Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Jika Bisa Akan Ku Putar Waktu Ini

🇮🇩sindi_alfiani
--
chs / week
--
NOT RATINGS
9.3k
Views
Synopsis
"arggggg tuhan kenapa kau ambil mereka dariku, aku masih ingin bersama mereka. Tolong kembalikan mereka padaku. Jika engkau memberi kesempatan lagi untukku aku akan merubah semua sifat burukku" Suara Isak tangis yang kencang disertai air hujan yang terus-menerus membasahi bumi. Menandakan kekecewaan mendalam dari gadis yang menyombongkan kekayaannya. "beri aku kesempatan kedua untuk merubah semua yang telah ku perbuat. Izinkan aku merubahnya"
VIEW MORE

Chapter 1 - Bosque Galak

Seorang wanita berparas cantik nan rupawan, anak orang kaya dari keluarga yang terpandang. Parasnya yang cantik begitu pula dengan kekayaan yang berlimpah membuatnya lupa akan kehidupan yang sebenarnya. Dimana sesama manusia berhak merasakan manisnya kehidupan, toleransi dan berhak menerima apa yang emang pantas di terimanya begitu pula dengan orang lain. Bukan berarti yang kaya bisa menindas rakyat kecil.

"Eh kamu kalo kerja yang bener, kamu disini kerja saya gaji, kenapa malah santai-santai, kamu mau saya pecat!" bentak sasya.

Nafasya Aurelia, seorang pimpinan perusahaan yang berparas cantik juga pandai tapi mempunyai sifat yang minim sekali. Di umurnya yang ke-25 tahun dia sudah diangkat sebagai pemimpin perusahaan karena kecerdasan yang dimilikinya.

"maaf Buk tadi saya hanya beristirahat sebentar lagipula inikan masih jam makan siang buk" ucap karyawan itu.

"udah di kasih tau nyolot lagi. Untuk semuanya dengarkan, mulai sekarang jam makan siang hanya 15 menit tidak boleh lebih"

"hah" ucap semua karyawan.

"tapi buk 15 menit kan hanya cukup untuk kelantai dasar saja"

"tidak ada tapi-tapian. Itu kesalahan kalian kenapa ketika bekerja kalian santai-santai" ucap sasya seraya meninggalkan tempat tersebut.

"yah mana dompet menipis kalo resign mau makan apa gue" ucap salah seorang karyawan.

"jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan mungkin aja maksud buk sasya itu baik, biar kita bawa bekal dari rumah. Mungkin dia tau kalo dompet kita menipis" sambung yang lain.

"iya juga sih ya semoga aja gitu maksud dia"

"udah ayo kerja lagi ntar malah di perberat lagi aturannya"

"ayo"

Dilain tempat ada pemuda dengan paras yang tampan dengan kecerdasannya dalam bidang apapun tapi sayangnya dengan kehidupan yang jauh berbanding terbalik dengan Sasya.

kehidupan yang biasa saja tidak membuatnya patah semangat didalam bekerja. Walaupun untuk saat ini dunia belum berpihak padanya.

Bagas Prasetyo, menginjak usia ke-26 tahun. Dengan usaha kecil-kecilan yang dia punya, dia baru bisa membeli kontrakan yang hanya bisa di tinggali 1 sampai 2 penghuni saja. Sehari-harinya berjualan cakwe keliling.

* * *

"heh loe niat jualan gak sih, mata loe di taro dimana sampe-sampe gue yang sebesar ini gak loe liat"

"maaf mbak saya gak sengaja lagipula kan mbaknya yang tadi asal lewat aja"

"yeu rakyat jelata udah salah ngeles mulu"

"maaf ya mbak saya tadi udah minta maaf, mbaknya yang salah seharusnya introspeksi dong jangan malah ngatain orang rakyat jelata gitu"

"lah kan emang kenyataannya"

"kehidupan saya emang sederhana tapi bukan berarti mbaknya bisa bilang gitu, saya juga manusia mbak"

"ribet ngomong sama loe, pinggirin nih gerobak butut loe gue mau lewat, dasar rakyat jelata"

Dengan berat hati Bagas pun meminggirkan gerobaknya. Gak ada gunanya juga dia bertengkar dengan CEO itu.

"huft sabar-sabar, cantik sih tapi galaknya itu loh"

"heh ngomongin gue loe ya"

"dih mbaknya PD banget, jangan suka marah-marah mbak ntar cepet tua baru tau rasa"

"loe nyumpahin gue?"

"di kasih tau malah ngegas, sarap keknya ni orang"ucap Bagas seraya pergi dari tempat itu.

"dasar rakyat jelata gak tau diri" ucap sasya dengan nada tingginya.

"nyenyenye hahahhah" ejek Bagas.

"kenapa sih hari ini sial banget, semua orang bikin mood gue jelek aja, ihhh heran gue" erang sasya.

klung klung~

"hallo apa ca?"

"sya bisa gak kita kumpul, lagi pada pulang nih mereka!"

"dimana ca, trus kapan?"

"di kafe biasa, sekarang lah"

"hah sekarang banget?"

"iya sya, loe sibuk ya"

"yaaa enggak sih tapi tumben mendadak banget"

"iya soalnya temen-temen bisanya cuma hari ini, ini kita udah di kafe biasa. loe nyusul ya"

"hmmm iya deh tunggu gue disana, gue otw bye"

"oke bye"

"kenapa sih mereka gak bilang dari awal kalo mau ketemu, kenapa coba gue yang terakhir dikasih tau. Coba aja tadi gue sibuk pas mereka ngajak ketemu pasti gue doang tuh yang gak ada di foto, nyebelin banget"

* * *

"eh si Sasya gak marah ntar, kan dia yang paling terakhir kita kasih tau" ucap Risa.

"udah tenang aja lagipula kenapa dia harus marah, masih mending kita ajakin dia kumpul daripada enggak sama sekali kan" ucap Caca.

"tapi ca loe kan tau dia gimana orangnya, kek baru kenal aja loe sama dia" ucap Reka.

"bener tuh ca kata si Reka"

"yaudah sih kalo dia marah tinggal bilang aja, loe seharusnya bersyukur udah kita ajak. Tandanya kita masih inget sama loe, tinggal bilang gitu aja kok repot"

"iya juga ya, tumben pinter loe ca"ucap Reka.

"ohh loe ngatain gue bodoh"

"kan kenyataan ca" tukas Risa.

"cuma beda dikit dari loe berdua, loe bilang gue bodoh?"

"yang penting masih pinteran kita hahhahah" ucap mereka berdua.

"jahat loe berdua" pura-pura sedih.

"argh drama queen loe" Reka.

"eh guys sorry gue telat" ucap Sasya sembari cipika-cipiki ke temannya.

dalam hati Sasya " ya iyalah gue telat kan kalian ngasih tau gue yang paling terakhir"

"loe gak marah kan sya kita kabarin paling terakhir" ucap Reka hati-hati.

"ya gak lah, santai aja kali. Eh tau gak gue tadi nabrak orang? ucap Sasya mendramatisir.

"hah nabrak siapa loe? karena loe buru-buru kesini?"

"gak tau gue, penjual cakwe keknya. Tenang aja bukan karena buru-buru kesini kok orang sebelum loe telpon gue udah nabrak dia"

"trus trus gimana tuh orang, masih muda apa udah tua? kalo muda ganteng gak? ucap Reka saking keponya.

"idih gak bermutu banget pertanyaan loe Reka Reka" ucap Caca geleng kepala.

"makanya seharusnya tuh tanyak ada yang luka gk? atau apa kek?" ucap Risa.

"hahhahah gue gak kenapa-kenapa kok"

"loh kok loe ketawa sih katanya habis nabrak orang ini malah ketawa-ketiwi" ucap Caca heran.

"ck gue ketawa karena pertanyaan Reka gak bermutu banget. Emang sih penjual cakwe itu tadi ganteng banget gue akuin,tapi ngeselinnya itu loh ih gedek gue. Untung gue gak kenapa-kenapa tadi"

"syukur deh kalo loe gak kenapa-kenapa" ucap mereka bertiga.

"trus trus loe minta nomor hp nya gak?"

"dih ya gk lah buat apa sama gue?"

"bukan buat loe tapi buat gue hehheheh" ucap Reka cengengesan.

"dih gatel banget loe" tukas Caca.

"yeu kalo ganteng beneran gimana? loe pasti mau juga kan. Jangan sok ngatain gue deh loe ca ca, heran gue sama loe. malu tapi mau, apalagi spesies langka yang 1 ini" ucap Reka tak terima sembari menunjuk Risa dengan lidahnya.

"lah kok jadi gue sih Rek, kan gue gak ikut-ikutan kenapa loe sangkut pautin"

"alah udah deh kalian itu jangan muna bilangnya gak mau tapi mau ya gak sya?"

"hah iya mungkin"

"iya mungkin hahahhh Reka Reka udah deh gak ada yang dukung loe, kasian banget ya gak Ris?" ledek Caca

"iya hahhahahaha"

"bodo amat Ca bodo amat"