Chereads / GRAFFITI AREA / Chapter 30 - Aku Ingin Tahu Tentangmu

Chapter 30 - Aku Ingin Tahu Tentangmu

Keesokan harinya ....

[13 April 2012] Di rumah Ayami "Aku berangkat bu ...," Ayami berpamitan pada ibunya untuk berangkat ke sekolah sambil membawa sekantong tas kecil berisi jaket milik Fuyuki yang diberikan ibunya tadi malam.

"Ya, hati-hati." Ibunya kini tengah mengunci pintu dan bersiap untuk berangkat kerja.

Sebelum berangkat tadinya Ayami sudah bilang pada ibunya bahwa dia sudah tahu pemilik jaket ini. Ibunya juga berpesan pada Ayami, "Sampaikan rasa terima kasihku pada Nishizono-san dan pemilik jaket itu."

Alih-alih Ayami memikirkan sesuatu dengan sungguh-sungguh, akhirnya berhasil menemukannya ... "Tak salah lagi, jaket ini adalah miliknya."

****

Di dalam kelas 1-C

"Selamat pagi Momo-san." Ayami menyambut Momo yang baru datang kemudian duduk di samping tempat duduknya.

"Selamat pagi Kana-san." Momo-san mengatakan dengan wajah sepolos biasanya.

"Aku kan kemarin sudah bilang berkali-kali, panggil aku Ayami saja."

"Oh aku lupa, baiklah Ayami-san." Karena Ayami-san terlalu serius memandangi Momo, wajah Momo yang tampak polos dan datar itu mulai membuat senyum tipis.

....

Dalam hati Ayami yang kemudian membalasnya dengan senyum lembut "Dia seperti boneka Jepang."

Mungkin dari lagaknya Momo memang polos tapi Ayami merasa ada sisi lain dalam dirinya yang disembunyikan seperti rahasia besar atau semacam orang lain tidak boleh tahu tentangnya. Insting Ayami sangat tajam sehingga menggugah rasa keingin tahuan pada diri Momo.

"Nee Momo," Ayami berkata dengan ragu ... "Um ano ne ...."

Momo menoleh ke arah Ayami masih dengan wajah polosnya "Nani (ada apa)?"

"...." Tanpa ada lanjutan dari perkataan Ayami yang saling bertatapan dengan Momo itu membuat Ayami semakin ragu untuk mengungkapkan.

"A-ah~ tidak jadi, hehehe."

"Um?"

****

Bel istirahat telah berbunyi, Ayami berencana menghampiri Fuyuki di kelas 1-A

Ketika Ayami akan berdiri, tiba-tiba Momo menawarkan sesuatu ... "Ayami-san, hari ini mau makan bersama denganku?"

Rasanya tak enak untuk menolaknya ... tapi, "Em ..., maaf Momo-san. Hari ini aku ada urusan dengan temanku." Kata Ayami sambil memperlihatkan tas bingkisan itu (isinya ga keliatan sih) pada Momo.

"Oh, baiklah."

"Hehehe, maaf."

"Um~ tidak apa-apa. Perlu kutemani?" tawar Momo lagi.

"A-ah~ tidak perlu kok. Aku mau bertemu dengannya empat mata." Ayami terus berkata seperti membuat-buat alasan.

"Oh, baiklah." Akhirnya Momo kembali membuka bento-nya dan berkata "Itadakimasu" sebelum makan.

Sementara Ayami dengan berat hati meninggalkan satu-satunya teman baiknya ini.

Dengan mendekap tas bingkisan itu, Ayami kini menuju ruang kelas 1-B (Ichibi). Sebelum masuk kelas, Ayami hanya bersembunyi di daun pintu menengok sekeliling kelas dan mencari keberadaan Fuyuki. Namun, tak terlihat batang hidungnya sama sekali.

Hiyori dan Madara tidak ada di sana, mereka berdua sering makan di atap akhir-akhir ini.

Ayami belum mengetahuinya, tapi Ayami berpikir "Mungkin mereka bertiga makan di atap."

Ayami tidak jadi masuk ke kelas 1-B dia hanya mondar mandir di daun pintu meski tidak ada yang melihatnya. Tapi, karena Mawaru merasakan aura kehadirannya ... seketika ia menoleh.

Mawaru sedang makan siang. "Eh?" celetuknya.

"Ah!?" Mereka berdua saling pandang.

Kemudian Mawaru menutup kotak makan siangnya (bentonya) dan menghampiri Ayami.

Mereka berdua berbicara di dekat pintu.

"Ayami, ngapain ke sini?" Tanya Mawaru serius.

"A-anu ...."Ayami ragu, haruskah dia menitipkan Jaket ini pada Mawaru?

"Oi Ayami, ada perlu apa?" Mawaru bertanya lagi karena Ayami tidak segera menjawabnya.

"Em ... begini, aku sedang mencari temanmu." Ayami menengok sekeliling lagi dengan perasaan cemas.

"Teman?"

"Iya, yang kemarin itu."

"Madara?"

"Bukan"

"Hiyori?"

"Bukan"

"Hm," yang tersisa hanya ada satu. "Matsuda?"

"O-orang yang berambut putih itu kan, Fuyuki?"

"Iya, kenapa?" Mawaru keheranan setelah ia mengabsen nama-nama teman dekatnya. Sementara Ayami menatap Mawaru dengan malu-malu.

"Dia ada di mana sekarang?" Meskipun Ayami malu-malu ketika saling memandang, dia masih tetap memberanikan diri untuk bertanya pada Mawaru.

"Sekarang ya ... hm, mungkin ke ruang kepala sekolah." Kata Mawaru yang menjawabnya dengan jujur.

*Kronologi ketika bel istirahat, sebelum Fuyuki meninggalkan kelas. Ia tengah bersiap membuka kotak bento-nya. Beberapa saat kemudian, ponsel yang di simpan di laci mejanya bergetar.

'Drrrt, Drrrt, Drrrrt'

Padahal waktu itu Hiyori, Madara dan Mawaru akan merapatkan mejanya untuk makan bersama.

Fuyuki tiba-tiba berdiri sambil menatap layar ponselnya dengan serius. Kemudian ia menutup ponselnya dan menyimpan di sakunya lalu menutup bento-nya.

"Ada apa, ketua?" Tanya Hiyori mengkhawatirkannya.

"Maaf, aku ada urusan ...." Jawab Fuyuki dengan serius.

"Apa itu—?" (Tanpa melanjutkan bicaranya Mawaru menebak isi pikiran Fuyuki)

"Ya." Jawab Fuyuki singkat. "Baiklah, gomen minna~ (maaaf semuanya~)."

"Ya, tidak masalah." Kata Madara tidak terlalu mengkhawatirkannya.

Akhirnya Madara mengajak Hiyori dan Mawaru makan di atas. Karena Mawaru sedang bocor (istilahnya palang merah atau haid atau berhalangan atau itulah ya pokoknya), dia enggan untuk naik turun tangga dan memilih untuk makan di dalam kelas.

....

Ayami tidak menyebutkan pada Mawaru, alasan kenapa dia mencari Fuyuki. Mawaru juga tidak menanyakannya karena mungkin ada kepentingan pribadi dalam pertemuan mereka berdua.

Ayami segera menuju ke ruang kepala sekolah.

****

Beberapa menit kemudian, dia tiba di sana [Ruang Kepala Sekolah]

"Yosh!" kali ini Ayami akan mengetuk pintunya. Tapi, terdengar suara Fuyuki dari dalam ruangan itu.

Di sekitar ruangan kepala sekolah sepi, tidak ada siapapun. "Ini adalah tempat yang pas untuk memberikan jaketnya tanpa ketahuan banyak orang." Pikirnya, karena Ayami tidak ingin kehilangan jejaknya maka ia menunggu di depan pintu ruang kepala sekolah.

Tak sengaja Ayami mendengar perkataan mereka berdua di dalam ruangan (sebut saja Ayami ini tak sengaja nguping).

"Ya, biarkan para murid kelas 1 tidak mengetahui tentang semua ini." Itu perkataan Fuyuki.

Ayami bertanya-tanya pada dirinya, "Apa yang tidak boleh di ketahui? Dia anak yang penuh misteri."

"Bersiaplah, besok adalah hari penobatan Anda." Kata kepala sekolah dengan sangat sopan.

"Anda?" Ayami bertanya-tanya pada dirinya sendiri .... "Kenapa kepala sekolah berkata dengan sangat sopan dengannya, layaknya dia seorang pangeran?" pikirnya dengan penuh tergesa-gesa ... "Siapa Fuyuki ini? Aku jadi ingin mengetahui tentangnya."

"Baiklah aku permisi dulu." Eh! Gawat!!! Fuyuki mendekati daun pintu dan semakin dekat mendekati engsel pintunya. Ayami yang panik pintu akan terbukanya pintu ruangan itu, dia merempet di tembok dekatnya tapi Ayami malah menimbulkan bunyi yang berisik.

Sebelum membuka pintu, Fuyuki agak curiga. Kemudian Fuyuki membuka pintu dengan keras yang membuat mereka berdua (Kepala sekolah atau Kei dan Ayami kaget).

"Siapa yang ada di balik pintu ini?" Dalam hati Fuyuki, dengan tatapan sinis kemudian ia menoleh ke arah Ayami yang ada di dekat pintu itu.

"Ada apa—" Kei tengah menanyakan pada Fuyuki, tapi malah terpotong karena Fuyuki menjawabnya dengan cepat.

"Tidak ada." Jawab singkat Fuyuki.

'BRAAAK!!'

Kemudian menutup pintunya dengan keras.

"Ah!!! Gawat! Pintu akan terbuka! Sembunyi-sembunyi-sembunyi-sem—" kini tak sempat Ayami bersembunyi ....

Pintu terbuka dan mereka saling memandang "Ah! Eh!" Ehehehe ketahuan ya…? Ayami memandang Fuyuki dengan tampang bodohnya. Sementara Fuyuki memandang Ayami dengan serius.

[ . . . . . . . . ]

"Um … anu … (mau diapakan aku! Di depanku dia memblokir jalan dengan menempelkan kedua tangannya ke tembok sehingga aku terpojok! Wajahnya semakin dekat …!)" Ayami sangat panik.

Mereka melakukan kabedon!

"Kau sedang apa di sini?" Fuyuki memperhatikan gerak-gerik Ayami. "Jangan-jangan kau nguping ya? (pasti dia sengaja membuntutiku, atau dia sengaja ke sini mencariku dan mendengar percakapan rahasia kami, jangan-jangan dia tahu identitasku sebagai kepala perusahaan ataupun RAIZU-00)"

"Tolong lepaskan. Kumohon lepaskan aku!" Di depan Fuyuki, Ayami mengatakan dengan suara lembut nan pelan.

"Eh? Ah— maaf sudah menyakitimu." Fuyuki langsung membungkuk ke Ayami. Tapi, ia masih heran "Apa kau mendengar percakapanku dengan kepala sekolah barusan?" pertanyaannya belum terjawab sama sekali oleh Ayami.

Kini Fuyuki dan Ayami sudah saling bersentuhan dalam keadaan salah paham, Ayami sedikit tersipu malu dan berkaca-kaca setelah terkena kabedon barusan. Entah ia harus jujur karena sudah menguping atau senang karena mendapat kabedon? Sesak, sangat sesak ... itu yang dirasakannya saat ini. Jantungnya berdegup kencang tak karuan.

"Ya," Ayami telah menjawab jujur ... "Tapi, bukan seperti yang kau pikirkan. Aku kemari hanya untuk menemuimu, sebenarnya aku baru sampai di sini dan kau langsung membuka pintu." Ayami berkata dengan serius meski wajahnya sedikit berkaca-kaca.

"Dan ...." Meski tadinya Ayami hanya berniat mengantarkan jaket saja, tapi dalam hati ia berkata, "Aku benar-benar ingin mengetahui tentangmu!"

****