"Wa'alaikumsalam!"
Klek
"Teh Icha, umi tanya, Teh Icha, mau ikut ke pasar?" Lina sudah ada di depan pintu kost Kira. Bersemangat mengajak Kira ke pasar
"Ikut ya teh.. Umi mau ngasih tahu teteh menu makanan kesukaan Aa Ajat. Termasuk mau ngajarin teteh masaknya, plisss.." Lina berharap dalam hatinya.
"Ah, mmm.. Aku mau banget. tapi, hari ini aku harus cari kerja.. Aku udah dapet beberapa tempat yang harus aku datangi setelah aku hubungi untuk konfirmasi." Kira berwajah sangat murung karena tak bisa mewujudkan keinginan umi.
"Oh. Teh Icha mau kerja?" Lina terlihat kaget
Kira mengangguk.
"Ya harus kerja, dong Lin.. Kalau enggak, aku mau makan apa, hihi.." Kira terkekeh setelah meneyelesaikan kalimatnya.
"Hmmm... Kenapa ga cari suami aja, teh? Jadi teteh ga cape kerja, lagian ga aman cewe kerja zaman sekarang."
"Duh.. Aku harus ngegagalin rencana Teh Icha kerja.. Soalnya umi ga suka kalau wanita kerja kecuali di tempat usaha suaminya.. Bisa gawat nanti restu buat Aa Ajat." Lina mulai menjalankan aksinya.
"Hihi.. Aku udah nikah.. Suamiku juga bakalan marah kalau tahu aku kerja.. Aku tuh ke sini juga, diem-diem.. Suamiku ga tahu. Hehe"
"Huffffh, maaf ya Lin.. Aku harus jujur ke kalian.. Sepertinya kalian punya tujuan buat jodohin aku ke Ajat. Aku ga bisa.. Aku udah punya suami yang sangat amat aku cintai.. Aku kaya sekarang juga, karena aku ingin dia bahagia.. Aku ga mau dia bingung antara memilihku atau wanita yang dicintainya itu.. Makanya aku memilih pergi. Tapi setelah aku pergi, bukan berarti aku menjadi bukan milik suamiku lagi. Aku masih istrinya yang harus menjaga kehormatannya." Guman Kira dalam hatinya, yang tak ingin lagi membuat salah paham di keluarga Lina.
"Hah? Jadi Teh Icha sudah menikah?"
"Haduh.. Gimana Aa Ajat dong. Dia beneran suka sama teteh.. Duh!" Dilema Lina
Kira mengangguk.
"Tiga bulan lalu aku nikah.. Aku juga baru beberapa hari lalu keguguran. Aku pergi karena aku malu sama suamiku ga bisa menjaga kandunganku.. Padahal dia sangat menginginkan bayi kami." Kira memasang wajah sedih mendramatisir masalah
"Maaf ya Lin.. Aku berbohong begini.. Aku ga bisa bilang jujur karena itu aib suamiku. Aku sudah melukainya dengan penampilanku sekarang.. Ga mungkin aku buka aibnya juga" Dilema dalam hati Kira.
"Jadi.. Teh Icha ninggalin rumah?" Lina kembali mengklarifikasi.
Kira mengangguk. "Aku pergi waktu suamiku lengah. Aku ga enak banget sama dia yang udah baik banget ke aku.." Kira tersenyum ke Lina. "Eh, iya, bentar Lin.." Kira masuk mengambil tasnya. "Ini, tolong di kasih ke Aa Ajat. Uang kost aku sama bajuku.. Maaf, aku ga bisa kalau harus di kasih gratis. Kalian semua udah baik ke aku. Bikin aku ngerasa ga nyaman.. Padahal aku ingin kita seperti keluarga. Aku ga mau ada ganjelan.. Maaf ya Lin.. Tolong disampaikan." Kira memasang wajah penuh harap.
"Hm.. Aku coba kasih ke Aa Ajat, kalau di tolak, aku kembaliin ke teteh, ya?" Lina sudah menunjukkan wajah bingung juga.
"Jangan balikin ke aku.. Kalau Aa Ajat ga mau.. Tolong di sumbangin aja.. Di sedekahin supaya berkah buat usaha Aa Ajat." Kira tersenyum tulus.
"Ehmmm.. Iya teh.. Aku nanti bilang ke Aa Ajat. Aku.. Permisi dulu, teh.. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam. Aku juga mau keluar sekarang, Lin!" Kira mengambil tasnya, dengan posisi Lina masih dipintunya, lalu Kira mengambil kunci kamar dan
Klek
Menutup pintu, lalu menguncinya dari luar.
"Hayu bareng!" Kira mensejajarkan langkahnya dengan Lina keluar dari gerbang kostnya
"Hmmm.. Teh Icha mau naik apa?" tanya Lina.
"Angkot!" jawab Kira santai.
"Teh Icha bisa pakai motor, ga? Mau pakai motorku?" Lina terlihat khawatir dengan Kira yang mau naik angkot.
"Bisa, tapi SIM ku udah di gunting sama suamiku, hehe.. Dia ga izinin aku naik motor." Kira menunduk.
"Nah terus, suami teh Icha selalu nyuruh naik angkot? Bukannya lebih boros?"
Kira menggeleng.
"Dia kasih aku supir buat antar jemput. Kadang dia nyetir sendiri kalau lagi mau." jawab Kira masih menunduk. Lalu menengok ke Lina karena sudah sampai di gerbang rumah Lina. "Aku berangkat dulu, ya! Assalamu'alaikum!" Kira tersenyum dan melambaikan tangan.
"Wa'alaikumsalam.. Hati-hati teh!" Lina tersenyum dan melambaikan tangan.
"Hmmm.. Sayang banget udah ada yang punya.. Kasian Aa Ajat.. Umi juga udah berharap banget Teh Icha suka sama Aa Ajat." Lina masuk dalam rumahnya dengan langkah gontai dan lemas.
Kira terus melangkah ke arah jalan raya memberhentikan sebuah angkot, duduk dan mengeluarkan handphonenya.
"Selamat siang, saya baca iklannya di OlX, apa lowongan kerjanya masih ada?"
Send
Kira mengirim text ke sebelas lowongan pekerjaan secara bersamaan. Menunggu siapa yang menjawabnya lebih dulu, Kira berencana untuk meresponnya.
CLING!
Bunyi pesan masuk.
"Masih."
"Ah, alhamdulillah masih pagi udah ada yang bales!" Kira sangat senang..
"Saya sangat berminat untuk pekerjaannya. Bagaimana supaya saya bisa bekerja di sana?"
Send
"Datang hari ini, ya kak. Nanti wawancara dulu!"
"Ah, yes.. Alhamdulillah.. Ada yang balas!" hati Kira sangat senang. Wajahnya sudah senyum-senyum sendiri di angkot.
"Iya, saya otw ke sana sekarang. Terima kasih."
Send.
Setelah hampir satu jam berganti tiga angkot, akhirnya Kira sampai ke tempat tujuan.
"Huff.. Alhamdulillah.. Akhirnya setelah salah strategi, aku ketemu tempatnya! Harusnya aku tadi cari kerjaannya dulu baru naik angkot.. Haaah.. Bodoh.. Bodoh!" Kira mengutuk kebodohannya sendiri.
"Permisi!" Kira membuka pintu restoran di salah satu Mall di Bandung.
"Iya, ada yang bisa dibantu, teh?" sapa seorang pelayan ramah.
"Hmmm... Saya di minta datang untuk wawancara kerja di sini." Kira menjelaskan, sambil menunjukkan pesan di handphonenya.
"Oh, ayo saya antar ke ruangan Bos! Kenalkan, saya Andri!" Andri memperkenalkan dirinya, lalu berjalan di depan Kira.
"Aku Nisa, biasa di panggil Icha." jawab Kira cepat.
TOK TOK TOK
"Masuk" Suara dari dalam.
"Tuh. Kamu di suruh masuk! Salam kenal Icha.. Semoga kita bisa jadi partner kerja, ya!hehe.." Andri melambaikan tangannya
Kira hanya tersenyum dan mengangguk sebelum Andri pergi meninggalkan Kira.
Klek
"Permisi Pak.. Tadi saya yang whatsapp untuk tanya kerjaan." Kira masih berdiri di pintu.
"Oh, iya.. Silahkan duduk.. Saya Leo. Kakak namanya siapa?"
"Saya Chairunisa. Biasa di panggil Nisa atau Icha. Salam kenal, Pak Leo" Kira tersenyum.
"Panggil Kakak aja, kak. Di sini kita ga ada senioritas. Semuanya di panggil sama, yaitu kakak! Hehhe" Leo mencoba mencairkan suasana.
"Huuuh... Cantiknya, kok ada cantik kaya gini mau jadi pelayan resto? Bukan jadi artis aja? Hufff.. Sayang aku udah punya tunangan, Kalau ga, bolehlah aku jadiin dia istriku!" gumam Leo di dalam pikirannya.
"Oh, iya Kak Leo.. Salam kenal." Kira tersenyum.
"Jadi gimana, ada yang mau kamu tanyakan tentang pekerjaan di sini?" tanya Leo.
Kira mengangguk.
"Gajinya berapa kak? Sesuai sama yang di iklan?"
"Aku harus pastikan dulu.. Karena gajinya harus satu setengah juta.. Baru cukup untuk sebulan." gumam Kira.
"Kenapa kamu tanya gaji duluan?"
"Supaya jelas, kak.. Bayaran saya berapa. Dan kita ada deal di awal" Kira tersenyum ramah.
"Gaji bersih, satu setengah juta, uang makan enam ratus ribu. Segitu gajinya gapapa?"
"Hah masih ada tambahan enam ratus ribu?"
Leo mengangguk
"Oh, iya.. Gapapa.. Aku mau.. Kerjanya apa aja, kak? Aku bisa belajar cepat, kok!" Kira tersenyum.
"Kerjanya, catet order, anter makanan, bersihin meja yang sudah di pakai. Gimana, Kak?"
"Hufff... Beneran cantik anak ini.. Polos juga. Apa ini pertama kalinya dia bekerja?" Leo bergumam
"Oh iya, kak.. Aku mau.. Aku mau kerja di sini. Kapan aku bisa kerja kak?" Kira sangat antusias
"Hari ini, sudah bisa kak Icha. Bagaimana?"
"Iya, aku mau.." Kira sangat bahagia.
"Alhamdulillah.. Akhirnya aku dapat kerjaan.. Gajinya bisa ada lebih enam ratus ribu.. Alhamdulillah.."
"Ayo, saya antar ke tempat karyawan. Nanti bisa kenal dengan karyawan lainnya!"
Kira mengangguk.
Leo menemani Kira ke ruang Karyawan. Memeperkenalkannya pada karyawa yang lain. Hari ini, adalah hari pertama Kira bekerja. Kira cukup pandai dan mengerti tugasnya. Dia juga sangat rajin. Semua pekerjaaannya dilakukan dengan sangat baik, tanpa ada masalah. Membuat banyak pelanggan senang, membuat karyawan lain juga senang, karena dia bisa disuruh apapun pekerjaan yang tak ingin mereka lakukan. Leo yang diam-diam juga memperhatikan Kira bekerja dari CCTV, merasa puas dan merasa semakin tertarik dengan kecantikan Kira.
"Icha, kamu tinggal di mana?" tanya Andri, saat Kira menunggu menu makanan yang akan di bawa ke konsumen.
"Aku tinggal di setiabudi."
"Kost?"
"Kira mengangguk.
"Nanti kamu pulang sama siapa?"
"Hmm.. Naik angkot." jawab Kira secukupnya.
"Hufff.. Aku ga boleh terlalu dekat sama siapapun jaga jarak lebih baik. Makin dikit yang kenal aku.. Makin bagus penyamaranku" batin Kira mengingatkan .
"Boleh aku anter?" tanya Andri lagi.
"Gapapa, ga usah. Suamiku galak. Nanti ngomel kalau tahu aku ada yang anter, hehehe... Aku anter pesenan tamu dulu ya!" Kira mengambil baki makanan dan langsung membawanya pergi meninggalkan Andri yang dari tadi kepo.
"Suami? Apa tadi dia bilang? Suami? Dia udah nikah? Gagal dong aku kalau dia udah nikah.. Hufffh" Andri agak shock mendengar pernyaraan Kira tadi.
"Kak Icha, tolong keruangan saya!" Leo memanggil
"Oh iya, kak." jawab Kira spontan, langsung mengikuti langkah Leo. Banyak mata para karyawan, terutama yang wanita kurang suka dengan panggilsn Leo ke Kira. Hari ini. Hampir semia karyawan laki-laki juga banyak yang memeperhatikan Kira. Membuat mereka kurang suka.
"Mau apa tuh Kak Leo?" tanya Linda, waiters di restoran ini
"Ga tau, Lin.." jawab Andri.
"Dri.. Lo harus liat sesuatu.." Linda berbisik ke Andri
"Liat apa?"
"Tuh anak baru, kayanya pencuri!" Linda kembali bernisik, dan Andri menengok serius menatap Linda.
"Maksud lo?"
"Dia punya banyak banget uang cash di tasnya.. Dan yang lebih parah.. Dia punya black card juga!"