Chereads / Bad Boy ;bright / Chapter 3 - Pembohong

Chapter 3 - Pembohong

Asha P.O.V

Aku memundurkan kepala ku saat Max mendekatkan wajah nya.

Sialan, aku bahkan tak mampu untuk berteriak atau menghentikannya. Ada apa dengan tubuhku?

'tuk'

Kepala ku sudah tersandar di kepala ranjang dengan sempurna. Tak ada celah sedikitpun lagi.

Aku memejamkan mataku, aku tak mau melihat apapun yang akan ia lakukan selanjutnya. Ibu, tolong gadis kecil mu ini!

"Selamat malam"

Ku dengar suara Max, lalu setelahnya bunyi pintu yang tertutup.

"Aish bodoh sekali aku. Aaaaak aku malu sekaliiii" aku menyembunyikan wajahku di bawah selimut, aku malu.

Entah mengapa aku terlihat seperti sangat berharap apabila Max akan mencium ku tadi. Aku ini kenapa ?!

Sungguh memalukan Asha!

-----------Keesokan hari nya---------

'Tok tok' bunyi ketukan dari pintu kamar ku

'Cklek' pintu pun terbuka

"Bangun wanita pemalas! buatkan aku sarapan yg enak. Aku akan mandi, lalu setelah aku mandi kau harus sudah menyediakan sarapan ku diatas meja!"

Aku memahami kata-kata Max setengah sadar. Aku masih memejamkan mataku.

Lalu setelah itu aku tak mendengar lagi suara Max, pasti ia sedang menuju kamar mandi.

Aku berdiri dengan malas, menguncir rambut ku asal dan berjalan kedapur dengan lamban. Aku sangat mager memasak sepagi ini.

Aku bahkan belum mencuci wajah dan menggosok gigiku.

--------

Ku siapkan sandwich untuk Max, dan segelas susu Coklat hangat. Aku pun pergi menuju kamar mandi.

"Sarapan mu sudah siap Max" ucap ku dengan nada lesu, meneruskan jalan ku tanpa memandang sedikit pun kearah pintu kamar nya yang terbuka.

"Hmm tunggu" pinta nya.

"Apa lagi?" tanya ku seraya memandang nya dengan malas

"Apa aku sudah tampan?"

"Hmm" hanya seperti itu responku, dan melanjutkan kembali langkah kaki ku menuju kamar mandi.

----------

Setelah mandi aku kekamar dan mengeringkan rambut ku dengan hairdryer dan mengikat nya rapi.

Ku pakai seragam ku dan mengambil tas, lalu turun kebawah.

"Kau tak sarapan?" tanya Max

"Tidak, nanti bus yg ku tumpangi akan meninggalkan ku. Aku sudah cukup terlambat karena harus membuatkan mu sarapan" keluh ku seraya menatap nya sinis.

Ya, aku dan Max pergi kesekolah dengan transportasi masing-masing. Max tak ingin mobil nya terkotori oleh ku ujar nya.

"Kau ikut dengan ku saja hari ini" ucap Max seraya mengenakan jam tangan nya

'Deg'

Mengapa jantung ku berdebar saat Max bicara seperti itu?

Akhir nya, aku akan semobil dengan Max. Max cowok yang paling tampan dan keren satu sekolah.. Aahh indahnya..

Aish!! Mengapa aku berpikir seperti itu!! Tidak Asha! Max itu pria yg kejam! Bisa bisa kau ditinggal nya ditengah jalan! Pikir ku sambil menggelengkan kepala ku.

"Kau kenapa?"

"Tidak. Aku ingin naik bus saja" tolakku.

Saat aku memasang sepatu. Max menahan tangan ku.

"Ikut dengan ku saja" ucap Max datar.

Seakan terhipnotis, aku pun mengangguk dan tersenyum. Menyetujui ajakan nya.

-------------

Hening, tak ada obrolan di antara kami dimobil. Aku sangat bosan.

Aku hanya memandangi jalan raya, seraya menyenderkan kepala ku ke jendela mobil. Apakah hari-hari burukku akan berubah sekarang?

--------

Tak terasa, kami pun sudah sampai di sekolah. Max memarkirkan mobil nya paling depan. Semua gadis yg melihat mobil itu sudah tau siapa yg punya.

Max keluar duluan dan aku menyusulnya. Saat aku ingin membuka pintu mobil, ternyata Max membukakan pintu untuk ku.

Banyak gadis penghuni sekolah yg terhenti saat melihat Max.

Termasuk Kathy, perempuan yg sangat tergila-gila dengan Max.

Aku keluar dari mobil itu dan Max menggenggam tangan ku untuk melewati para siswi dihadapan kami ini. Apakah ini sebuah mimpi?

"Tutup telinga mu" Max berbisik padaku. Sebelum kami menembus gerombolan siwi itu.

Mengapa ia menggenggam tangan ku seperti ini? Jangan membuat ku menyukaimu Max.

"Aku baru pernah menggenggam tangan wanita" ucap Max memecah keheningan.

"Benarkah?" Aku membulatkan mataku sempurna.

Aku tak menyangka sama sekali. Wajah Max tampak seperti seorang pria yang sering bergonta-ganti pacar setiap minggu nya.

"Ini yang pertama kali" ucap nya dan tersenyum simpul padaku.

Astaga! Ya Tuhan! Senyuman Max membunuh ku!

Samar-samar ku dengar bisikan para siswi yg kami lewati.

"Jangan dengarkan mereka" Max juga mendengar ternyata.

Aku mengangguk dan tersenyum yakin kepada nya.

Lalu aku masuk kedalam kelas ku dan menceritakan apa yg terjadi kepada teman sebangku ku yg tau tentang aku dan Max.

"Kau pacaran dengan Max?!" Ucap Chloe wanita centil dikelasku yg sangat suka terhadap Max.

Aku menggeleng seraya meletakkan tas ku diatas meja.

"Lalu mengapa kalian berpegangan tangan tadi pagi?!!" Tanya nya lagi

"Aku tak tau, Max yg menggenggam tangan ku" jawabku datar

"Asalkan kau tau! Kau hanya bahan balas dendam Max!" Ucap Chloe kembali

"Balas dedam?" Tanya ku. Rasa bingung dan kaget jadi satu, rasanya.

"Apa kau tidak tau? Kathy dan Max pada hari sabtu kemarin, mereka berpacaran!" Jawab Chloe.

"Max bilang dia tid-"

"Max hanya ingin mebuktikan tantangan Kathy! Apabila Max bisa membuat mu berpegangan tangan dengan nya di lingkungan sekolah, maka Kathy akan menerima Max menjadi pacarnya"

Aku terdiam membeku, mencerna kembali perkataan Chloe. Apa aku salah dengar?

"Kau masih tak percaya? Sebentar" Chloe seperti mencari cari seuatu file didalam hp nya yang ingin ia tunjukkan padaku.

"Dengar" ucap Chloe seraya memplay sebuah audio dari hp nya.

'Kathy, mau kah kau menjadi kekasih ku?, kau sangat cantik dan baik'

Aku sangat mendengar jelas itu suara Max.

'Aku akan menerima mu, apabila kau bisa membuat wanita jelek teman mu itu menggenggam tangan mu dilingkungan sekolah' Lanjut Kathy

'Akan ku kabulkan sayang' Lanjut Max.

Hati ku remuk. Padahal.. aku sudah yakin bahwa Max menyukai ku. Tapi mengapa ia mepermainkan aku seperti ini?

"Kau dengar kan? Aku sengaja merekam ini untuk mu!" Ucap Chloe

"Terimakasih" ucapku singkat

Aku beranjak dari kelas, aku berlari menuju toilet seraya menahan air mataku yang hampir jatuh. Dan dari kejauhan aku dapat melihat Max sedang tertawa lebar sambil merangkul Kathy.

Aku merasa air mataku keluar begitu saja. Ditambah lagi pundak ku kembali terasa sakit. Aku tersedu seraya menyandarkan diri ku di kloset toilet.

--------

'Teng teng teng'

Lonceng pulang pun berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar kelas. Ku lihat Max sedang berjalan menuju kearah ku.

Aku berlari menghindari nya dan bersembunyi dibelakang mobil anak kelas lain diparkiran.

Nampak ia mencari ku, kenapa Max? Kenapa kau mempermainkan hati ku seperti ini?

Dan lagi air mata ku menetes. Kulihat ia masuk mobil dengan wajah kebingungan dan berlalu meninggalkan parkiran.

Aku pun keluar dari lingkungan sekolah dengan berjalan kaki. Aku tak tau harus kemana.

Yang pasti aku takkan ke apartement Max beberapa hari ini. Aku perlu menenangkan diriku, dan menerima kenyataan bahwa Max hanya memanfaatkan ku.

----------

Max P.O.V

Kemana wanita itu pergi? Aku melihat nya di parkiran, tapi dalam sekejap mata ia menghilang dari pandangan ku. Apa ia sudah pulang?

Aku mencari wanita itu di setiap tepi jalan yang aku lalui, namun tak ku temukan juga Asha.

"Kemana kau Asha?" Aku berbicara sendiri.

Aku lelah memikirkan wanita ini.

Dia seperti menghindari ku saat di parkiran tadi. Ada apa sih sebenar nya?

Lalu sudah 1 jam lebih aku mencari nya seraya terus menerus mencoba menelpon nya.

Namun tak kunjung ada jawaban. Lebih baik aku kerumah.. dan ku telpon semua teman dekat nya..

Ku parkirkan mobil ku digarasi dan segera masuk untuk mencoba menelpon teman Asha.

"Halo? Ini Max Bennet, anak IPA 1.. apa kau ada melihat Asha Addison saat pulang sekolah tadi?"

"....."

"Ah baiklah terimakasih.."

Ku telpon semua teman nya yg ku kenal dan nihil. Tak ada yg tau Asha dimana.

Untuk pertama kalinya, wanita menyebalkan itu membuatku cemas.

----------

Asha P.O.V

Perut ku lapar sekali rasanya, dan pundak ku sangat sakit. Mata ku sembab dan baju ku sudah tak serapi saat aku berangkat sekolah.

Kepala ku pusing, mungkin karena aku belum makan. Aku terus berjalan menyusuri jalanan raya ini. Aku sudah 4 jam berjalan seperti ini tanpa arah tujuan.

Bibir ku mengering karena aku dehidrasi. Aku tak membawa bekal apapun selain buku dan tas.

Ku cek hp ku, dan yup!

-------------

Max Missed Call (78)

Pesan (52)

-------------

'Pria ini bisa khawatir juga ternyata' pikir ku sambil terkekeh.

Banyak teman ku dan Max yg mengirim pesan padaku, menanyakan aku sedang ada dimana dan lain-lain.

Seketika aku merasa kaki ku sangat lemas dan pandangan ku gelap.

Aku pingsan.

--------------------

Author P.O.V

Max kembali mengambil kunci mobil nya dan menulusuri kembali jalanan dekat sekolah. Sudah pukul 9 malam.

Dan akhirnya, dari jauh ia melihat seorang gadis berseragam sekolah yang sama dengan nya berjalan lemah. Lalu pingsan.

"Asha!" teriak Max setelah ia tau bahwa gadis itu adalah Asha.

Ia menepikan mobil nya secepat mungkin. Dan secepat kilat mengangkat Asha ke dalam mobilnya.

Wajah putih pucat Asha berhasil membuat Max ketakutan setengah mati. Ia berpikir Asha akan mati.

"Bertahanlah Asha.." lirih Max

Setelah mendudukkan Asha di kursi belakang, Max langsung melajukan mobil nya kerumah sakit.

-------------

Asha P.O.V

Ku buka mata ku perlahan, dan melihat seorang pria disamping ku tertidur sambil mengenggam jemari ku.

Ku pandangi wajah nya yg sudah memanfaatkan aku.

'Aku membenci mu Max Bennet' batinku

Ku tarik tangan ku yang di genggam oleh nya sehingga membuat nya terbangun.

"Kau sudah bangun hmm?" tanya nya seraya mengusap-usap mata kiri nya.

"Kau tak melihat mata ku sudah terbuka seperti ini? Malah bertanya lagi" jawab ku ketus dan langsung melihat kearah lain.

"Kau marah padaku?" tanya nya.

Dia bahkan tak tau dimana letak kesalahan nya. Max, apa kah kau mau kepalamu yang tidak ada isinya itu ku hempaskan ke tembok hm?

Tapi sayang nya aku tak seberani itu huhu.

"Pikir saja sendiri" jawabku ketus.

"Kenapa kau marah padaku?" Tanya Max polos.

Aiihhh.

Aku membuang nafas ku dengan kasar, aku kesal.

"Aku salah apa?" Tanya nya lagi

"Mengapa kau memanfaatkan ku?" Ucapku to the point.

"Memanfaatkan mu? Aku tak ada memanfaatkan mu" Jawabnya dengan yakin.

"Kau memanfaatkan ku dan mempermainkan ku" ucapku

"Mempermainkan?" Max terlihat bingung.

"Kau mengenggam tangan ku kemaren hanya untuk taruhan dengan Kathy kan?!" Tanya ku.

Aku tak tau mengapa air mata ku mengalir begitu saja

"K-kau tau dari mana?" Tanya Max terlihat gugup.

"Kau tak perlu tau, yang pasti aku sudah tau bahwa kau bukan orang yang baik Max! Ku pikir kemarin kau sudah berubah. Ternyata masih saja. Cih"

Aku benar benar kecewa terhadap nya.

Ia hanya menunduk dan terdiam tanpa suara.

Mungkin ia menyadari kesalahannya.

"Maaf" ucapnya masih menunduk.

"Untuk apa?"

"Aku tak tau kau menaruh rasa terhadap ku…"

"Tak seharus nya aku menaruh rasa dan harapan kepada lelaki sepertimu. Namun, yg membuatku sedih adalah kau menjadikan ku taruhan mu Tuan Max Bennet, aku memang miskin dan kau kaya raya. Tapi kau tidak bisa memperlakukan aku seenakmu, Sama sepertimu, aku juga memiliki hati..." lirih ku terisak.

"Aku tak bermaksud seperti itu.." jawab Max seraya menatap mata ku.

"Lalu seperti apa hmm?" Aku memberanikan diri menatap nya juga.

"Aku hanya ingin Kathy menerima cinta ku.." lirih Max kembali menunduk setelah aku membalas tatapan nya.

"Kau tak perlu mengorbankan perasaan orang lain demi kesenangan mu" ucapku.

"Maafkan aku"

"Aku akan pergi setelah keluar dari rumah sakit ini" ucapku.

Aku tak ingin ikut campur urusan nya lagi.

Aku selalu menjadi korbannya, terus diperlakukan nya seperti budak.

"Pergi kemana?" tanya nya

"Yang pasti aku tidak akan ada di kehidupan mu lagi Max"

"Kau harus menemani ku"

"Tidak, terserah kau saja apabila kau mau melapor pada orangtua mu" ucapku tak perduli.

"Kumohon maafkan aku Asha…"

"Tidak"

Tiba tiba Max memelukku dengan erat.

'Hiks'

Apa ini? Max menangis? Karena ku?

"K-kumohon Asha m-maafkan aku" ucap nya terisak tangis.

"Jangan meninggalkan ku.."

"Max.." lirihku

"A-aku menyayangi mu" ucapnya ditengah tangisnya yang sesegukan.

Aku terdiam sesaat.

"Jangan mulai drama mu lagi Max, aku akan pergi"

Aku takkan luluh pada drama nya ini.

"T-tidak jangan pergi. Aku tidak b-berbohong padamu. Aku m-menyayangi mu" ia masih menangis sembari mengeratkan pelukan nya padaku.

"Hentikan Max, ini pasti hanya taruhan lagi. Sekarang apa yg harus ku lakukan? Agar taruhan mu berhasil hmm?"

"Asha! Aku serius! Aku tak berbohong! Percayalah!" Ia melepaskan pelukan nya dan menatap ku tajam.

"Oh ayolah Max" aku hanya tersenyum sinis

"Tatap mata ku" ucap nya.

"Tidak"

"Tatap mata ku, apa kau ada melihat kebohongan disana?" Ucap nya masih menatap ku tajam.

Ku akui mata nya... Mata ini sangat tulus berbicara padaku. Atau dia memang sangat hebat menarik ulur perasaan wanita?

Aku hanya terdiam dalam tatapan ini.

"Aku takkan mengulangi kesalahan ini lagi" ucap nya sambil menggenggam tangan ku kuat.

"Kau berjanji?"

"Ya, aku berjanji padamu"

TO BE CONTINUED