Di suatu tempat yang tersembunyi.
Di dalam ruangan luas yang biasanya digunakan untuk bersantai. Beberapa pemuda sedang beristirahat. Ada yang duduk di kursi, ada yang berbaring di atas meja, bahkan ada beberapa yang tergeletak di lantai seolah tidak sanggup lagi berdiri.
Mereka baru saja selesai melakukan pelatihan berat oleh instruktur di markas rahasia. Rasa sakit di sekujur tubuh mereka diakibatkan oleh pelatihan neraka dan itu baru terasa setelah latihan berakhir di sore hari. Mereka bahkan tidak sanggup untuk makan malam.
Biru yang mencoba memasuki ruangan berhenti karena terhalang oleh seseorang yang berbaring di depan pintu. Merasa kesal dia sedikit menendang orang itu agar menyingkir.
"Apa sih yang kau lakukan di sini? Seperti tidak ada tempat tidur lain saja, pergi sana! . "
Dengan malas Doti merangkak menjauhi pintu, setelah agak jauh dia kembali menjatuhkan diri ke lantai seperti daun kering.
Biru berjalan lagi menuju kursi dan terkejut melihat seseorang telungkup di atas meja.
"Apa lagi ini? Apa kau sejenis daging panggang yang disajikan di atas meja? " Biru menggelengkan kepala.
Dengan sebelah tangannya dia mendorong orang itu dari atas meja. Pemuda itu sudah setengah tertidur tadi, tapi tiba-tiba harus terbangun saat dirinya terjatuh dengan suara gedebuk, disertai dengan rasa sakit di tubuhnya.
"Kau sungguh kejam Ketua... " tangisnya sambil menggosok bagian tubuh yang nyeri. Segera setelah itu dia bergabung dengan temannya yang berbaring di lantai.
"Ck ck ck, menyedihkan! " ucap Biru pada teman-temannya.
"Terserah apa katamu. Tapi latihan ini terlalu sulit bagi kami, Ketua. Latihan ini seperti neraka. " kata Harol.
"Aku tak pernah menyangka kalau akan ada latihan seberat ini" kata seorang pria dilantai.
"Ya betul, kurasa aku sudah mencapai batas ku juga. " sahut Dion yang tergeletak tak jauh dari sana.
"Ini baru beberapa hari, dan kalian sudah hampir menyerah? "
"Entahlah, tapi seluruh tubuhku rasanya remuk semua"
"Benar juga" kata seorang pria yang duduk tak jauh dari Biru. Pria tersebut memperhatikan Biru dengan seksama. Dari atas ke bawah, dari kiri ke kanan.
Merasa risih dengan pandangan temannya, dia pun bertanya "Ada apa denganmu? "
"Aku merasa heran. Jelas-jelas kita melakukan latihan yang sama, tapi kenapa hanya Ketua yang terlihat baik-baik saja? "
"Benar juga katamu! "
"Apa rahasiamu Ketua? "
'Karena aku sudah mengetahuinya dari awal, jadi aku sudah mempersiapkannya'. Jelas Biru tidak mungkin mengatakannya.
"Sebenarnya, latihan ekstrim yang kulakukan di hutan selama masih di asrama sedikit mirip dengan ini. "
"Benarkah? "
"Oh.. seperti yang diharapkan dari Ketua"
"Pantas saja dia sering menghilang tiba-tiba"
Biru tersenyum pahit mendengarnya.
"Itu menjelaskan kenapa kau sama sekali tidak kaget. " ucap Harol.
Dion yang berbaring di lantai duduk tiba-tiba "Itu artinya kalau kita menjalani latihan ini dengan serius, apa kita juga akan sekuat Ketua? "
Semua orang mengalihkan pandangannya pada Biru berharap mendapat jawaban.
Biru yang merasa terbebani dengan pandangan mereka menjawab "Aku tidak tahu apa kalian akan bisa seperti ku, tapi yang pasti kalian akan jadi lebih kuat dari sebelumnya. "
"Woahh~" seru semuanya hampir serentak
Seolah baru saja mendapat pencerahan, semua orang menjadi lebih semangat dari sebelumnya. Tiba-tiba mereka mendapatkan secerah harapan, seperti baru saja mendapatkan kekuatan baru.
"Kalau begitu aku tidak jadi menyerah. Aku akan berjuang agar bisa sekuat Ketua! "
"Aku juga. "
"Tapi apa yang harus ku lakukan dengan tubuhku yang remuk ini? Aku ingin jadi kuat, tapi tubuhku sudah tidak sanggup." ratap Dion.
Biru mengambil sesuatu dari sakunya. "Bukankah kalian mendapatkan obat dari Guru Mai? benda yang ini" Biru menunjukkan botol kecil berisi cairan coklat kehitaman.
"Obat dari Guru Maina? oh yang itu... "
"Aku juga punya! "
"Minum itu sebelum tidur. Besok pagi rasa sakit di tubuh kalian pasti akan hilang. "
"Benarkah? apa ini obat ajaib? " Harol bersemangat.
"Iuh.. warnanya sedikit mencurigakan. Apa kau yakin ini bukan racun? "
Pemuda yang berbaring di sebelahnya marah "Beraninya kau meragukan kemampuan pengobatan Guru!!. Kalau kau tidak mau sudah buatku saja. "
Pemuda itu meraih botol obat di tangannya, tapi pemilik botol itu segera menyimpannya kembali sebelum obat itu berhasil diambil.
"Aku pasti akan meminumnya" kata Doti "Tapi sayangnya Guru hanya memberikan obat ajaib ini satu botol saja, bagaimana kalau kita membutuhkannya lagi nanti? "
Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Doti anak-anak yang lain mulai merasa cemas. Karena pelatihan neraka ini sepertinya masih akan lama mereka lakukan, dan ada kemungkinan instruktur mereka akan semakin meningkatkan latihannya nanti. Bagaimana nasib mereka nantinya? apakah mereka masih bisa bertahan?.
"Jangan terlalu hawatir, kalian mungkin tidak perlu obat itu lagi nanti, karena tubuh kalian akan segera terbiasa dengan pola pelatihan ini. " jawab Biru mencoba menghibur.
"Baiklah, tapi ketua kau harus memintanya lagi dari Guru kalau nanti ada kesempatan. "
Biru hanya tersenyum dan tidak menjawab. Sebenarnya dia tidak perlu memintanya lagi dari Guru Mai, karena dia sudah punya resepnya. Dia yakin bisa membuatnya dengan benar, walaupun dia tidak yakin dengan rasa obatnya. Semoga saja teman-temannya tidak muntah nanti.
Setelahnya para pemuda itu menyeret tubuh mereka kembali ke kamar tidur mereka masing-masing untuk beristirahat, dan meminum obat sesuai dengan saran dari Biru. Mereka harus bersiap untuk melanjutkan pelatihan neraka esok hari.