Chereads / Tak Ingin Mencintaimu Lagi / Chapter 65 - Perpisahan

Chapter 65 - Perpisahan

Keesokan harinya.

Udara di pagi hari terasa sangat dingin menusuk tulang, membuat orang semakin merapatkan selimutnya. Saat ini bahkan suara serangga malam masih terdengar, tapi beberapa orang sudah sibuk dengan urusannya masing-masing.

Ini adalah hari yang ditunggu sekaligus hari yang paling tidak diinginkan.

Beberapa orang sudah berkumpul, semua barang bawaan sudah dikemas dan dimasukkan ke dalam kereta kuda.

Tak ada yang istimewa hari ini. Seluruh murid masih menjalani latihan pagi seperti biasa, tidak ada yang diijinkan untuk keluar untuk alasan apa pun. Hanya ada beberapa kereta dan beberapa orang yang berkumpul di depan asrama, bersiap untuk perjalanan.

Saat keberangkatan semakin dekat, Guru Yon bersama istri dan anaknya menuju ke halaman asrama untuk mengantarkan kepergian para murid.

Rudd berjalan di sebelah kanan Maina, salah satu tangannya mengangkat sebuah tas kain yang isinya penuh. Begitu sampai di depan kereta dia menyerahkan tas itu pada Biru.

"Jaga dirimu dengan baik. Jangan sampai kau pulang kerumah dalam keadaan menangis ya, aku pasti akan mengejekmu seumur hidup"

Maina menampar pundak putranya cukup keras "Apa yang baru saja kau katakan pada saudaramu? apa begitu caranya mengucapkan perpisahan? "

Rudd yang merasakan panas di pundaknya hanya bisa meringis.

Biru menyaksikan kedua orang itu dengan senyuman. Dia tahu saudaranya tidak bermaksud begitu, pemuda itu hanya tidak tahu bagaimana caranya mengatakan kata-kata menghibur. Kemudian Biru menoleh kepada gadis bermantel hijau tua di samping mereka berdua.

Tidak disangka Sissil ternyata juga hadir di tempat itu. Rambutnya yang panjang terurai di bawah mantel, matanya sedikit bengkak dan kemerahan. Setelah menangis semalaman Sissil merasa hatinya lebih tenang dan dapat berpikir dengan lebih jernih. Meskipun dia kecewa dan patah hati, namun Biru tetaplah penyelamat hidupnya dan selamanya berhutang padanya, oleh karena itu Sissil memutuskan untuk hadir untuk melepas kepergiannya.

Bahkan dengan mata yang sembab dan tubuh yang tertutup rapat gadis itu terlihat sangat cantik, ditambah wajah yang polos tanpa riasan itu membuatnya jadi terlihat lebih alami. Para pemuda yang sedang sibuk jadi melongok dari keretanya masing-masing untuk melihat Sissil. Sayang sekali mereka tidak mempunyai pacar yang begitu cantik, diam-diam mereka merasa iri pada bocah bermata biru itu.

"Sissil terimakasih sudah mau datang" gadis itu tersenyum "Maafkan aku karena sebelumnya tidak memberitahumu, itu karena keputusan yang mendadak jadi aku belum sempat berpamitan"

Gadis itu menggelengkan kepalanya "Tak apa, aku mengerti. Justru aku yang merasa malu, tolong lupakan apa yang aku katakan kemarin"

Sissil mengulurkan bungkusan yang ada di tangannya "Aku sudah membawakanmu beberapa kue, kau bisa memakannya selama perjalanan"

Biru mengulurkan tangan menerimanya "Terimakasih! " "Jagalah dirimu baik-baik, jangan pergi keluar sendirian terutama di sore atau malam hari. " kata Biru dengan nada kuatir.

Selama setahun belakangan ini dia sangat akrab dengan Sissil, apalagi gadis itu adalah teman perempuan pertamanya semenjak dia kembali dari ke masa lalu. Walaupun penjahat itu tidak berani datang ke desa Aris setelah dia hajar, tetap saja dia takut temannya yang cantik akan diganggu oleh pria hidung belang lainnya.

Gadis bermantel hijau mengangguk " Aku tahu, kau juga berhati-hatilah disana. Bila ada waktu tulislah surat untukku. " dan Biru menyetujui.

Setelah itu Biru berpamitan dengan Guru Yon dan juga Rudd. Saat tiba saatnya berpamitan pada Guru Maina perasaan Biru jadi lebih rumit. Dia tidak tahu harus mengucapkan apa lagi, jadi dia mengulurkan tangan memeluk tubuh wanita itu.

'Maafkan aku, padahal sebelumnya aku bilang tidak ingin pergi. Padahal sebelumnya aku bilang akan tetap disini bersamamu selamanya, tapi aku malah pergi. Maafkan aku juga karena selama ini tidak bisa jadi putrimu yang baik' Biru ingin mengatakannya, tapi dia tidak bisa.

Jadi dia hanya bisa mengatakan "Aku pergi, Ibu. " gadis itu mundur lalu berbalik, berjalan ke dalam kereta.

Maina yang mendengar kalimat terakhir itu gemetar, dia tak kuasa menahan air mata. Padahal masih ada yang ingin dia ucapkan untuk terakhir kalinya, tapi karena kata-kata Biru dia jadi terdiam dan hanya bisa menangis. Wanita itu sangat terharu. Entah sudah berapa lama dia tidak mendengar Biru memanggilnya Ibu.

Kejadian tersebut tidak luput dari perhatian teman-temannya. Meskipun mereka tidak mendengar apa yang dikatakan Biru, tapi suasananya cukup untuk membuat mereka ikut terharu.

Kereta kereta itu berjalan sesuai jadwal. Kusir kendaraan itu adalah orang-orangnya pangeran kedua yang akan membawa mereka ke markas. Perjalanan itu memakan waktu selama empat hari untuk sampai di markas, dan untuk sampai di ibukota akan memakan waktu dua hari lagi perjalanan.

Ditengah perjalanan Biru membuka bungkusan kue yang diberikan Sissil padanya. Semua kue-kue itu adalah kue kesukaannya, ukurannya dibuat kecil sesuai untuk satu kali gigitan.

Biru mengambil kue buah dan memakannya dalam satu suapan. Dua pria yang ada di hadannya menelan ludah melihat kue lezat itu.

"Ketua, tidak bisakah kau membaginya juga untuk kami? "

Biru berpura-pura tidak mendengarnya, malahan dia segera membungkus kembali kue-kue itu.

"Oh ayolah ketua. Kami tahu itu dibuat khusus oleh pacarmu, tapi tak bisakah kau membaginya sedikit saja, kami kan ingin makan kue juga"

"Kenapa sih kalian selalu memanggilku ketua, ketua. Kan sudah ku bilang aku tidak setuju! " Biru merasa kesal.

"Memangnya siapa lagi yang lebih cocok dibandingkan dirimu? aku masih ingat betapa hebatnya kau waktu bertarung dengan pria misterius itu. Kalau saja pertandingan tidak tiba-tiba dihentikan, aku yakin kau pasti bisa mengalahkannya. "

'Tidak mungkin semudah itu' pikir biru. Mereka belum melihat kemampuan Rhys yang sebenarnya. 'Tapi, kalau pertandingan waktu itu tidak dihentikan apakah aku berhasil memukulnya dengan jurusku? aku akan merasa senang kalau iya'