Chereads / The Remarriage / Chapter 33 - Oh Tuhan! Kurindu Dia

Chapter 33 - Oh Tuhan! Kurindu Dia

Satu bulan berlalu ...

Setelah kejadian yang memalukan itu. Aksa tak pernah menemukan Arabella di kantor Hotel Mahesa lagi. Untuk itu, Aksa bisa bernapas lega tanpa harus pusing diganggu dan ditagih terus oleh Arabella. Semua berjalan lancar sesuai dengan rencananya. Aksa cukup puas dengan hasil kerja Daniel yang bisa membuat drama sabun colek antara Arabella dengan Martin. Berkat dia, satu masalah selesai.

Merasa telah berhasil membantu Aksa, Daniel tanpa malu menagih janji Aksa yang akan membawanya ke LA.

"Pak, saya cek jadwal, itu kosongnya hanya bulan depan Pak, gimana ini Pak?" tanya Daniel dengan suara sedih.

"Jadi jadwal saya padat sampai bulan depan?" tanya Aksa.

"Bukan jadwal Bapak sih sebenarnya, tapi pekerjaanku banyak sekali sampai aku tidak bisa bersantai," keluh Daniel hampir menangis.

"Pekerjaan Nona Arabella yang saya ambil masih banyak yang harus diselesaikan bulan ini juga. Kenapa harus saya sih Pak yang mengerjakan!" protes Daniel sedikit kesal.

"Pengganti dia belum ada, jadi sementara kau yang handle ya!" jawab Aksa menahan gelinya karena sikap Daniel yang tidak biasanya itu.

"Sampai kapan Pak, saya mengerjakan tugas Bapak ditambah dengan tugas saya sebagai sekretaris plus asisten plus kacung plus algojo Bapak. kapan saya bisa santaaaaai Pak kalau begini?" keluh Daniel. Aksa tahu Daniel mengatakan itu karena dia merasa nyaman dan blak-blakan dengannya. Mungkin kalau karyawan lain seperti itu sudah dia pecat.

"Hehehe, banyak plus plus nya ya kamu?" goda Aksa pada Daniel dengan mencolek dagu Daniel yang seksi tanpa janggut itu.

"Bapak Aksa Mahesa, tolong hentikan kebiasaan Bapak yang suka colek-colek dagu saya yang berharga ini!" kata Daniel mengambil sebuah tisu di meja dan mengelap dagunya yang tadi disentuh Aksa. Seolah sudah terkena sebuah kotoran.

"Hahaaha, habisnya kamu ucul Niel kalau sedang mengeluh karena pekerjaan ditambah lagi dengan bapernya itu," kata Aksa menahan perutnya yang kram karena menahan tawa.

"Pak, jadinya gimana dong, kita jadi enggak ini ke LA?" tanya Daniel mengungkit janji Aksa.

"Katanya kamu penuh jadwalnya, jadi ya terpaksa kita mundurin rencana kita."

Daniel menanggapinya dengan wajah yang lesu.Mau bagaimana lagi, ini sudah konsekuensinya menjadi salah satu pegawai dan menjadi anak buah orang lain.

"Semangatlah, kamu bakal dapat bonus double bulan ini, kalau pekerjaanmu selesai semua."

"Aku jadi tidak semangat Pak dengar kata bonus kali ini," kata Daniel lesu.

"Tumben kamu, biasanya kalau sudah dengar kata bonus, matamu itu berubah menjadi hijau." Aksa tahu kalau Daniel sedang mengumpulkan uang untuk rumah impiannya itu.

"Kali ini beda Pak, entahlah kok saya merasa hampa dan kosong tak ada gairah sama sekali."

"Hfffftt , benar-benar vampir itu orang?" gumam Aksa.

"Vampir, siapa Pak?"

"Siapa lagi kalau bukan Intan, dia sudah menghisap semua darahmu sampai kamu seperti ini. Kurang darah menyebabkan tidak semangat, tidak bergairah."

"Tidak tahu juga Pak, kenapa aku bisa seperti ini."

"Apa dia sama sekali tidak membalas semua pesan dan menelepon balik?" tanya Aksa penasaran.

Daniel menggeleng menjawab tidak. Aksa menjadi iba melihatnya. Kasihan Daniel.

Baru kali ini saya seperti ini, saya sudah sering berpacaran dengan wanita, tapi baru dia wanita pertama yang bikin aku kayak gini," ucap Daniel.

Aksa melihat wajah Daniel yang ditekuk karena bapernya semakin parah. Semenjak kejadian di Berlin itu, memang seringkali dia memergoki Daniel melamun. Meskipun dia masih bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Tapi memang ada yang hilang dari Daniel yaitu sedikit murung dan kurang ceria dari biasanya.

"Tidak bisa terus didiamkan seperti ini, sepertinya aku harus mengambil tindakan," batin Aksa yang iba pada Daniel.

"O-ya Pak, mengenai informasi tentang Pak William di Singapura, saya sudah mengirim datanya ke email Bapak. Silakan cek Pak!" Daniel terlihat sibuk lagi dengan tablet di tangannya.

"Oke aku cek."

Aksa kemudian kembali ke meja kerjanya dan membuka akun emailnya lewat komputer di mejanya. Sementara Daniel kembali lagi ke meja kerjanya yang terletak di sudut ruangan lainnya.

Aksa membaca profil dari Pak William yang merupakan mantan pengacara almarhum papanya. Ternyata William Zacklin salah satu pengacara terkenal di Singapura yang memiliki firma hukum yang lumayan besar juga. Latar belakang dia sebagai pengacara cukup bersih tanpa skandal dan tanpa cacat. Selama hampir tiga puluh tahun lebih dia mendedikasikan hidupnya sebagai pengacara, sekarang dia pensiun dan hanya duduk manis menjadi pemimpin di firma hukumnya. Aksa juga kemudian mengecek dari beberapa foto terbaru dari Pak William yang diambil oleh informan Daniel di Singapura.

Aksa sepertinya memang harus menemui Pak William segera. Dan Aksa pun di akhir emailnya ada nomor kontak Pak William. Aksa kemudian menyimpan nomor itu di ponselnya. Nanti dia akan menghubungi nomor Pak Williamnya.

Tiba-tiba ponselnya yang sedang Aksa pegang bergetar, rupanya Hana menghubunginya melalui video call. Aksa buru-buru merapihkan rambutnya dengan jarinya agar terlihat lebih tampan yang paling terpenting tapinya adalah tidak terlihat kusam di mata Hana. Dia kemudian mengambil sapu tangannya dan mengelap wajahnya yang sedikit berkeringat. Lalu dia pun menggeser tombol hijjau di layar ponselnya.

"Halo Assalamualaikum Cinta?" sapa Aksa saat dia melihat Hana yang sedang duduk memakai piyama. Sepertinya di LA malam dan Hana siap-siap tidur.

"Waalaikum sayang."Jawab Hana asal.

"Eitss jawab yang betul dong!"

"Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh!" ralat Hana.

"Kamu lagi ngapain?" tanya Aksa.

"Lagi mau tidur, kamu lagi sibuk?" tanya Hana.

"Enggak juga, tapi aku lagi di kantor."

"Oh ... bagaimana pekerjaanmu apa lancar?" tanya Hana sedikit menanyakan pekerjaan Aksa.

"Seperti biasa begitu, yang kasihan ya si Niel Amsyong, dia sibuk banget karena pekerjaannya double. Ngerjain proyeknya Arabella.Kamu tahu sekarang Arabella sudah keluar dari Hotel, jadi Daniel yang sementara nge-handle pekerjaannya sampai ada orang yang cocok."

Aksa menceritakan seputar masalah di Hotel Mahesa.

"Arabella keluar, berarti ada yang merasa kehilangan dong?" tanya Hana menggoda Aksa.

"Siapa, maksudmu aku?" kata Aksa.

"Ya siapa lagi kalau bukan tunangannya sendiri," kata Hana terkekeh tak ada habisnya menggoda Aksa.

"Ya elah sayang, kalau aku adalah orang yang paling berbahagia, aman, penuh sentosa saat dia keluar dari sini," kilah Aksa.

"Hmmm iya dech, seterah kamu," kata Hana.

"Terserah Jeng, bukan seterahh," kata Aksa gemas karena kosakata Hana yang salah. Apa karena dia saking lamanya di LA.

"Hhihi, iya terserah," kata Hana sambil berdiri.

"Mau kemana kamu?" tanya Aksa.

"Aku mau ambil minum, haus."

Hana kemudian ke dapur sambil membawa ponselnya.. Di dapur Aksa melihat kalau Hana sedang berbicara dengan seseorang yang berada di dapur.

"Kak Intan sedang apa, Kak Intan makan lagi. Bukanya tadi bareng makan sama aku?" terdengar suara Hana yang memanggil nama Hana.

"Hei -hei ....Hana tolong kau arahkan kameranya ke Intan ...."

"Astaga Daniel, sejak kapan kamu ada di belakangku?" Aksa kaget di belakang ada Daniel rupanya yang sedang berdiri.

"Eh ada Kak Daniel, apa Kak ?" tanya Hana.

Daniel langsung merebut ponselnya dari genggaman Aksa, yang langsung bengong ponselnya direbut Daniel.

Hana langsung memindahkan mode kameranya dengan kamera belakang. Daniel kemudian melihat Intan sedang makan sekotak pizza.

"Kak, sekarang Kak Intan gembul. Dia suka makan lagi kalau mau tidur , hhiihii," kata Hana. Intan yang sadar kalau Hana sedang membicaAksannya dengan seseorang. Buru-buru mengambil kotak pizza nya dan dia letakkan ke dalam kulkas.Kamera sempat menangkap jelas wajah Intan yang dingin itu sebelum akhirnya dia hilang di balik pintu kamarnya.

Daniel merasa tersenyum bahagia karena bisa melihat wajahnya meskipun itu hanya sebentar. Lalu memberikan ponselnya lagi pada Aksa yang dari tadi bengong ponselnya direbut. Daniel langsung melempar senyum dan apa itu yang sekarang terpampang jelas di wajah Daniel.

"Apa kau sebahagia itu Niel melihat Intan?" tanya Aksa melihat perubahan aura wajah Daniel.

Tanpa menjawab Daniel kemudian berjalan meninggalkan Aksa yang lalu asyik lagi mengobrol dengan Hana. Tapi kemudian dia mendengar suara teriakan yang jelas dari Daniel di balik meja kerjanya.

"Oh Tuhan .... aku rindu diaaaaa."

Mulut Aksa menganga mendengar teriakan itu. Dia sampai mengorek-ngorek telinganya karena takut dia salah dengar apa yang barusan dia dengar.

"Kak ...udah dulu ya, nanti aku telepon lagi besok . Dadaaah .... kiss bye ...Hana kemudian memonyongkan bibirnya ke kamera dan ..... Mmmmuaach ."

"Yang ...eh tunggu dulu .. eh aku juga belum balas cium ... yah ah kau juga jangan bikin aku kangeeeeeen!" seru Aksa. Tapi terlambat sambungan video call terputus.

"Aaaaaaa .. Ya Tuhaaaaaan .... aku juga rinduuuuu diaaaa." Kali ini Aksa yang berteriak. Lalu dia terkejut saat melihat ponselnya ada tangkapan layar dengan wajah Intan yang sedang makan pizza.

"Daniel ... apa tadi kau yang screenshoot inii?" teriak Aksa.

"Iya Pak , kirimin via chat ke aku ya!" jawaban Daniel masih berteriak di meja kerjanya di sana.

"Sueeeeee."

Sejak kapan ponsel Bos dijadikan pengantar obat rindu anak buah yang tak kenal etika seperti Daniel. Tapi meskipun begitu, Aksa tetap mengirimkannya pada Daniel. Bahkan sempat dia edit dulu memakai gambar emoticon lucu sebelum dia kirimkan ke Daniel.

Tring.

"Sangkyu Pak , i love youuu," teriak Daniel mengapresiasi kebaikan Aksa yang sudah mengirimkan foto itu.

Tak apa lah. Sesekali membuat senang Daniel yang sedang rindu berat sama doi.

=== Studio Author ===

"Dek,Kakak, Emak-Emak jangan sampai lupa untuk melempar Power Stone nya ya!"