Swat Hong mengeluh, baru terasa betapa penat tubuhnya, betapa luka-luka kecil dari kulitnya yang lecet- lecet, dan betapa haus dan lapar menyiksa leher dan perut!
"Sumoi, badai sudah mereda. Mari kita turun. Aihh, itu perahu kita. Untung tidak pecah," kata Sin Liong dan dia menggandeng tangan sumoi-nya menuruni batu karang.
Perahu mereka tidak pecah, akan tetapi layar dan dayungnya lenyap. Sin Liong mengangkat perahu itu, membawanya turun kebawah.
"Mari kita lekas pulang, Sumoi. Biar kudayung dengan kedua tangan."
Swat Hong duduk di dalam perahu, mengeluh lagi dan berkata penuh kegelisahan, "Bagaimana dengan Pulau Es? Badai mengamuk demikian hebatnya, Suheng."
"Aku tidak tahu, mudah-mudahan mereka selamat. Maka dari itu, kita harus cepat pulang," suara Sin Liong bergetar walau wajahnya terlihat tetap tenang.