Chereads / Bad Boy ;bright / Chapter 2 - Vengeance

Chapter 2 - Vengeance

"Argh! Dia!" gumam Max sembari mengepalkan tangan nya.

'Noah Clayton' gumam Max tanpa mengalihkan pandangan nya dari Noah.

"Hey Max! Sudah lama kita tak bertemu!" Ucap Noah sambil tersenyum manis.

Jungkook hanya merespon dengan tatapan sinis miliknya.

Entah mengapa ia merasakan hati nya begitu kesal melihat Asha dengan Noah. Musuh terbesar nya saat SMP hingga SMA.

Tangan Pria bermarga Bennet itu semakin mengepal merah saat Noah memperhatikan Asha dengan tatapan lembut saat Asha berbicara.

Mata Noah sangat terpesona akan segala kata perkata yang keluar dari bibir mungil Asha.

Asha menceritakan banyak hal menyenangkan dengan wajah sumringah, sehingga secara tak sadar beberapa saat kemudian Asha memeluk pria bermarga Clayton itu dengan senyum lebar di wajahnya.

Max sudah tak tahan lagi melihat interaksi berlebihan antara Asha dan Noah. Max menghampiri mereka dan….

'BUGH'

Noah tersungkur ke lantai, Max memukul tepat di rahang pria bermata coklat itu. Yang mengakibatkan luka di sudut bibir nya.

Noah yang tak terima pun meludahkan darah dari mulutnya ke lantai sebelum menyerang balik Max.

'BUGH'

Noah membalas menampar tengkuk Max. Dan akhir nya mereka beradu jontos seperti atlet MMA.

Asha yg melihat hal itu secepat mungkin melerai kedua nya.

-----------

Asha P.O.V

Melihat Noah dan Max yang berkelahi, sesegera mungkin aku ingin melerai keduanya.

Namun, baru saja aku mendekat kearah Max dan ingin menarik pundaknya agar melepaskan Noah.. Max mendorong tubuhku.

Ku rasakan tubuh ku terpental jauh. Ku rasakan pula sakit di daerah pundak ku yang terhempas kuat ketembok.

Ini sangat sakit.. sangat.. saking sakitnya aku tak mampu untuk bangun dan melerai mereka kembali.

Ku rasa pundak ku tak bisa digerakan. Tak kusadari air mata ku menetes karena kesakitan.

Persetan dengan perkelahian mereka.

Tulang pundak ku hampir patah rasa nya. Ini sakit sekali, Max sialan!

'Hiks' aku menangis tak sanggup lagi menahan sakit nya.

Dua pria 'dewasa' yg tadi nya berkelahi kini mengarahkan pandangan mereka berdua kepadaku.

"Apa yg terjadi?" Tanya Max dengan wajah polos nya.

"Kau mendorong ku hingga ku terpental ketembok bodoh, hiks" aku bercerita sambil menangis tersedu-sedu.

"Aku? Apa bukan pria brengsek ini?" Ucap Max sambil menujuk Noah dengan wajah tanpa rasa bersalah.

Yang benar saja? Kau mendorong ku dan sekarang kau menuduh Noah? Ah pria ini gila.

Aku menghela nafas kasar seraya menahan emosi.

"Jelas jelas kau yg mendorong ku! Hiks, pundakku sakit sekali…hiks" aku terisak kembali

Noah mendekati ku dan memapah tubuhku untuk duduk di sofa.

"Mengapa kau mendorong dia huh?!" Tanya Noah sedikit menaikkan tinggi suara nya.

Ia menatap mata Max dengan tajam.

'Perang dunia ke-3 akan dimulai Asha..'

"Aku tak seng-"

"Hentikan!"

Aku memotong ucapan Max, agar mereka tak perlu beargumen kembali.

"Coba sini ku lihat pundak mu" Ucap Noah.

Aku pun mengangguk meng-iyakan pinta Noah. Saat aku ingin membuka baju bagian belakangku dan memperlihatkan pundakku kepada Noah. Max menahan tangan ku.

"Kau ini wanita apa huh?! Kau mau memperlihatkan tubuh mu pada pria ini?" Tanya Max seraya menunjuk Noah.

Kulihat mata Max, ia terlihat sangat marah.

Lagipula mengapa ia harus marah?

"Aku tidak memperlihatkan tubuhku telanjang, hanya bagian pundak. Lagipula aku masih memakai kaos jika aku melepas baju ini "

Ucap ku membela diri dan kembali mengangkat baju ku.

Kulihat Max berlalu dengan cepat dan memutuskan untuk naik ke lantai atas. Yaitu ke kamar nya.

"Ini memar" ucap Noah setelah melihat kondisi pundakku yang memprihatinkan.

"Iya, disentuh sedikit saja sangat sakit rasanya" ucapku.

"Untung saja aku membawa tas P3K milikku, ini ada salep untuk mengobati memar mu itu, oleskan saja setelah kau mandi, setiap hari dalam kurun waktu 3 hari ya"

"Hmm thanks Noah" aku tersenyum dan menerima pemberian Noah.

Ya, Noah adalah calon dokter, ia sekolah di SMA kejurusan Dokter.

Ia dari Jakarta pergi menemui ku ke Canada dan bilang akan segera melunasi hutang ayah dan ibu kepada orangtua Max.

Ia seperti anak angkat orang tua ku. Jadi aku menganggapnya seperti kakak kandung ku sendiri. Padahal ia adalah sepupu ku.

Selama bersekolah, Noah selalu ikut keluarga kami. Ia tinggal dirumah ku.

Noah bilang ia sangat merindukan gelak tawa ku dirumah, maka dari itu aku memeluk nya tadi.

Apakah mungkin hal itu lah yg membuat Max marah?

Harus kalian ketahui, Max Bennet si pria bermata Iblis itu pernah bilang 'Hey Asha Addison!, kau tak boleh sama sekali mendekati pria lain. Kau itu wanita mainan ku! Tak ada yg boleh memainkan mainan ku! Kau mengerti?!!'

Aku terngiang akan ucapan Max beberapa Bulan yg lalu.

"Hey" Ucap Noah sembari melambaikan tangan nya pelan di depan wajahku yang melamun.

Ia menatapku heran

"Ah iya oppa?" Tanya ku setelah tersadar dari lamunan

"Kau memikirkan apa hm?"

"Tidak ada, hanya tugas sekolah yg belum ku selesaikan"

"Tugas pelajaran apa? Siapa tau aku bisa membantu"

"Oh tak perlu, hanya sedikit lagi maka akan selesai" ku berikan senyuman lebar ku untuk memastikan pada Noah bahwa aku tak apa apa.

"Ini sudah sangat malam, aku akan pulang, kau jaga diri ya? Kalau Max berani menyentuh/menyakiti mu laporkan saja padaku" Ucap Noah

Aku hanya mengangguk dan tersenyum meng-iyakan perkataan Noah.

----------

Author P.O.V

Asha mengantarkan Noah kedepan pintu apart milik Max.

Noah mengecup sekali puncak kening Asha sebagai tanda sayang. Asha pun melambaikan tangan nya dan menutup pintu.

Tanpa Asha sadari, ada sepasang mata yg memperhatikan nya dan Noah dari lantai atas sedari tadi. Yup, itu Max.

Asha memasukki kamar nya dan menyenderkan tubuh nya pelan ke kepala Ranjang, pundak nya sudah tidak sesakit tadi.

-------------

Max P.O.V

Sial! Mengapa aku menjadi posesif begini? Apa hubungan ku dengan wanita murahan itu? Mengapa aku seakan tak rela melihat nya sangat dekat dengan Noah?

Ku rasakan pipi ku agak perih, saat aku berkaca di kamar mandi. Dapat ku lihat pipi ku lebam dan bibirku berdarah. Ujung mata ku pun terlihat keunguan.

--------------

Author P.O.V

'Terkutuk kau Noah Clayton! Kau sudah membuat wajah tampan seorang Max Bennet menjadi seperti ini. Tunggu saja apa yg akan ku lakukan pada Asha' Gumam Max sambil mengepal tangan nya kuat.

Max berlari kearah dapur dan mengambil beberapa potong es batu dan kompresan untuk mengompres wajah nya yg lebam.

Ia pergi ke kamar Asha dan tanpa mengetuk ia membuka pintu kamar Asha dan menghempaskan nya kuat.

--------

Asha P.O.V

Aku sudah hampir tertidur sampai ku dengar suara pintu kamar ku terbuka dengan keras. Dan ada sesosok pria kejam berdiri disana.

Mau apa dia malam-malam seperti ini? Dan untuk apa juga ia membawa mangkuk berisi batu es dan kompresan seperti itu? Pikir ku.

Aku tak menghiraukan nya dan kembali memejamkan mataku.

"Kompres kan luka ku" ucap nya sambil menodongkan batu es dan kompresannya tepat didepan wajah ku.

"Tidak" ucapku dingin dan kembali memejamkan mataku.

Aku masih kesal. Karena dia pundak ku menjadi seperti ini.

"Jika kau tak mau dalam hitungan ke-3, aku akan melakukan ini pada mu" Ucapnya seraya menaruh telunjuk nya diujung leher kiri nya dan menarik telujuk nya hingga ke ujung leher kanan nya.

Sehingga terlihat seperti kode 'Ingin membunuh ku'

"Oke-oke baiklah" aku pun mengalah dan duduk perlahan.

Ku ambil kompresan yang ia bawa lalu ku rendam di dalam mangkuk yang berisi es batu yang mulai mencair.

"Duduklah disini" ucapku sambil menepuk-nepuk ranjang disamping ku.

Max pun duduk disamping ku. Aku mengompres luka serta lebam di beberapa bagian wajahnya.

--------------

"Aaakk. Pelan-pelan bodoh" ringis Max menahan sakit.

"Diam saja kau!" Ucapku sedikit kesal.

Aku mengompres lebam diujung mata nya yg ke unguan. Tergerak sediki hati ku ingin mengasihani pria ini, gara-gara aku lah dia berkelahi.

Walau aku tak mengetahui hal apa yang sebenarnya membuat Max marah, aku akan menganggap diriku sebagai alasan nya.

"Jangan melihat ku seperti itu" ucapku tanpa mengalihkan pandangan ku pada ujung mata nya yang sedang ku kompres.

Max memperhatikan ku begitu dalam saat aku mengompres luka nya.

Hentikan bodoh, jantungku berdebar.

--------

Max P.O.V

Wajah cantik ini sangat dekat dengan ku, kuperhatikan seluk beluk wajah cantik nya.

Mata yg selalu melihat ku saat marah, alis yg selalu mengkerut saat sedang heran dengan kelakuan ku, hidung yg selalu mendengus kesal terhadap ku, dan bibir mungil manis milik nya ini yg selalu mengomeli ku tanpa henti.

"Jangan menatapku seperti itu"

Ah aku tertangkap basah olehnya.

Mengapa ia menghancurkan lamunan ku? Aish wanita ini

"Sudah selesai" ucapnya.

Aku masih duduk dan mendekati nya perlahan. Mataku fokus menatap bibir nya. Ia memundurkan kepalanya hingga tersentak ke kepala ranjang dibelakang nya. Kulihat wajah nya sangat cemas sekarang.

Ku dekatkan wajah ku, mencermati wajah cemas nya ini. Sangat cantik.

Wajah kami sangat dekat, sehingga nafas kami saling berbenturan satu sama lain. Kulihat ia memejamkan mata nya.

Ku tersenyum nakal, ia pikir aku akan mencium nya. Aku memang akan mencium nya.

Namun tidak jadi saja. Aku bisa lain kali melakukan nya. Malam ini, aku hanya ingin membuat Asha menjadi salah tingkah dan kurasa cara seperti ini saja sudah cukup.

Aku melihat ada salep luka di belakang punggungnya. Aku pun mengambil nya dan beranjak berdiri.

"Selamat malam" ucapku dan meninggalkan kamar wanita Asha.

Tanpa ia ketahui, aku tersenyum puas setelah menutup pintu kamarnya, asyik juga ternyata mempermainkan wanita ini.

To Be Continue