Beberapa hari sebelumnya di Istana kerajaan.
Raja mendapatkan laporan bahwa bencana kekeringan yang terjadi di bagian selatan kerajaan Milver semakin parah. Rakyat sangat menderita karena kelaparan dan kesulitan mendapatkan air bersih, juga banyak warga yang terserang penyakit. Padahal kerajaan sudah beberapa kali mengirimkan utusan sekaligus bantuan untuk mengatasinya, namun bencana ini masih saja belum bisa diselesaikan.
Oleh karena itu Raja mengadakan pertemuan darurat untuk membahas masalah ini, akhirnya berkumpullah para menteri dan para pangeran di ruang persidangan untuk bersama mencari solusi.
Raja duduk pada kursi istimewa yang berada di ujung meja. Sebelah kanan dan kirinya duduk Pangeran pertama dan Pangeran ketiga, sedangkan Pangeran kedua memilih untuk tidak hadir.
Raja memandang ke arah orang-orang yang datang di rapat satu persatu, meskipun sebenarnya pria yang sudah memiliki dua warna rambut itu diam-diam sedang mencari keberadaan Pangeran kedua.
Rapat pun dimulai. Beberapa pejabat pemerintahan mengusulkan untuk mengirim Pangeran ketiga yaitu Pangeran Theo untuk pergi ke lokasi bencana karena mereka menganggap kalau dia orang yang paling tepat.
Mereka adalah pejabat yang sudah memutuskan untuk mendukung Pangeran ketiga agar dapat naik tahta, dan sebagian lagi adalah orang-orang yang sengaja dimasukkan oleh keluarga Ratu Sira untuk memperkuat posisi mereka di kerajaan.
Didepan Raja para pejabat itu juga memuji-muji Pangeran Theo atas kepintaran dan kemampuan berpedangnya, dan beberapa hal lain yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan pertemuan kali ini.
Sedangkan Pangeran Theo yang sedang disanjung itu justru sedang merasa kesal di dalam hatinya. Kalau dia bisa sebenarnya Theo ingin memukuli mereka satu persatu karena telah mengusulkan hal seperti itu tanpa persetujuannya, tapi karena dia sedang ada di hadapan Raja dan orang banyak Pangeran ketiga hanya bisa menahan diri sambil memasang wajah tanpa dosa.
Pangeran ketiga sebenarnya tidak ingin dirinya dikirim ke kota Hayden untuk mengatasi kasus yang sedang terjadi. Dia merasa malas pergi ke sana.
Apalagi di Hayden sedang terjadi wabah penyakit yang menyerang warganya. Theo merasa seolah-olah para pejabat itu ingin dirinya menderita dan mati terserang wabah penyakit.
Untungnya beberapa orang menentang usulan tersebut, tentu saja ada beberapa pejabat dari pihak yang lain tidak bisa menyetujui kalau Pangeran ketiga yang pergi ke kota Hayden.
Alasan pertama, karena mereka tidak ingin Pangeran Theo kembali mendapatkan jasa agar bisa mengambil hati Raja. Sampai sekarang Raja masih belum memutuskan siapa orang yang akan meneruskan tahtanya. Sehingga saat ini semua orang sedang berjuang untuk mendukung pangeran pilihan mereka untuk menjadi raja selanjutnya.
Alasan kedua, karena utusan yang terakhir kalinya dikirim ke kota Hayden adalah salah satu dari pejabat yang berada di bawah kekuasaan dari Pangeran ketiga. Namun tidak ada perkembangan yang berarti dalam kasus ini, malahan sepertinya jadi lebih buruk. Mereka hawatir kalau kedatangan Pangeran ketiga ke sana hanya akan menambah masalah dan bukannya menyelesaikan.
Setelah beberapa lama rapat yang alot akhirnya Raja memutuskan. Pangeran pertama yang bernama Pangeran Ardiaz yang akan diutus untuk mengatasi bencana kekeringan di Kota Hayden.
Mendengar hal itu Pangeran ketiga merasa senang, karena artinya dia tidak perlu pergi ke tempat yang merepotkan.
Di Istana Mawar. Ratu yang mendapatkan berita dari mata-matanya tiba-tiba merasa sangat marah. Segera dia mengirim orang untuk memanggil putranya agar datang ke istananya.
Tak terlalu lama kemudian Pangeran Theo tiba di Istana Mawar. Di depan pintu masuk berdiri wanita setengah tua yang sedang menyambut Pangeran ketiga. Begitu melihat Pangeran Theo datang wanita itu segera menghampiri.
"Saya memberi hormat kepada Yang Mulia Pangeran. Yang Mulia Ratu sudah menunggu anda di dalam. " Sapa wanita itu sambil menundukkan kepalanya lalu menunjuk ke suatu arah. Setelahnya wanita itu mengantarkan Pangeran ke sebuah ruangan, ruangan tersebut ternyata bukanlah ruang tamu melainkan kamar tidur Ratu.
Ketika dia masuk dilihatnya seorang wanita dengan gaun sutra merah sedang duduk di sofa. Di hadapannya ada dua pelayan muda sedang melayani wanita itu, salah seorang membawa nampan yang berisi beberapa jenis camilan dan seorang lagi sedang sibuk menuangkan teh.
Dalam suasana normal Pangeran Theo pasti akan langsung menggoda para pelayan cantik di hadapannya, tapi karena melihat ekspresi ibunya yang sedang tidak baik dia mengabaikan kedua gadis itu.
Begitu melihat Pangeran datang Ratu segera mengusir para pelayan yang ada di dalam ruangan.
Ketika hanya tinggal mereka berdua di ruangan Ratu menanyakan kenapa dirinya tidak menghalangi Raja untuk mengirim Pangeran pertama ke Kota Hayden.
Pangeran Theo yang tengah menikmati teh menurunkan cangkir yang dipegangnya lalu meletakkannya di atas meja.
"Ibu, apa Ibu sungguh berharap aku pergi ke Kota Hayden? tempat berbahaya itu berbahaya Ibu, apa kau tidak takut aku akan tertular penyakit dari sana? "
"Jangan terlalu berlebihan Theo, kau tidak akan tertular kalau kau berhati-hati. Justru akan jadi berbahaya kalau Pangeran pertama sampai di Hayden dan menemukan apa yang sebenarnya terjadi di sana! "
"Apa maksud Ibu? " Pangeran menoleh.
"Jangan bilang...." dia memandang mata ibunya lalu seketika dia memahami sesuatu "Sial!! " Pangeran Theo memukul meja. Cangkir teh yang ada di atasnya bergerak sehingga menumpahkan sebagian isi di dalamnya.
"Kenapa kau tidak bilang sebelumnya?? " pria itu berdiri dari kursi lalu berjalan mondar-mandir.
"Kau harusnya mengerti sa'at para bangsawan mendorong untuk mengirimmu ke Hayden di hadapan Yang Mulia. Tapi kau malah menghindarinya!! " kata Ratu tak kalah marah.
"Akan jadi gawat kalau mereka menemukan sesuatu di sana. Tapi Ibu jangan hawatir, karena orang-orang itu tidak bodoh. Mereka pasti tidak akan meninggalkan bukti semudah itu. Namun untuk berjaga-jaga, sebaiknya kita harus buat agar kakak tidak bisa sampai ke Hayden. Jadi Ayah pasti akan mengirimku ke sana kali ini untuk menggantikannya. "