Kabedon!
Dari Kabe dan Don, kabe yang berarti dinding atau tembok dan Don yang berbunyi keras seperti dibanting. Begitulah kamus mengartikan Kabedon ini. Kabe Don bisa diartikan sebagai pose memojokkan pasangan hingga ke tembok sambil bersandar dengan satu atau dua tangan sehingga si dia tidak bisa kabur ke mana-mana. Biasanya Kabe Don dilakukan oleh si lelaki kepada wanita tercintanya.
Tapi kali ini, Ayami menerima kabedon dari lelaki misterius yang merupakan pemilik jaket yang baru ia kenal kemarin.
"Kau ada urusan denganku?" Tanya Fuyuki dengan serius.
"I-iya ...." Kemudian Ayami menyodorkan tas berisi jaket itu.
"Ng? Apa ini?" kata Fuyuki heran.
"Ini ...," Ayami memalingkan pandangan dan tersipu malu. Ia langsung menyodorkan ke dada Fuyuki sehingga Fuyuki terpaksa menerima dengan kedua tangannya. "Kau bisa melihatnya sendiri! Dah!" Saat pandangan Fuyuki sedikit lengah menatap Ayami dan dia fokus pada tas itu, Ayami berpikir ini adalah kesempatannya untuk kabur. Seketika Ayami berlari kencang meninggalkan Fuyuki.
"O-oi ...!" Fuyuki tak sempat menjangkau tangannya, akhirnya membiarkan Ayami kabur.
Pada akhirnya Fuyuki tak bisa menanyakan sejauh mana Ayami menguping pembicaraannya dengan kepala sekolah tadi.
....
Karena sedikit penasaran, Fuyuki membuka isi tas itu ....
"Jaket?" pikirnya keheranan, kemudian membuka lipatan jaketnya "Ini kan ...." Fuyuki tidak akan lupa kejadian di waktu pertama kali ia datang ke sekolah ini.
"Siapa sebenarnya dia?"
"Idol?"
"Apa dia anak dari wanita itu?"
....
Fuyuki kembali melipat jaket itu dan memasukkannya kembali ke dalam tas. Beberapa saat kemudian, Kei membuka pintu ruangannya.
"Un?" Fuyuki tepat di hadapannya.
"Ano ... kupikir Anda masih di sini, ini (kotak bento Fuyuki)." Kei menyerahkan kotak bento-nya.
"Ah, terima kasih." Are-!? Apa kotaknya tadi sebersih ini? Fuyuki heran karena mencium bau wangi pada buntalan kotak bentonya.
"Aku mencucinya juga." Kata kei dengan memasang sedikit tampang bodohnya.
"Maaf aku melupakannya, tapi ... aku tidak meminta Yamada-san mencucinya loh." Yamada-san jadi budak dong wkwkwkwk
"Tidak, tidak, tugasku melayani Anda." Yamada-san mengatakan dengan ramahnya.
"Ta-tapi, kalau begini aku jadi sungkan." Fuyuki melesukan alisnya dan beranggapan dirinya tidak bisa menjadi lebih mandiri kalau seperti terus. Fuyuki tidak ingin bergantung pada Yamada-san atas semua hal yang harus ia lakukan sebagai kewajibannya, tapi Yamada-san sangat tulus melayani Fuyuki dengan sepenuh hati.
"Tidak usah sungkan kok, hehehe."
"Jya, terima kasih." Fuyuki meninggalkan ruang kepala sekolah, tapi ... langkahnya terhenti begitu ia ingat Ayami.
Fuyuki segera kembali ke ruang kepala sekolah.
Tanpa mengetuk, Fuyuki langsung masuk nyelonong begitu saja. Kei kaget ketika ia bersantai bukannya kerja memeriksa dokumen malah melihat film dewasa di laptopnya.
"UWWOOOOOH~ Tu-tuan muda! Ngapain ke sini lagi?" Tentu saja Kei tampak terkejut dengan kedatangannya yang mendadak tanpa di minta, biasanya Kei yang memintanya datang terlebih dulu.
"Aku ingin bertanya beberapa hal." Kata Fuyuki yang mengatakan dengan serius tanpa memasang ekspresi apa pun.
Kemudian Kei segera mematikan laptopnya (Shut Down) dan menutupnya.
"Soal apa?"
"Kejadian di saat upacara penerimaan itu."
"Oh? Soal tidak ada sambutan ketua OSIS dan kau menggantikannya sebagai perwakilan murid?"
"Bukan, soal wanita yang kuceritakan setelahnya. Kamu menerima surat dariku kan? Surat itu dari wanita itu."
"Ya, benar. Anda yang mengatakannya sendiri. Kenapa?"
"Isi surat itu apa? Aku ingin mengetahuinya."
"Oh ini," Kei segera mencarikan surat itu di laci dokumennya. "Jadi kau kepo karena ini? Sehingga kemari menemuiku?"
"Ya." Jawab Fuyuki singkat tanpa berekspresi melihat isi surat itu dengan serius.
"Jadi dia ... benar-benar idol?" pikirnya ....
"Kenapa dan ada apa?" Kei sedikit mencemaskan Fuyuki.
"Tidak ada." Seperti biasa jawaban Fuyuki yang seperti ini membuat orang lain penasaran.
"Hm ...," Kei menjadi bingung dengan isi pikirannya. Kemudian Kei memberi penjelasan ... "Dia adalah Idol yang memulai debutnya pada musim panas. Seperti yang kau katakan dulunya, mungkin dia mengirim surat untuk mengizinkan anaknya selama seminggu. Di balik surat itu ada berkas fotokopian seleksi agensi, mungkin dia sibuk dengan pekerjaannya."
"Oh begitu ya."
"Kau tertarik dengannya?"
"...." Fuyuki terdiam memejamkan mata, kemudian ia membuka mata dan menjawab perkataan Kei dengan muka malasnya "Mana mungkin."
Sesudah mengetahuinya, Fuyuki pamit dan kembali ke kelasnya.
"Jadi, kemarin dia baru saja masuk sekolah. Apa dia sudah tahu tentangku? Terutama dia kelihatan dekat dengan Momo (karena teman sekelasnya)." Pikirnya ..., Fuyuki juga berpikir mungkin Momo sudah menceritakan tentang dirinya pada Ayami.
****
Sementara itu ....
Ayami yang tadinya kembali ke kelas dengan sangat tergesa-gesa karena berlari.
*Padahal ga boleh lari-lari di lorong sekolah.
Ayami segera mengambil botol berisi air mineral dari tasnya. Kemudian meminum seteguk demi seteguk air di dalamnya.
Momo yang sudah mengakhiri makannya langsung melihat Ayami yang datang tiba-tiba dan terlihat sedikit aneh. Ayami juga mengeluarkan bento, membukanya kemudian memakannya lahap-lahap.
Jiiiii~
Momo masih menatapnya~
Jiiiii~
Momo masih menatapnya, kemudian Ayami sadar dan menoloh ke Momo ketika dirinya di tatap lekat-lekat.
"Ada apa?" kata Ayami yang terburu-buru makan sambil mengunyah makanannya di mulut.
*Mulutnya penuh dengan makanan.
"Justru aku yang ingin bertanya seperti itu padamu." Kata Momo yang mengatakan dengan wajah polos seperti biasanya.
"Kebetulan aku ingin bicara empat mata dengan Momo." Kata Ayami serius.
"Eh?" sesaat Momo merasakan aura keseriusan Ayami yang berbeda dari Ayami yang biasanya. Momo juga berpikir, "Apa aku melakukan kesalahan pada Ayami?"
"Soal apa?" Lagi-lagi Momo bertanya dengan polosnya.
Ayami menyudahi makanannya sebelum bel istirahat berakhir (kotak bentonya bersih tak bersisa), kemudian dia meminum air mineral dengan cepat. "Fuaaah~" Ayami segera merapikan buntalan kotak bentonya dan memasukkannya kembali ke tas bersamaan dengan botol kosong bekas air mineralnya.
"...."
"Momo, ini soal—"
Tiba-tiba bel jam istirahat berbunyi dan kini masuk jam pelajaran.
Mereka berdua menegok ke arah atas papan tulis (jam dinding terpampang di sana).
Ayami merasa frustasi, tadinya ingin menanyakan banyak hal pada Momo tentang hubungannya dengan Fuyuki. Namun, tidak sempat juga ....
Ayami ingat, ia tidak sempat berterima kasih dengan Fuyuki dan pergi begitu saja.
"Apa ceritanya sangat panjang?" Tanya Momo mengkonfirmasinya.
"Ya (siapa dia sebenarnya?), kalau begitu bolehkah aku meminta waktumu sebentar ketika sepulang sekolah?" pinta Ayami untuk pertama kalinya pada Momo.
"...." Namun Momo tak memiliki jawaban dan malah memasang muka datar.
Momo sebenarnya tidak pernah peduli soal pertemanannya dengan orang lain, asal identitasnya sebagai wanita terpenting di perusahaan tidak ketahuan. Sebisa mungkin ia tidak kelihatan mencolok atau tidak kelihatan dekat dengan bosnya, Fuyuki Matsuda.
"Etto, tidak boleh ya? Hehehe. Gak jadi deh—"
"Boleh kok." Momo berubah pikiran, "Tak ada salahnya berteman dengan orang lain."
Momo yang tadinya berekspresi datar kini tersenyum lembut pada Ayami. Tanda dirinya setuju.
Ayami begitu gembira, ternyata Momo gadis yang baik yang mau meluangkan waktu untuknya.
****
Akhirnya sampailah sudah pada jam pulang sekolah.
Bel pulang sekolah mengakhiri aktivitas hari ini.
Ayami beranjak dari tempat duduknya dan melangkah dekat Momo, kemudian ingin menggandeng tangannya. Sementara Momo baru saja akan beranjak dari tempat duduknya ... ponsel di lacinya bergetar ... itu adalah sebuah panggilan.
Pertahanan Momo terbuka dan lengah dalam menjaga privasinya.
Momo segera membuka ponselnya dan dari arah samping belakang Momo terdapat Ayami yang dekat dengannya. Ayami menyentuh pundak Momo dan tidak sengaja membaca tulisan di layar ponsel itu.
[Panggilan Masuk: Matsuda Fuyuki]
Mereka berdua melihatnya.
Momo tersadar, dan menolak panggilan dari bosnya itu. Wajah Momo yang begitu polos tadinya, kini terbelalak tajam menatap Ayami.
"Eh?" Ayami keheranan Momo akan marah karena tak sengaja dirinya melihat layar ponselnya.
"Ayami, tolong rahasiakan apa yang barusan kamu lihat." Kata Momo sesaat menatap Ayami dengan pandangan sadis, "Dan maaf saat ini aku tidak bisa bersamamu." Kata Momo yang kemudian tertunduk murung dan cepat-cepat keluar dari kelas.
Ayami berusaha mengejar Momo yang berjalan cepat keluar kelas.
Namun, ketika Ayami keluar kelas, di hadapannya ... ia berpapasan dengan Fuyuki.
Fuyuki tadinya mau mencari Momo karena panggilannya tidak terjawab, tapi karena ia melihat Momo keluar, Fuyuki berusaha mengejarnya dia tengah memencet ponselnya untuk menelepon Momo bahkan mengirim pesan padanya ... "Di mana kamu? Aku ingin bicara denganmu." Pesan Fuyuki.
Tapi, dibaca cepat oleh Momo.
Sementara Ayami yang kini berpapasan dengan Fuyuki mulai mengikutinya.
Momo membalasnya ....
"Aku di ...." Momo berada di tempat yang tidak ada CCTV nya di sekolah.
Momo sempat heran ketika Ayami dan Fuyuki sama-sama ingin berbicara dengannya secara empat mata atau pun rahasia. "Mungkinkah ini menyangkut tentang identitasnya?" pikirnya.
....
Ayami yakin melalui instingnya bahwa Fuyuki akan menghampiri Momo.
[Auditorium] Ruangan yang luas dan cukup sepi, tempat pertama kalinya siswa baru menghadiri upacara penerimaan.
Pintunya memang sedikit terbuka, Momo berada di sana.
Hanya Fuyuki yang dapat menemukannya, tapi kali ini tidak ....
Fuyuki masuk dan melangkah menuju Momo. "Ada hal ingin aku bicarakan padamu ...."
Momo menoleh ke arah Fuyuki dan ia melangkah ke arah Fuyuki. Kemudian Momo mendekatkan diri dan berbisik pada Fuyuki "Kau di ikuti."
"...." Fuyuki diam saja.
Fuyuki melihat Momo, sementara Momo melihat sosok wanita di belakang pintu yang mengikutinya. Momo menatap lurus dan berbicara dengan lantang. "Aku tahu, kau ada di situ, A-ya-mi."
Kemudian Ayami masuk menunjukkan dirinya di depan mereka berdua ....
Dalam hati Momo yang melihat Ayami, "Siapa dia sebenarnya?"
****
Akhirnya mereka bertiga sama-sama curiga.
Bagaimana dan siapakah yang akan mengungkapkan kecurigaan ini untuk pertama kalinya?
[To Be Continued]