Chereads / My Girl is the Heir / Chapter 4 - Chapter 3

Chapter 4 - Chapter 3

Berharap saran dari teman-teman...

Selamat membaca... (*_*)

____________________________________________________________________________________

Author Pov-

Setelah Donghae melindungi gadis itu dari para wartawan yang ingin menyorotnya, Donghae membawa Raeka masuk ke dalam mobilnya.

"Wah, ternyata kau ini banyak rahasia, Ya?" Tanya Donghae merasa ditipu oleh gadis yang sedang duduk samping bangku pengemudi, ia menahan kesal sekaligus bingung dengan situasi ini. Donghae pun tak menyangka akan melindungi gadis ini dari kejaran wartawan tadi.

Kekasih? Ia tak menyangka mulutnya akan mengucapkan pernyataan seperti itu di depan umum padahal kata 'kekasih' tadi hanya ingin membuat Choi Siwon yang Donghae tahu masih menyukai Raeka jadi cemburu dan sakit hati, tetapi pernyataan itu malah menjadi senjata makan tuan untuknya. Sedangkan sekarang Raeka hanya terdiam—menenangkan jantung yang masih berdetak diluar kendali.

Ini pertama kali baginya menghadapi puluhan wartawan. Ia tak pernah menghadiri pertemuan jika ada peresmian apapun yang di selenggarakan perusahaan Ayahnya. "Aku akan menyerahkan surat pengunduran diriku besok." Kata Raeka dingin, membuat Donghae seketika menoleh pada gadis itu.

"Wae?" Tanya Donghae bingung. Raeka membalas tatapan pria itu dengan wajah kesal.

"Apa anda tahu yang barusan anda lakukan?" Teriak Raeka murka."Besok berita ini akan keluar atau mungkin nanti malam. Aku akan keluar dari perusahaanmu sebelum rumor ini semakin menyebar." Kata Raeka lagi.

"Aku tidak akan menerima surat mengunduran diri apapun besok pagi. Saat di depan Choi Siwon, aku memang sengaja melakukannya dan itu hanya ingin membuat si pengkhianat itu kesal. Tapi seharusnya kau berterima kasih padaku karena sudah melindungimu." Balas Donghae.

Raeka memang berpikir walaupun pria di hadapannya ini tidak muncul, pasti wanita tadi akan mengusirnya dengan cara apapun. Tapi dengan pernyataan yang baru saja dilontarkan pria ini membuat masalah menjadi semakin rumit. Tidak hanya berita tentang anak perempuan Kim Jaebum yang menampakkan diri tapi juga bisa jadi perjodohan antara anak perempuan Kim Jaebum dan anak laki-laki Lee Dongwook. Itu seperti halnya sudah terjatuh, tertimpa tangga pula.

"Begini Lee Donghae-ssi, aku bekerja di perusahaanmu memang atas promosi Tuan Lee yang mengetahui aku yang tidak ingin bergantung pada ayahku, tapi karenamu..." Raeka menatap tajam Lee Donghae. Raeka benar-benar sudah gondok dengan tinggah pria ini. "Aku harus tersorot kamera wartawan dan itu tandanya kehidupan bebasku sudah terancam punah." Jelas Raeka,

"Cih... Kenapa semua ini salahku? Siapa suruh kau datang ke acara pernikahan itu..." Bantah Donghae yang tidak ingin disalahkan.

Raeka menatap Donghae benci dengan kelakuan atasannya itu. Belum sempat Raeka membalas perkataan pria itu, ponselnya berdering. Dengan cepat ia mengangkat panggilan itu saat tahu nama siapa yang tertera di sana.

"Yaa... Apa yang kau lakukan? Kenapa baru menelponku sekarang?!" Teriakan Raeka yang tiba-tiba membuat Donghae terlonjak kaget. "Aish... Gadis ini, apa dia ingin membuat telingaku tuli?" Cibir Donghae sambil mengelus-elus telinganya yang sedikit berdengung.

"Mwo?? Bisnis?? Cih... disaat sahabatmu dalam kesulitan bisa-bisanya kau bersenang-senang dengan bisnismu." Ucap Raeka emosi.

"Aku?" Ulang Raeka saat Jaekyung bertanya di mana ia berada saat ini. Raeka melirik Donghae sejenak sebelum menjawab.

"Aku sedang bersama bosku. Cepatlah jemput aku di tempat parkir!" Seru Raeka menyuruh dengan sedikit berteriak jengkel lalu detik kemudian ia memutuskan panggilannya.

"Temanku akan menjemputku di sini." Kata Raeka memberi tahu–tanpa menatap lawan bicaranya. Raeka tak ingin terlalu lama bersama orang yang sudah merusak moodnya ini—walau moodnya memang sudah rusak.

"Aku harap kau bisa mempertimbangkan permintaanku tadi." Ucap Donghae tiba-tiba. Raeka melirik agak sinis. "mempertimbangkan? Maaf, sepertinya tidak ada hal yang perlu kupertimbangkan." Jawab Raeka ketus.

"Menghancurkan Choi Siwon, aku ingin kau mempertimbangkannya. Mungkin saja suatu saat nanti jika rencana ini berhasil, kau bisa mendapatkannya kembali." Jelas Donghae dengan tatapan serius. Raeka terdiam menatap lawan bicaranya dengan tatapan yang sedikit aneh.

Raeka Pov-

Aku terdiam saat kalimat itu dengan santai mengalun dari mulutnya. Mendapatkan Siwon oppa kembali dia bilang?? Orang ini sudah tidak waras. Kutarik nafas terlebih dahulu sebelum mengatakan apa yang ingin kukatakan padanya.

"Aku tak perlu menarik orang yang kucintai untuk tetap bersamaku." Ucapku dengan nada yang terasa sedikit bergetar.

"Jujur saja, aku tidak pernah sekalipun menghormatimu sebagai seorang atasan." Kataku sinis.

"Namun perkataanmu barusan membuatku semakin memandang rendah dirimu." Lanjutku dengan suara cukup tajam. Perkataanku tadi cukup ampuh untuk membuat kedua bola matanya melotot tajam kearahku.

"Kau..." Ucapnya sepotong, sepertinya ia benar-benar syok. "Jika kau ingin memecatku sekarang juga tidak masalah. Aku sangat berharap kau memecatku dan setelah itu aku tidak perlu lagi bertemu denganmu." Ucapku mengakhiri pembicaraan sebelum akhirnya keluar dari mobilnya. Tidak lama, hanya berselang lima detik. Mesin mobilnya menyala dan detik berikutnya mobil itu sudah melaju pergi meninggalkan aku yang hanya bisa tersenyum kemenangan. Ia sudah pasti akan memecatku.

Namun sejenak permintaannya tadi sedikit mengganggu pikiranku. Aku bersedia jika harus menyingkirkan gadis itu dari sisi Choi Siwon, tapi untuk menghancurkan Choi Siwon?? Aku tidak sanggup melakukannya. Aku tidak bisa membencinya, meski mulut ini selalu menyebarkan pernyataan bahwa aku membencinya dan aku tak ingin melihatnya. Namun dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku menginginkannya.

****

"Apa yang terjadi antara kau dan bosmu?" Tanya Jaekyung penasaran sambil dirinya masih terfokus dengan jalanan di depan. "Aku tidak tahu." Jawabku singkat, malas menyinggung pria itu sekarang. "Lalu apa maksud wartawan yang mengatakan bahwa anak perempuan Kim Jaebum dan anak laki-laki Lee Dongwook akan mengikuti jejak Choi Siwon dan Cho Jina?"  

Aku sadar mataku sudah membulat sempurna saat mendengar pernyataan Jaekyung.

"Apa kau bilang? Apa yang mereka katakan??" Mengklarifikasikan apa yang barusan saja aku dengar, berharap bahwa aku salah dengar. Namun setelah Jaekyung mengatakannya sekali lagi, tubuhku terasa tak bertulang. Aku lemas di bangku penumpang.

"Bukankah ayahmu Kim Jaebum?? Lalu siapa Lee Dongwook? Siapa anaknya??" serasa tak peduli dengan mimik mukaku yang sudah berubah, Jaekyung tetap menyerangku dengan pertanyaan. Seperti seorang wartawan di acara tadi.

"Aku akan berhenti kerja sekarang juga." Ucapku putus asa membuat Jaekyung terdiam dan kupikir ia sudah mengerti.

Author Pov-

Donghae akhirnya memasuki kamar yang menurutnya paling nyaman setelah seharian melewati hari panjang dan melelahkan. Rasa amarah yang sudah tertahan sejak ia meninggalkan Raeka akhirnya mencuat ke permukaan. Donghae merasakan darahnya mendidih seperti kepalanya akan mengeluarkan asap tebal.

"Argggggggggg....." Teriak Donghae murka. Ia membanting bantal dan guling yang ada di kasurnya. Ia acak-acak seprei dan membuangnya asal. Donghae merasa tertipu dan terhina, ia seperti baru saja jatuh ke dalam kubangan yang kotor. Ia dihina oleh bawahannya sendiri. "Aku sudah merasa sejak awal ada yang tidak beres dari gadis itu. kalau tahu akan jadi seperti ini, seharusnya aku tidak menolongnya."

Donghae merasakan getaran dari saku jasnya—ponselnya berdering.

"Ada apa?" Jawab Donghae tanpa basa basi. "Yaa...Coba kau liat berita sekarang. Kau dan gadis itu sekarang masuk berita malam." Ucap seseorang yang diketahui adalah Hyukjae. Karena Donghae penasaran, ia menyalakan TV dan mencari siaran yang dimaksud Hyukjae. Benar saja, gambarnya yang sedang memeluk Raeka tersebar di media itu. mereka tidak hanya digosipkan berpacaran. Bahkan mereka sudah digosipkan menjadi suami istri yang sah karena diduga ia dan gadis itu keluar secara bersamaan.

Donghae memang sudah menduga akan terjadi hal seperti ini, namun ia lebih kesal dengan gadis—yang terseret skandal dengannya itu.

Hanya berselang beberapa menit saja, ia mendengar seseorang mengetuk pintu kamarnya. Sebelum Donghae menolak untuk diganggung—pintu itu terbuka. "Yaa.. Apa kau tidak bisa membiarkan pemilik kamar untuk menjawab ketukanmu!!" Seru Donghae kesal melihat adiknya, Lee Sena. Namun adiknya—dengan amat santai—tidur di tempat tidur Donghae.

"Akhirnya Oppa bisa move on juga." Kata Sena dengan nada ceria—seperti biasa. "Boleh juga pilihan Oppa, tapi Oppa.. Bukankah gadis ini termasuk ahli waris keluarga JB grup??" Tanya Sena sambil menunjukkan media online yang baru ia baca—tidak peduli dengan tampang Donghae yang sudah menahan kesal dengan ulah adiknya.

Di sana terpampang jelas foto Donghae dan Raeka yang sedang berdiri berdampingan—entah kapan mereka mengambil foto itu.

"Yaa Lee Sena... Apa kau ke sini hanya ingin memperkeruh keadaanku??" Tanya Donghae kesal. Terkadang Donghae gemas melihat adiknya yang pintar ini jika berbicara dengan dirinya. Sena segera beranjak dari tempat tidur Donghae—berniat untuk keluar dari kamar kakaknya. "Oh ya, aku lupa bilang. Ayah sepertinya merencanakan sesuatu. Mungkin sebentar lagi ia akan menemuimu." Ucap gadis itu dengan nada lebih serius.

Ketika Lee Sena membuka pintu, seseorang sedang berdiri di sana. Seseorang yang baru saja ia bicarakan.

Sena hanya menatap Dongwook—sambil tersenyum—sebentar sebelum melewati pria paruh baya itu.

"Ada apa Ayah mencariku?" Tanya Donghae, ia sudah siap jika Ayahnya nanti akan mengintrogasinya.

"Apa berita yang kudengar barusan benar? Kau berpacaran dengan Kim Raeka?" Tanya Dongwook pada anak laki-lakinya. Pertanyaan yang sudah Donghae ramalkan sebelum ia masuk ke rumahnya tadi. "Apa masalah pribadiku yang ini juga akan Ayah urusi?"

"Lee Donghae!!" Bentak Dongwook pada anaknya.

"Kenapa? Apa aku salah bertanya seperti itu pada Ayah? Bukankah Ayah dan gadis itu sudah membohongiku habis-habisan?? Dia sudah mempermalukanku sekarang. Bagaimana bisa Ayah lebih mempercayai gadis itu dibandingkan denganku.." Ucapannya barusan menggambarkan betapa ia kecewa terhadap Ayahnya.

Ia sudah berusaha sejauh ini membantu Ayahnya namun ternyata kaki tangan Ayahnya bukanlah ia melainkan bawahannya—yang ia tahu sekarang sebagai salah satu anak keluarga JB grup.

"Kau merasa terhina? Kau merasa malu? Jika kau masih merasakan hal seperti itu maka kau belum membuang harga dirimu jauh-jauh."  Donghae terdiam saat kalimat tajam itu mengalun lembut dari bibir Ayahnya.

"Buang harga dirimu dan jadilah pria yang bertanggung jawab. Kau pikir Ayah tidak tahu bahwa kau memanfaatkannya di perusahaan." Kata Dongwook tajam membuat Donghae menatapnya tidak percaya.

"Jika kau ingin mendapatkan kepercayaanku, jangan lepaskan gadis itu dan nikahi dia!" Perintah Dongwook pada anak sulungnya. Donghae masih dalam proses mencerna kalimat terakhir yang Ayahnya katakan. Menikahi siapa yang Ayahnya ini maksud..

"Kim Raeka, kau harus menikahi gadis itu!"

****

Ucapan selamat yang ditujukan pada pasangan ini, sama sekali tidak membuat si mempelai pria—yang seharusnya menjadi raja semalam—bahagia. Ia masih mencerna kajadian yang terjadi beberapa jam yang lalu. Gadis yang masih ia cintai sudah melupakannya. Memang waktu yang tidak singkat untuk gadis itu, karena pria ini hanya bisa memberikan luka dan derita.

"Oppa..." Panggilan manis itu meleburkan lamunan pria ini.

"Hmm..." Hanya deheman kecil sebagai balasan untuk istrinya. "Siwon oppa..." Panggil gadis itu lagi.

"Kau masih marah padaku??" Tanya gadis itu pada suaminya.

"Jina-ya... Jangan ganggu aku." Ucap Siwon dengan nada sedikit menekan, ia tak tahu emosi seperti apa lagi yang akan ia berikan pada istrinya. Siwon memang tak mencintai Cho Jina. Namun mereka memang sudah bersama bahkan saat ia masih menjadi kekasih Raeka. Siwon hanya menganggap Cho Jina sebagai adiknya, tak lebih dari itu.

Baru akan melangkah meninggalkan keramaian pesta, sebuah tangan mungil menahannya. Ia menoleh ke belakang menemukan sepasang mata yang sedang menatapnya tajam.

"Jangan pergi..." Suara itu terdengar lebih tegas dibanding suara manis yang dikeluarkan gadis itu beberapa menit yang lalu.

"Kau tahu apa konsekuensinya saat kau melangkah lebih dari ini." Perkataan gadis itu terdengar seperti sebuah ancaman.

SC company memang sedang dilanda krisis, saham mereka anjlok. Namun dengan bantuan pinjaman dari JC company, perusahaan itu mulai stabil. Tapi jelas bantuan seperti itu tak ada yang gratis, maksud selalu ada di belakangnya. Pernikahan bisnislah yang menjadi persyaratannya.

"Apa kau akan mengorbankan sebagian tenaga kerja yang sudah mengabdi pada Ayahmu??" Di sinilah letak kelemahan Choi Siwon, ia tak akan mengorbankan orang banyak demi keegoisannya.

Dengan perlahan Siwon kembali ke tempat ia berdiri tadi—di sisi gadis itu. Dengan tetap menahan amarahnya. "Ancamanmu inilah yang paling mengerikan dan membuatku begitu kasihan padamu, Cho Jina." Ucap Siwon tak kalah tajam. Gadis itu hanya tersenyum semanis mungkin—menutupi luka di hatinya.

"Kim Raeka, bukankah memang lebih pantas bersama MANTAN sahabatmu, bukan?" Jina seakan menyiram bensin di kobaran api yang menyala. "MANTAN sahabat dan MANTAN pacar, bukan itu lucu, Oppa?" Gadis itu mengatakannya dengan tawa mengejek, Jina tahu Siwon tak akan bertindak diluar batas. Sedangkan Siwon hanya bisa menutup matanya berusaha menahan amarah yang sudah ada di ujung kepala.

*****

Sinar Matahari memasuki sela-sela ventilasi dan tepat mengenai mata seorang gadis yang tertidur lelap. Ia melenguh—terganggu dengan sinar itu.

"Noona, Kau tidak kerja?" kepala Jaekwon sudah muncul di balik pintu yang ia buka. "Noona!!" Panggilan itu menjadi sebuah teriakan yang sukses membuat si korban yang tertidur—melompat dari kasurnya.

"Yaa, Kim Jaekwon.. Kau mau mati?!!" Ancam Raeka yang masih setengah sadar. Dengan reflek ia melempar boneka beruang besar yang menjadi bantalnya tadi malam kearah Jaekwon.

"Akh.." pekik Jaekwon, bersamaan dengan boneka yang tepat mengenai wajah tampannya.

"Noona, Apa ini wujud terima kasihmu saat adikmu jauh-jauh berjalan dari lantai satu ke lantai dua untuk membangunkanmu??"

"Yaa.. Bisakah kau pergi sekarang sebelum aku melempar sesuatu yang lebih keras ke arahmu?"

Jaekwon dengan muka ketakutan segera berlari dan menutup pintu setelah mendengar ultimatum kakaknya. Ia tak ingin kakak perempuannya ini menjadi seorang kriminal.

"Abeoji menunggumu di bawah, cepat turuuun!!" Teriak Jaekwon dari balik pintu membuat Raeka—mendengarnya—hanya bisa menarik nafas yang tiba-tiba terasa berat. Ia akan diadili.

Itu pasti.

*****

Raeka menuruni tangga dengan gontai—tak bersemangat. Sedangkan di meja makan sudah ada Ayah, Ibu dan Adiknya.

ia melirik Ayahnya sebentar dan merunduk saat tatapan Ayahnya mengitimidasinya. "Kau tidak bekerja?" Tanya Youngmi lembut kepada putrinya, Raeka hanya menggeleng pelan.

"Dasar anak nakal." Celetuk Jaebum tajam, membuat suasana di meja makan jadi semakin canggung. Raeka akan menjadi sangat pendiam jika di hadapan Ayahnya dan bisa lebih keras kepala lagi bila berdebat dengan Ayahnya.

Jaebum menyudahi sarapannya di tengah jalan. Menatap Putrinya lama, lalu melangkah pergi. Raeka tahu maksud dari tatapan itu dan mengikuti Ayahnya yang sedang menuju ruang kerja.

Sedangkan Jaekwon dan Youngmi hanya menatap dengan pandangan sedikit ngeri melihat kelakuan mereka. "Eomma... Apa Noona akan diusir dari rumah oleh Abeoji?" Celetuk Jaekwon asal, membuat Youngmi reflek memukul pelan kepala anaknya menggunakan sendok yang ia gunakan. "Jangan bicara sembarang... Cepat habiskan makananmu!!" Kata Youngmi sedikit kesal, Jaekwon yang habis dipukul hanya mengelus kepalanya. Pagi ini ia sudah dipukul dua kali.

Jaebum duduk di kursinya, sedangkan Raeka hanya berdiri canggung. "Jadi begitu caramu memperkenalkan diri kepada media?" kalimat pertama yang mampu membuat Raeka menatap Ayahnya.

"Kau tahu resiko yang telah kau timbulkan dari kebodohanmu!" Bentak Jaebum pada putrinya sambil membanting sebuah Koran pagi. Raeka melirik Koran tersebut dan mendapati gambar dirinya dan juga Lee Donghae yang menjadi berita utama. 'Pasangan konglomerat berikutnya yang akan melangsungkan pernikahan' itulah yang menjadi judul berita tersebut. Raeka menahan kekesalannya saat membaca judul tersebut. Benar-benar berita tak bermutu.

"Aku bersalah.. aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, Abeoji." Raeka memelas, ia memang mengakui kesalahannya walaupun secara teknis memang bukan salahnya.

"Apa yang akan kau berikan sebagai permintaan maafmu?" Tanya Jaebum. "Aku akan bergabung di perusahaanmu." Jelas Raeka. Ia tahu bahwa Ayahnya sudah lama menginginkannya masuk di dalam JB company.

Namun Jaebum hanya tersenyum kecut mendengar pernyataan putrinya. "Lebih baik kau menikah dengannya." Ujar Jaebum, tentu saja mata Raeka terbelalak seakan apa yang baru saja ia dengar adalah sebuah halusinasi.

"Abeoji, Kau akan menjualku?" Tanya Raeka dengan pandangan tak percaya.

"Kau yang memulai mengacungkan pedangmu padaku."

"Dan Abeoji membalasku dengan sekali tembakan." Balas Raeka tak mau kalah.

"Aku tidak akan pernah menikah dengan pria itu." tolak Raeka tegas.

"Kalau begitu keluar dari rumah ini. Kau tidak pernah menuruti kata-kataku. Buat apa kau menjadi anakku. Anak tidak berguna." Kalimat itu menjadi sebuah pisau yang mengiris hati Raeka. Ia merasa memang tak pernah dibutuhkan oleh Ayahnya. Ia hanya ingin diakui dengan caranya sendiri. Namun bagi Ayahnya, ia hanyalah sebuah barang yang sewaktu-waktu akan Ayahnya jual untuk kebutuhan Ayahnya.

"Aku akan pergi.."  Raeka tak menyadari airmata sudah mengaliri pipinya beberapa detik yang lalu. "Abeoji pun tak pernah bertanya apa mau ku. Buat apa kau menjadi Abeoji-ku." Setelah selesai mengatakan pernyataan itu, Raeka melangkah pergi.

Raeka tak tahu bahwa hati Jaebum seperti teriris saat mendengar anaknya mengatakan kata-kata itu.

"Raeka-ya.. Kau mau ke mana?" Youngmi bertanya dengan nada memelas. "Bagaimana bisa kau meninggalkan rumah seperti ini. Semuanya bukan salahmu."

"Eomma, Aku tidak akan lama..." Balas Raeka lemah. Ia sudah menarik koper yang lumayan besar ke garasi meninggalkan ibunya yang sudah menangisi dirinya.

Raeka mamasukkan koper itu ke bagasi dan akan memasuki mobil namun sebuah tangan menahannya. "Yaa, Memangnya kau punya tempat tinggal lain selain di sini?" Jaekwon menatapnya tajam, menarik kakaknya agar masuk ke rumah tapi tubuh mungil itu tetap tak bergeming dan mencoba menghentakkan tangannya yang sedang dipengang erat. "Lepas Jaekwon-a!" Perintah Raeka meronta.

"Apa salahnya jika kau menuruti keinginan Abeoji. Kau tidak tahu apa yang akan terjadi bila kau tidak mau menikah dengan pria pura-puramu itu..." Jaekwon sedikit membentak. "Kau sama saja menipu semua orang, dan itu akan mempengaruhi reputasi Abeoji." Namun Raeka masih tak bergeming di tempatnya berdiri—tak terpengaruh dengan penjelasan adiknya.

"Baiklah, pergi sana... Jika kau memang tidak pernah memikirkan keluargamu. Apa salahnya dengan sebuah pernikahan? Hanya sebuah perjanjian hitam diatas putih saja." Akhirnya Jaekwon menyerah—melepaskan tangan Raeka lalu meninggalkan kakaknya di sana.

Hanya beberapa langkah saja Jaekwon sudah mendengar suara deru mesin mobil menyala. Jaekwon menoleh dan mendapati kakaknya dengan wajah tenang di dalam mobil sport-nya—keluar dari garasi. Jaekwon hanya menatap kakaknya lirih. "Aku tahu dia akan kembali..." mobil pun melaju pergi meninggalkan rumah besar itu.

****

"Wah, kau ini... bisa-bisanya makan dengan lahap." Jaekyung hanya menggeleng—heran—melihat Raeka yang tiba-tiba datang ke rumahnya dan mengacaukan sarapannya.

"Aku lapar tahu... Di rumah, aku hanya makan sesendok sebelum Abeoji memakiku." Jelas Raeka dengan mulut penuh makanan—membuat Jaekyung sedikit prihatin.

"Baiklah, makan yang banyak dan istirahatlah..." Kata Jaekyung sambil menyodorkan semua makanan—di meja—pada sahabatnya.

"Kau tidak bekerja?" Tanya Jaekyung kemudian. "Aku berhenti." Balas Raeka singkat.

"Jinjja(benarkah)?" Seru Jaekyung—membanting sumpitnya.

"Aish... Yaa, Kau mengagetkanku!!" Sahut Raeka kesal dengan kelakuan Jaekyung yang tiba-tiba.

"Wae?" Tanya Jaekyung heran.

"Bukankah kemarin aku sudah bilang kalau aku akan berhenti dari perusahaan itu." Jelas Raeka malas, ia seakan tak ingin mengulang ucapannya.

"Tapi aku kira kau sedang bercanda.." Balas Jaekyung, mengingat bahwa sahabatnya selalu menahan diri untuk berhenti dari perusahaan DHL.

Raeka berhenti mengunyah, ia manatap Jaekyung dengan pandangan mengerikan membuat Jaekyung hanya bisa mengatupkan mulut—tak ingin bicara lebih dari ini.

"Aku disuruh menikah dengan laki-laki itu..." Sahut Raeka kemudian, membuat Jaekyung yang sedang minum—hampir tersedak.

"Laki-laki siapa? Bosmu??" Seru Jaekyung—mengklarifikasi. Raeka mengangguk lemah.

"Kanapa kau bisa disuruh untuk menikah dengan bosmu? Bukankah itu hanya gosip saja?? Aku benar-benar tidak mengerti dengan orang-orang seperti kalian." Jelas Jaekyung—bingung. Jaekyung memang selalu penasaran dengan kalangan elit yang begitu saja menjodohkan anak-anak mereka hanya karena bisnis yang mereka jalani.

"Aku juga baru tahu tadi, saat aku melihat bahwa berita itu benar-benar mempengaruhi harga saham kami. Bagi perusahaan, ini adalah untung besar tapi tidak bagiku." Raeka hampir menangis.

"Kalau begitu nikahi saja dia, lalu ceraikan..." Ucap Jaekyung asal membuat mata Raeka melirik tajam seakan di mata itu terdapat sebuah pisau yang bisa memotong orang kapan saja. "Mian..." Sahut Jaekyung—nyengir bersalah.

"Lalu apa rencanamu?" Tanya Jaekyung sambil menyuap sesendok nasi kemulutnya. "Tidak tahu..." Jawab Raeka pasrah.

"Heol.. Kau lari dari rumah tanpa merencanakan apa-apa?? Belum lagi kau berhenti bekerja?? Wah, Kim Raeka... Nyalimu besar juga..." Seru Jaekyung tak habis pikir dengan kelakuan Teman seperjuangannya ini.

Saat sedang asik melanjutkan sarapan, Raeka melihat ponselnya yang sedang bergetar di meja makan. Ia melihat layar touchscreen-nya. Pandangannya berubah menjadi ngeri, membuat Jaekyung menjadi penasaran dengan ekspresi wajah Raeka yang berubah. "Nuguya?" Tanya Jaekyung—mendongak—meraih ponsel Raeka. 'Lee Dongdong' itulah nama yang tertera di sana.

"Ini siapa? Lee Dongdong?" Tanya Jaekyung saat membaca nama yang terdengar aneh ini.

"Bosku..." Jawab Raeka singkat. Jawaban Raeka membuat Jaekyung tertawa reflek. "jelek sekali sebutannya. Raeka meraih ponselnya dari tangan Jaekyung—sebelum ponsel itu terpental karena temannya.

Raeka menatap ponsel yang bergetar itu ragu. "Kenapa kau tak menjawabnya?" Tanya Jaekyung yang sudah berhenti tertawa. Namun Raeka masih terdiam sampai ponsel itupun tak bergetar lagi.

"Kau sungguh tak ingin mengangkat telpon dari bosmu??"

"Aku bingung..." Raeka ragu, ia memang tak ingin berbicara dengan siapapun yang membuat kepalanya menjadi semakin pusing—apa lagi dengan pria itu.

Ponselnya kembali bergetar, dan nama itu kembali muncul pada layar ponselnya. "Sepertinya manusia itu akan terus menelponmu sampai kau mengangkatnya."  Kata Jaekyung—menghela nafas—menatap ponsel temannya.

Dengan ragu Raeka menggeser gambar anak panah berwarna hijau pada layar touchscreen-nya.

"Yobosaeyo(halo)..." Ucap Raeka dengan nada sedikit takut.

"Cepat keluar, aku menunggumu..." Seru Donghae dari ujung sana. Dahi Raeka mengernyit—bingung—ia tak mengerti dengan omongan pria yang ada di sana.

"Keluar ke mana??" Tanya Raeka. Ia bisa mendengar deru nafas yang dikeluarkan pria itu. Terdengar menyerah.

"Apa aku perlu mengetuk pintu rumah?" Seru Donghae lagi membuat gadis yang diajak bicaranya ini semakin bingung.

Baru beberapa detik pria itu selesai bicara, sebuah ketukan terdengar dari luar rumah."Nugusaeyo(Siapa ya)?" Seru Jaekyung sambil melangkah menuju pintu rumah.

"Omona..." Jaekyung terkejut dengan tamu yang menurutnya tak diundang. Begitu pula yang Raeka rasakan saat melihat seseorang yang menelponnya tiba-tiba ada di depan pintu.

Donghae menatap mata Raeka lekat, seakan tubuh Jaekyung bukanlah penghalang untuk melihat gadis yang sekarang masih menggenggam ponsel.

"Nona Kim, Ayo kita menikah..."

to be countinue__