Setelah berusia sembilan tahun lebih, Beng San mulai tidak betah tinggal di kelenteng. Beberapa kali ia minta berhenti, akan tetapi semua hwesio melarangnya dan mereka ini hendak menarik Beng San menjadi seorang calon hwesio. Beng San tidak suka dan pada suatu malam anak ini lari minggat dan kelenteng itu.
Ia hidup terlunta-lunta, terlantar. Hanya bisa makan kalau ada yang menaruh kasihan dan memberi makanan atau memberi sekedar pekerjaan kemudian diberi upah makanan atau uang.
Yang amat aneh pada anak ini, ia tidak pernah mau mengeluarkan perkataan minta-minta! Mungkin ia pun terpengaruh oleh pelajaran para hwesio yang mengharapkan sedekah dari para dermawan, akan tetapi sekali- kali bukan mengemis. Demikian mengapa Beng San juga sama sekali tidak mau meminta ketika melihat tosu itu makan roti kering, padahal perutnya lapar bukan main.