlibur ke Indonesia, terutama ke Bali, menginaplah di Hotel Mahesa, dengan senang hati nanti akan aku menyambutnya," kata Aksa.

"Wah boleh-boleh ... nanti saya akan liburan ke sana membawa kelurga besar, istri anak dan cucu saya.. Hahhaa."

"Wah boleh sekali Pak, nanti kabari Aksa saja kalau begitu!"

"Iya ...iya ."

"Aksa pamit, nanti kalau urusan aset almarhum Papa, Aksa nanti hubungi Bapak lagi untuk mendampingi Aksa mengurusnya."

"Oke jangan sungkan untuk menghubungi saya lagi Nak."

"Baik."

Aksa kemudian meninggalkan gedung firma hukum Pak William dengan langkah yang ringan sekali. Seolah tak ada beban berat yang menghimpitnya lagi. Satu per satu beban pikirannya yan kusut mulai terurai. Lepasnya atau putusnya tali pertunanganya dengan Arabella, kini masalah investasi yang membelit Hotel Mahesa sudah terpecahkan dari semua aset peninggalan Papanya. Atau bisa disebut sebagai warisan untuknya.

Sekarang hanya ada satu lagi yang menjadi beban dan pikirannya yang tersisa. Yaitu Hana. Dia ingin segera kembali bersama Hana. No LDR. Cukup dia LDR dengan Hana membuat dia uring-uringan, dan punya penyakit serius yang tak ada obatnya kalau kumat. Yaitu kangen memeluk istrinya Hana.

Aksa kembali ke Jakarta dengan perasaan damai dan tenang. Sudah tidak sabar rasanya dia mengabari Kudaniel kalau semua masalah Hotel Mahesa akan selesai. Dan ditambah lagi kalau dia sekarang punya warisan banyak dari Papanya.

*** ***

Keesokan harinya ...

Tidak biasanya lagi Daniel agak terlambat menjemputnya di rumah. Padahal hari ini Aksa sudah sangat menantikan kehadiran Daniel untuk bisa sarapan berdua dengannya. Karena suasana hatinya akhir-akhir ini senang, Aksa pagi-pagi sekali sudah membuat nasi goreng spesial yang akan dia santap bersama sekretarisnya Daniel.

Aksa melirik jam yang melingkar di tangannya.

"Tumben, ini sudah sepuluh menit dia terlambat lebih dari biasanya!" gumam Aksa.

Terpaksa Aksa harus sarapan sendiri tanpa ditemani Daniel. Dia makan nasi goreng buatan sendiri sambil ber chit chat dengan Hana. Hari ini Hana baru selesai keliling wawancara dan promosi filmnya. Aksa sangat rindu padanya. Dan ingin melihat wajah Hana. Tapi untuk video call Hana menolak, karena dia sedang dalam perjalanan menuju apartemennya.

Aksa kemudian mengetik chat untuk Hana agar bisa menjaga kesehatannya jangan sampai sakit. Chit chat selesai, Aksa tiba-tiba ingin sekali minum susu hangat. Dia membuka kulkas dan mengambil susu kemasan lalu dia tuangkan ke dalam panci dan mulai menghangatkannya. Sambil menunggu Daniel.

Tiin Tiin .

Terdengar suara klakson mobil.

"Datang juga tuh orang!" Aksa kemudian memindahkan susunya yang sudah panas ke dalam cangkir mug.

Tak lama kemudian muncullah Daniel dengan wajah yang pucat, matanya yang berkantung, dan bibirnya yang pucat pasi bergetar.

"Hei kenapa kau, apa kau sakit?" tanya Aksa melihat kondisi wajah Daniel yang seperti mayat, pucat pasi.

"Pak, entah kenapa dari tadi pagi aku kurang enak badan, perut mual dan muntah-muntah. Aku terlambat karena tadi aku dikerok dulu sama Bi Wanda." Daniel yang modis modern berpikiran visioner, sakitnya cukup dikerik saja langsung sehat.

Hidung Daniel kemudian mengendus-endus sesuatu. Dan ketika melihat Aksa yang sedang menenteng cangkir berisi susu. Seketika mukanya berubah menegang dan dia memegang perutnya. Daniel buru-buru pergi ke kamar mandi sambil terdengar suara muntah Daniel. Aksa merasa heran dengan sikap Daniel. Kenapa dia mencium bau susu tiba-tiba menjadi mual.

"Ah kasihan dia, dia terlalu cape karena pekerjaan dia yang menumpuk, sampai dia lupa makan dan lupa istirahat," iba Aksa melihat kondisi Daniel yang kecapean karena pekerjaan di Hotel.

Aksa kemudian duduk bersantai sambil menyeruput susunya dengan nikmat. Masih terdengar suara Danie yang "oek oek" di dalam kamar mandi dekat dapur. Aksa cuek saja minum susunya sampai habis tak peduli suara Daniel yang sebenarnya juga bisa membuat mual semua orang yang mendengarnya.

Daniel kembali lagi sambil mengusap wajahnya yang basah karena dia siram.

Euuukkkk . Dengan cueknya Aksa bersendawa di depan Daniel. Membuat Daniel kembali lagi merasakan aroma susu dari mulut Aksa yang membuatnya mual.

"Kau kenapa, apa kau alergi bau susu?" tanya Aksa heran.

"Entahlah mencium aroma bau susu, tiba-tiba perutku mual Pak," jawab Daniel sambil menutup sebagian wajahnya.

"Ya sudah, aku saja yang menyetir, kau bisa istirahat di kursi belakang!"kata Aksa kemudian mengambil kunci mobil.

"Ta-tapi Pak, masa anak buah disupirin Bosnya?" tanya Daniel tidak enak hati.

"Hanya hari ini saja, ingat itu, aku masih bermurah hati menyupiri anak buah." Aksa dengan nada sombong. Tapi Daniel tahu kalau Aksa hanya bercanda berkata seperti itu.

Aksa kemudian membuka pintu mobilnya lalu menyuruh Daniel segera masuk, karena mereka sudah benar-benar terlambat. Meskipun Aksa adalah Bos nya. Tapi Aksa tidak mau menjadi Bos yang tidak punya disiplin waktu yang seenaknya datang ke kantor. Cukup keren juga tidak sih, Bos datang pagi-pagi sekali dan tidak akan membuat kesempatan anak buah nya datang siang atau terlambat karena malu Bosnya saja datang tepat waktu.

Di kursi belakang Daniel memang sangat kepayahan. Berkali-kali dia nampak mual dan memegang perutnya.

"Kau sudah minum obat Daniel?" tanya Aksa cemas melihat kondisi Daniel yang nampak lemas dan pucat.

"Sudah Pak."

"Lebih baik kau pulang saja ya, aku tidak tega melihatmu seperti itu!" ungkap Aksa.

"Tidak bisa Pak, ada dokumen yang harus saya selesaikan hari ini juga!" kata Daniel menolak.

"Baiklah, setelah selesai dokumen itu, kau boleh pulang!" kata Aksa.

"Terimakasih atas kemurahan hatinya Bapak Aksa," jawab Daniel sedikit berlebihan.

"O-ya, aku sudah menemui Pak William, dan segala masalah investasi Mr Zayyed akan segera terselesaikan," kata Aksa memberikan info.

"Wah benarkah, syukur Pak, saya turut seneng atas ....." Daniel kemudian tiba-tiba tidak bisa menahan rasa mualnya. Dan akhirnya tumpahlah semuanya di dalam mobil Aksa.

"Danieeeeeeeeeeeeeel ...jangan muntah di mobilkuuuu!" teriak Aksa kemudian dengan segera dia membelokkan mobilnya ke arah rumah sakit. Dia tidak tahan melihat anak buahnya seperti itu.

"Pa-Pak, mau kemana kita?" tanya Daniel.

"Ke rumah sakit atau klinik terdekat, aku tak tahan melihat kau seperti itu, kau otak pentium 4 tapi masa sakit cuma dikerok saja. Macam orang tak kenal medis aja kau!" umpat Aksa.

Daniel hanya menelan ludah mendengar omelan Aksa. Dia dikerik memang sudah biasa, kalau kecapean dan masuk angin, dia sering minta dikerik sama Bi Wanda. Dan itu selalu berhasil. Tapi kali ini entahlah, terapi koin Bi Wanda tidak manjur lagi sekarang.