Aku terbangun pagi harinya pada pukul delapan pagi, cahaya matahari sudah bersinar terang menembus jendela. Samuel akan datang dua jam lagi untuk membantuku, sambil menunggu aku memutuskan keluar Green House untuk berkeliling-- barangkali ada sesuatu yang menarik dapat kutemukan ditempat ini.
Sambil bersenandung, aku berjalan menjauhi rumah, melintasi jalan setapak, dan masuk kedalam hutan--sejujurnya aku takut akan tersesat, tapi karena ada jalan setapak disini mungkin ini memang jalan yang bisa dilewati. Di atasku, matahari sudah bersinar cukup terang, cahayanya melewati sisi dedaunan yang tidak tertutup.
Saat aku jauh berjalan kedalam hutan, aku bisa melihat dengan jelas ada sebuah pekuburuan tua disini-- tunggu, untuk apa ada pekuburan di tengah hutan? Bahkan ditempat yang jarang dikunjungi orang banyak.
Dengan keberanian dan rasa penasaran yang kudapatkan, aku memutuskan mendekati pekuburan itu, ada sebuah kapel tua ditengah pekuburan, mungkin dulunya milik para biarawan; kapel terlihat hancur sebagiannya, beberapa puingnya berserakan di atas tanah yang tertutup sedikit salju, jika aku menerka, mungkin ini hancur akibat sebuah ledakan. Tatkala aku membuka pintu kapel--aku membukanya dengan hati hati, takut pintu itu akan rubuh dan menimpaku, aku mengejutkan beberapa ekor burung gagak, mereka kemudian lari terbang menjauhi kapel dengan kepak sayap yang keras. Aku bergidik tanpa bisa kutahan, membayangkan sesuatu yang akan muncul setelah ini, tapi aku menepisnya, sudah biasa bukan burung gagak hidup disebuah pekuburan yang tampak tidak terawat.
Tapi di luar keangkeran tempat ini, aku suka suasanya yang sepi, dan kubayangkan bagaimana suasananya pada musim semi yang hangat, saat angin sepoi-sepoi yang segar dari lautan bertiup melewati danau di depan rumah, sementara bunga-bunga liar mekar di sekitar pinggiran danau, jangan lupakan menikmati matahari terbenam diujung tebing--jika melangkah ke belakang rumah beberapa meter lebih jauh, kau akan berhadapan dengan sebuah tebing yang curam namun indah di waktu yang bersamaan.
Dengan gambaran itu dalam pikiranku, aku tiba di sisi samping pekuburan melewati bagian dinding yang runtuh itu. Langkahku terhenti saat aku hampir menginjak sebuah pekuburan, aku mulai mengedarkan pandanganku dan sedikit terpukau melihatnya. Kira-kira ada sekitar seratus nisan tua disini, sebagian besarnya sudah miring atau hancur, tertutup lumut kerak berwarna hijau dan salju putih, mungkin akibat terkikis angin, dan terkena terpaan hujan selama bertahun-tahun. Gundukan makamnya ditumbuhi rumput tinggi serta ilalang liar, tertutup juga oleh salju yang cukup tebal. Semua nama dan tanggal di batu nisan hampir sulit terbaca lagi.
Tiba-tiba aku tersedar akan hawa dingin, bukan karena dinginnya musim ini, tapi sesuatu yang lain. Kuperhatikan tempat ini semakin suram, serta cahaya matahari yang tertutup awan tebal, membuat tempat ini terlihat gelap. Maka, karena tidak ingin jiwaku terpengaruh oleh kesuraman tempat ini, aku hendak melangkahkan kaki untuk pergi, untuk secepatnya kembali kerumah yang hangat dan nyaman.
Tapi seraya berbalik badan, aku melihat sepintas kursi-kursi tua di dalam kapel, dan pada saat itulah aku menangkap sosok wanita berkulit pucat yang kulihat di pekuburan saat aku menjauhi kota. Wanita itu berada jauh di ujung depan deretan kursi, masih mengenakan gaun yang sama seperti kemarin, mengatupkan tangan dan seperti sedang berdoa.
Dalam cahaya remang-remang, aku melihat wajah wanita itu sangat pucat seperti salju, tapi warnanya bukan sepertiku atau seseorang yang memiliki kelainan kulit, lebih pucat seperti mayat. Sekarang aku semakin menatapnya, memerhatikan wanita itu memejamkan matanya, tapi tidak menunjukkan ekspresi apapun ketika seseorang sedang berdoa. Aku pun penasaran, untuk apa dia berdoa di kapel yang tidak terpakai ini, sementar di pinggir kota terdapat kapel yang masih digunakan dan cukup terawat.
Saat itulah, wanita itu menatapku dengan tiba-tiba dan membuatku sedikit terkejut dengan kehadirannya, aku melihat wanita itu mulai menunjukkan ekspresi. Aku tidak tau kata-kata apa yang harus kugunakan untuk mengungkapkan apa yang kulihat, aku hanya bisa menggambarkan ekspresi wajahnya sebagai raut kemarahan, penuh dendam, namun, di satu sisi raut wajahnya sarat akan kesedihan dan kerinduan; seakan-akan dia telah kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya, sesuatu yang bahkan lebih penting dari hidupnya, dan akan membalaskan dendam pada seseorang yang merebutnya. Dan, kepada siapapun yang telah mengambilnya, wanita itu mencurhkan seluruh dendam, kemarahan, dan kebencian dengan segenap hatinya. Matanya yang jernih, tapi tertutup oleh luapan emosi yang menggebu-gebu. Apakah kebencian itu diarahkan padaku, aku tidak tahu--karena wanita itu terus menatapku, tapi aku tidak mengenalnya sama sekali. Saat itulah wanita itu mengubah ekspresinya dengan senyuman, lebih tepatnya sebuah seringai, yang sangat lebar seperti akan merobek pipinya--ataukah pipinya memang terlihat robek?
Tapi ketika itu, akal sehat dan logika mulai berjalan di dalam diriku. Tempat yang terpencil dan aneh, seorang wanita yang tiba-tiba muncul tanpa membuat suara satu pun, dan raut wajahnya yang mengerikan. Sungguh, seumur hidupku aku belum pernah takut akan hal apapun, seketika lututku terasa lemas, seluruh tubuhku merinding; aku juga tidak pernah merasa jantungku berpacu dengan begitu cepat, seolah-olah hendak meloncat keluar dari tubuhku, keringat dingin mulai menetes melewati dahiku. Aku seolah-olah lumpuh, terduduk diatas tanah bersalju yang dingin. Aku mencoba mengeluarkan suaraku, tapi terasa tersendat di dalam tenggorokan. Kengerian makin menyelimutiku ketika wanita itu tertawa sangat keras, suara tawanya terdengar sangat nyaring di tempat yang kosong dan sepi ini. Tawa yang sangat menakutkan, tapi di satu sisi penuh dengan kesedihan dan luka hati yang telah lama disimpannya. Aku tidak sanggup lagi berdiam di tempat ini, tapi aku tidak punya sisa tenaga dalam tubuhku, hanya sekedar untuk berdiri dan berlari; dan aku sungguh-sungguh yakin, sebentar lagi aku akan jatuh pingsan ditempat ini.
Wanita itulah yang akhirnya bergerak mendekatiku, kakinya terlihat seperti berjalan namun tidak menapak tanah. Dia semakin dengan denganku, suara tawanya terdengar semakin nyaring. Aku memutuskan memejamkan mata, tidak sanggup melihat sosok yang sebentar lagi akan berada tepat di depanku.
Tepat pada saat itu, suara tawanya mulai menghilang, meninggalkan tempat ini seperti keadaannya yang semula; sebuah pekuburan tua yang sunyi dan suram. Aku memberanikan diri untuk membuka mata, dan tidak mendapati wanita itu di mana pun. Kemudian, keberanian mulai mendatangiku, kakiku bisa kugerakkan untuk berdiri. Pikiranku pun menjadi jernih.
Lekas-lekas, aku berlari melintasi tanah bersalju, mencari jalan setapak yang kulewati tadi. Tanpa sadar aku sudah berlari hingga ke luar hutan, menemukan rumah yang kutinggali tepat di depan mata. Di sekelilingku, hanya ada pepohonan rimbun dan danau yang cukup luas terbentang di depanku dalam keadaan membeku. Sama sekali tidak terlihat tanda-tanda keberadaan sang wanita, hanya aku sendiri ditempat terpencil ini.
Siapakah--lebih tepatnya apakah--wanita itu, dan bagaiman dia bisa muncul kemudian lenyap begitu saja, tanpa meninggalkan jejak satu pun. Kucoba untuk tidak memikirkannya sama sekali, dan dengan sisa kekuatan yang kupunya, aku berlari mendekati rumah karena hanya itu satu-satunya tempat yang aman dari wanita bergaun hitam itu.
Tatkala tiba di rumah, aku mulai bersimbah keringat akibat kelelahan dan emosi yang bergejolak dalam diriku. Tanganku gemetar saat hendak memasukkan kunci rumah, terjatuh di lantai kayu beberapa kali, hingga aku sanggup untuk membuka pintu. Begitu masuk, aku langsung membanting pintu dan menguncinya rapat-rapat. Bunyinya bergema di seantero rumah, tapi saat gema itu hilang, hanya keheningan lah yang tersisa. Untuk beberapa lama, aku diam di ruang depan dan bersandar pada dinding yang terbuat dari panel kayu. Aku ingin ditemani, tapi aku hanya tinggal seorang diri, dan aku masih butuh diyakinkan. Tetapi, aku lebih memerlukan sebuah penjelasan. Aku tidak menyadarinya sebelum ini. Kendatipun merasa amat takut, rasa penasaran lebih menghantuiku untuk mengetahui siapa sebenarnya sosok wanita yang telah kulihat, dan mengapa saat di luar tadi, aku tidak berani tinggal untuk mengetahuinya.
Aku memang tidak percaya adanya hantu. Setidaknya, sampai hari ini, sebelum penglihatanku melihatnya sendiri dengan jelas; apa pun cerita hantu yang kudengar, aku tidak terlalu mempercayainya--hanya menanggapinya sebagai sebuah cerita belaka. Tentu aku tahu, ada beberapa orang tertentu yang memiliki intuisi lebih peka terhadap hal-hal semacam itu, bahwa beberapa tempat kuno dan sudah lama tidak ditempati pasti berhantu, tetapi aku enggan mengakui semua itu benar. Lagi pula, aku tidak pernah melihat bukti. Bukankah aneh jika penampakan hantu dan kejadian aneh lainnya selalu dialami oleh teman yang memiliki kenalan jauh, dan hanya mendengar cerita itu darinya?
Tapi barusan, di sebuah kapel tua, dalam cahaya yang remang-remang, dan terpencilnya pekuburan itu, aku melihat wanita yang wujudnya kasatmata, namun di satu sisi tak dapat disentuh. Wanita itu muncul dan menghilang tanpa menimbulkan suara atau pun meninggalkan jejak, cara yang tak mungkin dilakukan orang yang masih hidup. Tetapi--dia sama sekali berbeda dengan lazimnya hantu dalam bayangan atau pun cerita yang kudengar--transparan atau berupa asap putih. Wanita itu terlihat nyata, duduk disana, seolah-olah adalah orang sungguhan.
Aku tidak percaya hantu. Lantas penjelasan lain apa yang bisa kucari?
Aku tersentak seketika, apakah ini alasan lain mengapa ibu pergi tanpa meninggalkan kabar. Dia juga melihat wanita itu, memutuskan berlari sejauhnya dan bersembunyi selama beberapa waktu. Aku masih tidak yakin akan hal itu, ibu hanya menginap dirumah ini selama satu malam. Tapi, bukankah aku juga baru menempati rumah ini selama satu malam? Dan wanita itu sudah menampakkan dirinya?
Lamunanku terhenti, ketika terdengar suara mobil yang berhenti tepat di depan rumah. Itu pasti Samuel, tidak akan ada orang yang mau ketempat terpencil seperti ini selain dirinya. []