Ketika pelayan itu mengantar nasi dan semangkuk sayur, sepoci teh dengan cawannya, Thian Liong mengajaknya bicara sambil makan.
"Duduklah, paman dan mari temani aku minum teh. Nanti kalau ada tamu boleh paman tinggalkan aku."
Pelayan itu menerima undangan itu dengan senang dan setelah minum teh secawan, Thian Liong bertanya, "Paman, aku ingin sekali bertanya. Apakah paman pernah melihat seorang gadis cantik berpakaian serba merah muda, punya lesung pipit di kanan kiri bibirnya dan... gadis itu pandai ilmu silat?"
Pelayan itu mengerutkan alisnya. "Gadis cantik jelita dan pandai ilmu silat? Wah, ada, benar tentu ia yang kau maksudkan itu! Masih muda belia, senyumnya semanis madu, kerling matanya seperti kilat menyambar, kalau tertawa semua bunga bermekaran, matahari bersinar semakin terang!"
"Betul, betul dara itu yang kumaksudkan! Di mana ia, paman?"