Chapter 3 - Teror

Di keheningan malam ada seorang pria yang sedang memikirkan masa lalunya yang terbilang cukup menyayat ketika di fikirkan.

selama ini dia masih bisa memendam amarah nya, ketika dia teringat akan masa lalu itu rasanya dia ingin membalas perlakuan orang tersebut.

Setelah sekian lama kenapa orang itu muncul lagi di kehidupannya, muncul dengan sifat yang sama seperti terakhir kali mereka bertemu. Sifat yang selalu di benci orang lain, tapi kenapa masih ada yang mau dekat dengannya. Terkadang dunia itu kejam, dia lebih memilih yang kaya dengan sifat minus, yang mereka sanjungi daripada yang miskin dengan sifat baiknya.

"gue bakal bales perlakuan loe dulu, perlakuan yang selalu loe anggap wow. Heh ( tertawa meremehkan) ternyata loe datang lagi di kehidupan gue, bukan salah gue kalo loe nantinya bakal ngerasain apa yang pernah gue rasain. tunggu aja sya"

Tidak ada asap kalau tidak ada api. itulah pribahasa yang tepat atas kemarahan orang tersebut. Yang dulunya dia seorang siswa yang cupu, penakut, selalu di bully, tapi sekarang dia sudah berubah karena dia tidak ingin seseorang merendahkannya lagi. Adapun ketika dia ingin membalas perbuatan orang yang telah melukainya, itukarena mereka memang pantas untuk di beri pelajaran.

Agar dia merasakan seperti apa yang orang lain rasakan. Di hina, di hindari bahkan di rendahkan oleh banyak orang. Sampai tidak ada satupun orang yang mau memberikan bantuan kepadanya. Semua orang seakan-akan tidak mendengar ketika dia memanggil untuk meminta bantuan.

Betapa perihnya di hina atas apa yang tidak pernah di perbuat.

* * *

"pah aku berangkat ke kantor dulu ya"

ucap Sasya sembari mengambil sebuah roti lalu pergi.

"sya sini dulu sya"

hembusan nafas terdengar dari mulut Sasya. dia sudah tau ketika papa nya memanggil dengan nada itu pastinya akan ada apa-apa.

"hmm iya, kenapa pah? tanya Sasya seraya tak bersemangat.

"sya kamu kan udah menginjak umur 25 tahun, gak ada gitu niatan buat nikah? liat tuh temen-temen kamu udah pada nikah" pertanyaan ini yang selalu papah nya tanyakan setiap berganti tahun, padahal teman yang selalu bersama Sasya belum nikah.

"pah temen mana yang papah maksud? sahabat aku tuh belum pada nikah pah"

"ya terus masa kamu harus nikah bareng sama sahabat kamu itu? emang kamu mau di cap perawan tua? nggak kan sya? makanya percaya sama papah, kamu harus cari calon kamu sya. kalo kamu nunggu terus, nolak terus kapan kamu mau nikah haa? ucap papahnya panjang lebar.

"iya-iya pah nanti juga kalo udah ada pengusaha yang pas buat Sasya, Sasya bakal nikah kok pah, tenang aja deh gak usah repot gitu, Sasya aja santai"

"hmm kamu belum tau sih, tetangga itu udah pada gosipin kamu gara-gara belum nikah"

"jangan dengerin apa kata tetangga, kan yang mau nikah Sasya kenapa mereka yang sibuk sih ngurusin hidup orang"

"niat mereka baik sya manatau mereka mu ngenalin anaknya ke kamu kalo cocok kan Alhamdulillah"

"ih males banget masa Sasya harus nikah sama orang miskin"

"sya udah cukup kamu jangan beda-beda in kasta kita sama mereka. walaupun kita kaya bukan berarti kamu bisa bilang gitu ke mereka sya"

"ah udah ah pah sasya ada meeting dadakan nih"

"alasan aja kamu"

"habisnya papah ngoceh mulu, aku berangkat ah pah gak bakal kelar-kelar kalo udah bahas topik ini"

"yaudah hati-hati ya nak"

"iya pah bye"

Ketika Sasya melangkahkan kakinya keluar tiba-tiba dia menemukan sebuah bingkisan dengan sebuah surat di dalamnya. Seketika tubuh Sasya melemah ketika membaca surat tersebut. Dia menjuruskan pandangannya ke penjuru halaman rumahnya. Tapi dia tidak melihat tanda-tanda pengirim. Dia mulai bertanya ke penjaga rumahnya, tapi nihil, penjaga rumahnya juga tidak tau pasti siapa pengirim surat itu.

"pak beneran gak tau siapa yang kasih saya ini? tanya Sasya.

"iya non saya gak tau siapa pengirim surat nya"

"gimana sih kan bapak saya gaji, masa gak tau soal ini. dari tadi bapak ngapain aja sampe gak tau?" bentak Sasya.

"soalnya yang ngirim itu tukang pos non jadi saya gak tau, katanya suruh di letakkan di depan pintu gitu, waktu saya tanya ini dari siapa katanya di dalam itu ada namanya non, trus dia pergi gitu aja" jawabnya dengan penuh ketakutan.

"lain kali pak kalo ada bingkisan kek begini lagi pastiin dari siapa, kalo dia gak mau jawab jangan di terima"

"bb bbaik non"

* * *

"ini baru permulaan sya, loe bakal ngerasain apa yang pernah gue rasain. gue bakal buat loe di jauhin semua orang dan gue juga bakal buat loe kehilangan orang yang loe sayang sama persis kek yang pernah loe lakuin ke gue hahhhahhah, tunggu pembalasan gue sya. gue bakal seneng banget di atas penderitaan loe"

luka masa lalu mulai terasa perih kembali, selalu di bayang-bayang oleh

orang yang di sayangi. perih karena kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya. yang membuatnya kehilangan sosok ayah dalam hidupnya, kehilangan kasih sayang orang tua nya.

yang membuat hidupnya hancur tak berarti.

"gue bakal buat loe ngerasain sya, sakitnya di tinggal pergi orang yang kita sayang" ucap orang itu dengan nada tingginya tak lupa kepalan tangan yang mulai mengeras.

"ayahhhh aku bakal balas perbuatan dia yang pernah di lakuin ke ayah, ayah tenang ya di alam sana. Aku bakal balas semuanya yah hahhhh" ucap orang itu lagi semakin emosi karena teringat kepergian ayahnya.

Joker pernah berkata " orang jahat berawal dari orang baik yang tersakiti " orang yang dulunya cupu, penakut, tapi ketika ada luka yang sengaja di toreh dia berubah 180% dari yang awalnya baik jadi pendendam.

* * *

"kalian kerja yang bener ya jangan buat malu perusahaan yang udah mau nampung kalian di sini, paham"

sontak semua karyawan mengatakan "paham buk"

daripada bertele-tele nanti malah di ocehin panjang lebar (fikir mereka)

"kata-katanya buk Sasya semakin hari semakin pedes aja ya" ucap salah seorang karyawan.

"iya ya, ini kalo kita gak butuh uang banget mungkin udah cabut kita dari sini ya" jawab yang lain.

"kalian bisik-bisik tentang saya? mau gaji kalian saya potong?

"enggak buk" ucap seluruh karyawan.

"makanya jangan sembarangan kalian sama saya, saya peringatkan buat kalian semua yang ketahuan gosip tentang saya, saya gak segan-segan buat ngusir kalian dari kantor saya, paham kalian semua"

"paham buk"

"tunggu apa lagi kalian disini, kembali bekerja sana, jangan buat saya tambah emosi ke kalian"

"iya buk, permisi"