Rizky masih serius menatap layar laptop. Besok pagi dia harus menyerahkan skripsinya kepada dosen pembimbing. Kalau semuanya beres dia bisa sidang. Semoga sidangnya berjalan lancar dan dia bisa langsung lulus. Kalau sudah lulus dia bisa fokus bekerja di perusahaan pamannya.
"Ky, istirahat dulu." Ifa membawakan kopi susu dan tempe mendoan. "Nih, makan dulu mumpung masih hangat."
"Elo yang bikin?" Rizky melepaskan kacamatanya dan meregangkan tubuhnya sebelum menikmati hidangan yang disediakan.
"Bukan. Tadi bunda yang antar kesini." Ifa duduk disamping Rizky dan mencoba membaca apa yang ditulis suaminya. Tanpa sadar wajah Ifa condong mendekat. Tentu saja Rizky kaget. Ia nggak berani bergerak. Ia hanya mampu menelan ludah dan mengamati wajah halus istrinya. Terlihat bulu matanya yang lentik, bibirnya yang ranum.....
"Ipaaaaaah.... Ikiiiiiyy.... " Terdengar suara melengking menghantam gendang telinga mereka. "Lagi ngapain lo berdua? Mau ciuman ya? Lanjutin deh. Emak cuma mau kasih tahu kalau emak dan babe mau pergi ke pasar malam yang diseberang komplek. Elo pada mau ikut kagak? Eh, tapi mendingan lo berdua di rumah aja deh. Ky, jangan lupa elo berdua bikin cucu buat emak. Nanti emak bawain oleh-oleh gulali. Jangan lupa kunci pintu paviliunnya biar kagak ada orang yang nyelonong masuk pas elo berdua bikin cucu buat gue." Ucapan mak Bella laksana mitraliur yang ditembakkan tanpa henti.
Astaga, astaga, astaga... enteng bener tuh mulut, pikir Ifa. Saat itulah ia baru menyadari bahwa posisi wajahnya sangat dekat dengan Rizky. Pantesan emak mikir kita mau ciuman. Ifa langsung menyentil jidat Rizky dan segera menjauh sebelum suaminya tahu betapa jantungnya berdegup sangat kencang laksana genderang perang.
"Sakit, yang. Elo mah tega banget sama suami," ujar Rizky sambil mengelus jidatnya yang memerah akibat sentilan Ifa.
"Nah elo kenapa diam aja disitu? Harusnya kan elo menghindar pas gue mendekat. Emak kan jadi berpikir yang nggak-nggak. Kan gue yang repot kalau besok pagi dibombardir pertanyaan sama dia. Elo tau sendiri kan emak kagak bakal brenti sebelum dapat jawaban yang dia mau. Trus gue harus jawab apa? Masa gue harus terus terang bilang sama dia kalo gue masih perawan. Kalo gue nggak mau berhubungan sama elo. Kalau semuanya terbongkar kan gue yang bakal diomelin habis-habisan sama ..."
Cup.... sebuah kecupan di pipi mampu menghentikan omelan Ifa yang tak kalah dengann mitraliur yang ditembakan mak Bella sebelumnya. Emak dan anak sama aja. Kalau sudah ngomel bisa panjang kayak kereta api. Ngomongnya merepet tanpa jeda.
"Ky, kok elo cium pipi gue nggak bilang-bilang sih." Ifa mulai terisak tidak terima perlakuan Rizky.
Waduh, kenapa dia nangis. Gue kan cuma cium pipi dia, bukan bibir dia. Rizky mulai panik saat isakan Ifa makin kencang. Ia ingin menenangkan istrinya dengan memeluknya tapi takut ditabok. Tapi bodo amat ah, gue nggak tega liat dia nangis kayak begitu. Ditabok ditabok deh. Bismillah.. Rizky menarik Ifa ke dalam pelukannya dan membiarkan istrinya menangis di dadanya. Tangannya menepuk-nepuk punggung Ifa.
"Ipah, sudahan dong nangisnya. Gue minta maaf deh karena nyium pipi lo. Suer gue nggak ada niatan jahat nyium pipi lo. Gue cuma pengen bikin elo brenti ngomel. Maafin gue ya. Gue janji nggak bakal ngulang lagi."
Ifa masih sesenggukan di dada Rizky. Sebenarnya ia tidak terlalu marah tapi ia malu karena Rizky mencium pipinya. Ia takut Rizky akan mentertawakan dirinya bila melihat mukanya memerah seperti kepiting rebus. Sebenarnya berada dalam pelukan Rizky memberi kenyaman. Sama seperti saat mereka SMP dulu. Saat secara tak sengaja kepala Ifa kena bola basket sehingga membuatnya klenger.
⭐⭐⭐
Flashback on
Sore itu Ifa yang baru kelas 7, pulang setelah mengikuti pertemuan OSIS. Ia berjalan bersama Onit dan Cilla yang baru selesai ekskul silat. Mereka berjalan melewati lapangan basket. Rupanya anak-anak basket sedang latihan untuk pertandingan minggu depan. Ifa melihat Rizky yang sedang latihan. Rizky adalah teman main sekaligus tetangganya.
"Nit, Cil, liat kak Rizky main ya." Ajak Ifa. "Gue suka banget liat dia main basket. Keren banget."
"Ipah, elo suka sama dia?" Tiba-tiba Onit mengajukan pertanyaan saat melihat mata ifa menatap Rizky penuh kekaguman.
"Dih, nggak. Gue cuma kagum sama permainan basketnya. Keren kali ya kalau bisa main basket kayak dia."
"Yang pasti sih keren kalo punya pacar anak basket kayak dia." Celetuk Cilla.
"Idih, masih kelas 7 sudah mikirin pacaran. Kecepetan gede lo, Cil. Masih SMP jangan mikirin pacaran. Belajar dulu yang benar." Onit menceramahi Cilla.
"Ipah, lo liat nggak cewek yang pakai jaket pink disana. Gue dengar-dengar dia naksir kak Rizky."
"Mereka pacaran Nit? Yaaa... gue patah hati sebelum berjuang." Cilla menggerutu kesal.
"Gue nggak tau juga. Tapi yang gue dengar mereka sering jalan bareng. Kalau bukan pacaran apa namanya."
"Lah si Ipah sering pulang pergi bareng kak Rizky. Tapi mereka nggak pacaran."
"Ya beda kali. Orang lain kalo liat Ipah dan kak Rizky jalan bareng pasti mikirnya mereka kakak beradik. Kagak ada mesra-mesranya."
Hati Ifa serasa tersengat mendengar berita yang disampaikan oleh Onit. Ih, kenapa perasaan gue jadi nggak enak begini ya. Apa gue suka sama kak Rizky? Ah, nggak mungkin. Dia kan teman gue. Dia kan sudah gue anggap kakak sendiri. Ya kali, gue naksir kakak sendiri. Dia perhatikan cewek yang memakai jaket pink. Cewek itu terlihat paling semangat di antara siswa-siswa lain yang menyaksikan latihan sore itu. Cewek itu cantik. Girly banget. Pantas saja kalo kak Rizky suka sama dia. Apalah gue dibandingkan dengan cewek itu. Ifa memperhatikan penampilannya yang tomboy. Ia menghela nafas kesal. Pantas saja kalau kak Rizky nggak suka sama dia. Karena asyik melamun, ifa tidak melihat bola basket mengarah kepada dirinya.
"Awaaas... " Bugh... bola basket dengan sukses mendarat di wajah Ifa yang langsung klenger.
Rizky langsung menghentikan permainannya dan berlari mendatangi Ifa.
"Ipah, bangun pah." Onit dan Cilla menepuk-nepuk pipi Ifa yang saat itu memejamkan matanya. Mereka khawatir Ifa pingsan. "Ipah, jangan pingsan dong. Gue kan nggak kuat gendong elo. Nanti elo pulangnya gimana." Cilla mulai menangis dengan lebay melihat Ifa tak bergeming.
Sebenarnya Ifa tidak pingsan. Ia memang pusing dan kaget. Tapi rasa malunya lebih besar dari pusingnya. Makanya ia tidak membuka matanya.
Tiba-tiba Ifa merasa sepasang tangan kokoh mengangkat tubuhnya. Ifa mengintip untuk melihat siapa yang menggendongnya. OMG, gue digendong kak Rizky. Ifa merasa wajahnya memanas karena malu. Ia pun menyembunyikan wajahnya di dada Rizky. Ah, nyaman banget pelukannya. Apa begini ya rasanya dipeluk pacar, pikiran Ifa mulai melantur.
Rizky membawa Ifa ke ruang UKS dan meletakkannya dengan hati-hati di ranjang yang ada disitu. Onit, Cilla dan beberapa siswa lain mengikuti mereka dari belakang. Di ruang UKS Ifa masih belum berani membuka matanya. Rizky masih terus memegang tangannya penuh kekhawatiran. Tangannya yang satu terus menepuk lembut pipi Ifa.
Tak lama tepukan di pipi Ifa berhenti, namun tangannya masih terus digenggam oleh Rizky.
"Teman kamu nggak apa-apa. Nggak ada yang luka atau memar. Mungkin dia masih shock. Biarin dia istirahat sebentar disini." Terdengar suara suster yang bertugas di UKS tersebut. "Ayo, yang lain boleh bubar. Kalau semua ngerubung begini, kasihan teman kalian."
Satu persatu siswa bubar. Yang tersisa hanya Rizky, Onit dan Cilla. Rizky masih terus memegang tangan Ifa. Sementara itu Ifa berusaha menahan degupan jantungnya. Baru kali ini dia merasa seperti ini. Padahal Rizky biasa peluk dan memegang tangannya.
"Ipah sadar dong. Kalau elo nggak sadar juga, nanti gue dimarahin sama emak dan bunda. Elo tau sendiri kan kalau dynamic duo ngomel urusannya panjang. Ayo sadar dong Pah."
Onit dan Cilla berpandangan melihat kekhawatiran Rizky. Hubungan mereka apaan sih? Kok bawa-bawa emak dan bunda? Atau mereka memang kakak beradik? Belum hilang keheranan mereka, masuklah cewek berjaket pink yang konon kabarnya pacar kak Rizky. Onit dan Cilla langsung menyingkir dari situ.
"Ky, ngapain sih kamu pegangin tangan dia terus? Kamu suka sama dia? Kan kamu sudah bawa dia ke sini. Tugas kamu sudah selesai dong." Cewek berjaket pink itu merajuk.
Rizky membawa gadis itu menjauhi ranjang UKS.
"Sst.. pelan sedikit ngomongnya."
"Dia kan tidur pasti dia nggak akan mendengar pembicaraan kita. Aku tanya lagi, kamu naksir dia? Kok kamu perhatian banget sama dia.
"Jangan gitu dong. Dia itu kan tetanggaku. Aku sudah menganggap dia adikku. Nggak lebih."
Ifa yang pura-pura tidur mendengar itu semua. Hatinya patah berantakan berkeping-keping. Hari itu pertama kalinya dia merasakan patah hati.
Flashback off
⭐⭐⭐
Kira-kira sudah kebaca kan kenapa Ifa menolak keras perjodohan mereka
Tunggu kelanjutannya ya
Jangan lupa vote & comment