Aksa sudah sampai di depan rumah sederhana berhalaman tidak luas namun ada pohon rambutan di depannya. Cukup lama Aksa berdiam diri di mobil dan tidak segera turun dari mobilnya. Dia masih memperhatikan keadaan rumah itu. Rumah yang menyimpan banyak kenangan dirinya bersama Hana. Rumah Bunda.
Menurut kabar Daniel dulu, Agung dan Merry kembali lagi ke rumah itu setelah sekian tahun. Dan Aksa hari ini baru ada kesempatan untuk bertemu kembali dengan Bang Agung dan istrinya Merry.
Aksa melihat pintu rumah terbuka, dan dia juga melihat mobil Agung terparkir di depan rumah. Agung sepertinya sudah pulang berdinas. Aksa masih ragu untuk turun. Dia takut kalau Agung menolak kedatangannya dan mengusirnya. Meski hubungannya dengan Hana tidak jelas, tapi Aksa ingin tetap berhubungan baik dengan Agung. Karena Aksa ingin menganggap Agung sebagai kakaknya. Meskipun usia mereka sama, tapi Aksa menghormati Agung seperti kakak yang usianya lebih tua.
Seorang gadis kecil nampak keluar dari pintu rumah itu. Wajahnya nampak menggemaskan. Dia memakai kaos pink bergambar Elsa Frozen dengan rok jeans selutut dan nampak imut dengan rambut berbando warna pink. Gadis kecil itu menenteng sebuah boneka beruang dan berjalan menuju halaman rumah yang sekarang sudah berdiri sebuah mainan ayunan terbuat dari besi.
Aksa tersenyum cerah melihat gadis itu. Dia tanpa sadar turun dari mobil dan melangkah pelan sambil melihat gadis kecil itu. Hatinya merasa berbunga melihat anak kecil itu, entah kenapa dia menjadi seperti orang yang hilang kesadaran, tahu-tahu dia sudah berada di depan gadis kecil itu.
"Hai anak manis, sedang apa kamu?" tanya Aksa padanya. Aksa sangat senang melihat keponakannya itu.
Melihat orang dewasa dan asing menghampirinya, gadis kecil itu nampak terkejut.
"Papaaaaaaaaaaa ... ada penculiiiiiiiiikkkk!" teriak gadis kecil itu tanpa komando membuat Aksa kaget dan spontan dia pun menutup mulut gadis itu. Dia takut nanti para tetangga akan datang menyerbunya dan menghakiminya. Dia tahu pasti kalau warga +62 tak kan bisa dihentikan kalau udah urusan beginian.
Buuuuuuukkkkkk
Aksa merasakan ada benda tumpul menghamtam kepalanya dari belakang. Dia melepaskan bekapan tangannya di mulut gadis kecil itu dan berbalik mencari tahu siapa yang sudah menyerangnya dari belakang.
"Aksa!" pekik Merry yang masih memegang gagang sapu di tangannya.
Aksa merasakan pusing luar biasa karena pukulan itu. Tubuhnya sempoyongan. Lalu datanglah Agung datang tergopoh-gopoh yang hanya berbalut handuk sepinggang dengan rambut yang masih berbusa.
"Mana penculiknya? Mana Shanum sayang?" tanya Agung panik.
Shanum gadis kecil putri Agung dan Merry nampak bengong melihat papanya yang setengah bugil ke luar rumah.
"Bang, Aksa Bang!" sahut Merry memberi tahu Agung kalau ada Aksa di depannya.
"Siapa? Aksa?" kata Agung mengucek-ucek matanya yang terkena shampo dari rambutnya, tapi malah membuatnya semakin perih karena kedua tangannya juga penuh dengan sabun.
"Aduh kagak kelihatan, mata Abang perih!" kata Agung memicingkan matanya.
"Halo Bang Agung, Mbak Merry. Long time no see!" sapa Aksa mencoba melambaikan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya mengusap-usap kepalanya yang sakit karena dipukul Merry tadi.
"Eh loe, Aksa Barbisa!" kata Agung masih mencoba membuka matanya yang perih.
"Aksa Mahesa Bang."
"Ya dah apa aja terserah elu, ngapain loe kemari mau nyulik anak gue yang cantik ini, nah mana si Shanum?" Agung meraba-raba angin karena dia memang tidak bisa melihat dengan jelas.
"Papa." Shanum lalu berlari menghampiri Agung yang sedang mencari-carinya. Shanum yang polos dan atraktiv iseng melepas ikatan handuk papanya. Dan ...
"Astaga Bang. Ulet bulu kemana-mana!" teriak Merry. Sementara Shanum tertawa kecil menarik handuk papanya.
Aksa menundukkan wajahnya melihat pemandangan yang memalukan itu.
"Shanuuuuum. Lagi-lagi kamu isengin papamu, bawa kemari hei handuknya!" teriak Merry. Sementara Shanum malah berlari membawa handuk Agung ke dalam rumah sambil tertawa.
"Astaga anak itu,Bang ... cckcckck " Merry kemudian melempar sapu ijuknya pada Agung untuk menutupi aurat suaminya itu pakai sapu ijuk. Tapi bagaimana caranya Agung menutupi batangnya dengan batang sapu itu. Yang ada ... sudahlah bayangkan sendiri saja.
Aksa kemudian membuka jasnya dan melempar ke Agung.
"Bang, buruan tutup pakai itu!" seru Aksa. Agung yang diam saja dari tadi karena malu dengan segera menutupi daerah sensornya itu dengan jas Aksa. Untungnya keadaan di luar sepi tidak ada tetangga. Kalau ada, wah Agung takut nanti ada yang merekam dan mengirimnya ke berbagai media sosial.
"Ya sudah ayo masuk Tung, udah mau magrib juga. Gue mau kelarin mandi gue dulu!" sahut Agung buru-buru masuk.
"Apa aku tidak salah dengar kalau Bang Gor manggil gue Lutung lagi."
Panggilan sayang dan unik Bang Agung pada Aksa adalah Lutung, sedangkan ke Hana Bang Agung sendiri manggil ke Hana dengan sebutan "Nyet". Entah apa filosofi Bang Agung ngasih julukan itu padanya. Kemudian Hana dan Aksa pun kompak memanggil Agung dengan sebutan Bang Gor, kependekan dari Gorilla. Tadinya hanya untuk sekedar bahan candaan, tapi lama-lama julukan itu menempel dengan sendirinya.
Entah salah dan dosa apa jenis-jenis primata itu pada mereka. Julukan itu hanya berlaku jika suasana hati mereka sedang normal. Tapi jika ada sesuatu yang serius, panggilan atau julukan itu jarang dipakai. Maka dari itu, Aksa bisa menebak suasana hati Bang Agung jika dia memanggilnya Lutung.
Aksa kegirangan mendengar itu, lalu dia pun kembali ke mobilnya untuk mengambil kado yang dia persiapkan untuk keponakannya Shanum. Dan astaga, Shanum mirip siapa keisengannya itu tadi. Aksa jadi teringat tantenya kalau begitu. Hana Kaniana, wanita yang ia cintai dan rindukan.
***
Setelah beres mandi dan berpakaian rapi, Agung kemudian menemui Aksa yang tengah berdiri di ruang tamu menatap foto Hana yang terpajang di dinding.
"Tung, ada perlu apa kau datang kemari?" tanya Agung langsung.
"Itu Bang, aku kemari ... eng ... aku mau lihat keponakan. Eh anak Abang." Aksa kemudian mengambil kotak kado yang sudah dia letakkan di sofa.
"Oh."
Lalu Agung berteriak memanggil nama anaknya Shanum.
"Bagaimana kabar Abang sekeluarga?" tanya Aksa basa-basi.
"Baik, eloe sendiri?" tanya Agung.
"Baik Bang."
"Loe udah kawin belum sama dia?" tanya Agung.
"Kawin, kambing kali!" gerutu Aksa protes dalam hati. Tapi rupanya dia keceplosan dan malah terdengar langsung oleh Agung.
"Lah kambing enak punya anak bisa dipotong di masak. Loe kan Lutung, mana bisa loe dipotong dan di makan, daging loe pahit," oceh Agung dalam mode "manusia gajel" alias manusia enggak jelas.
"Apaan sih Bang, kumat lagi ngaconya. Aku belum menikah lagi, dan aku kan masih suami Hana."
Agung langsung terdiam mendengar itu. Dia menjadi tidak bisa berkata apa-apa.
"Papa panggil Shanum?" Shanum sudah datang dan langsung bergelayut manja pada papanya.
"Iya tuh ada Om kamu, katanya mau ngasih hadiah buat Shanum!" ujar Agung menunjuk Aksa.
"Om, Om siapa Pa? Bukannya dia penculik?" tanya Shanum polos.
"Bukan sayang, dia Om Aksa."
"Ohh, mana hadiahku Om?" tanya Shanum tanpa malu dan tidak meminta maaf karena telah meneriakinya penculik.
Aksa manyun dan sedikit gemas dengan Shanum. Tingkah Shanum sangat mengingatkannya pada Hana.
Aksa kemudian menyerahkan kado berukuran besar itu pada Shanum.
"Terimakasih Om, sering-seringlah memberi kotak hadiah!" kata Shanum langsung menerima kado itu dan membuka kadonya di depan Aksa.
Agung melihat wajah bersemangat putrinya yang sedang membuka kado itu.
Dan ...
"Om Aksa, hadiah buat Shanum mobil robot?" tanya Shanum ketika berhasil membuka kotak hadiahnya.
"Apa, mobil robot?" tanya Aksa kaget.
"Loe enggak tahu kalau anak gue cewe ya?" tanya Agung dengan mata yang sedikit dipicingkan. Pertanda kalau Agung sedikit marah.
"Brengsek nih si Daniel. Jelas-jelas aku minta hadiah buat anak perempuan, kenapa malah hadiahnya khusus untuk anak laki-laki, awas aja kamu nanti besok aku hukum kau!" batin Aksa kesal.
"Aku enggak tahu Bang, Maaf."
"Tidak apa-apa Om, Shanum suka, tapi nanti boleh ya kadonya Shanum kasih ke pacar Shanum di sekolah TK?"
"Apa, pacar, anak TK udah tahu pacar, didikan loe gimana nih bang?"
Agung hanya menepuk jidatnya sendiri menyesali tingkah anaknya.
"Gara-garanya dulu ni baby sitternya suka pacaran dan terus nonton sinetron anak gue jadi begini."
Aksa hanya mengelus dada melihat Shanum yang hanya tersenyum tanpa dosa ke arah wajahnya.
Bersambung ...