Enam bulan sudah berlalu perusahaan Kin menjadi lebih besar, dengan campur tangan Dira, Kin sangat merasa terbantu, manajeman perusahaan semakin baik.
'Dira... kamu keberuntunganku, kamu cerdas dan tau segalanya, bahkan kamu layak jadi pemimpin perusahaan ini.' gumam Kin.
Dira adalah wanita gila kerja, bukan tanpa alasan Dira melakukan itu tapi, untuk menutupi kesedihannya dan alasan utamanya adalah, untuk menghindari Ezza.
Ponsel di saku Dira bergetar saat Dira sedang memeriksa hasil kerja anak buahnya, Dira segera mengangkatnya.
"Selamat siang mam, mama sehat? Ada apa mam?" tanya Dira lembut,
"Nirmala, keponakan Ezza mau tunangan besok malam. Kalian pulang ya!" Dira sejenak terdiam,
"Dira..." Maya tau Dira pasti terpukul, kalau tau calonnya adalah Rey.
"Iya mam, Dira bilang nanti ke Ezza ya mam, besok Dira minta izin dua hari untuk membantu mama."
"Terimakasih sayang,"
"Sama- sama mam, Dira tutup telponnya ya mam, soalnya pekerjaan Dira masih banyak."
"Oke sayang bye..." Dira menutup sambungan telpon, lalu termenung.
'Apakah Rey sama Mala?' gumamnya, 'Lupakan Dira... Lupakan yang bukan milikmu!' Dira memijat keningnya, dan menghilangkan bayangan Rey dari benaknya.
Dira menatap lagi ke pekerjaannya, dan seketika dirinya kembali fokus.
Diruangan Kin, Kin meminum kopi sambil menatap ke luar lewat jendela, tubuhnya yang menjulang tinggi serta wajahnya yang tampan, tersorot matahari senja membuat keindahan nyata bagi siapapun yang melihatnya, banyak yang tergila- gila oleh pesona Kin. Tapi, hanya Dira yang mampu menggoyahkan dan memporak - porandakan hatinya, hanya Dira...
'Dira katamu mencintai itu tidak harus memiliki, apalagi di waktu yang salah sepertiku. Tapi, untukmu Aku akan melakukan yang terbaik, walaupun kita tidak bersama nantinya.' Gumam Kin,
❣
Dira berjalan memasuki pekarangan rumah. Terlihat Ezza juga baru masuk bersama teman wanitanya.
"Aku mandi dulu cantik. Setelah itu, kita bersenang- senang." Ucap Ezza kepada teman wanitanya yang di gandengnya, walaupun terasa sakit mendengarnya namun Dira mencoba bersikap biasa,
"Za, tunggu sebentar!" Dira mempercepat jalannya dan tidak sengaja terpeleset, entah mengapa Ezza melepaskan pelukan teman wanitanya lalu menangkap tubuh Dira, sesaat Ezza tertegun mencium aroma tubuh Dira, yang tidak pernah dia cium dari begitu banyak teman wanitanya, aromanya begitu menggairahkan. Ezza tersadar dan segera melepaskan tubuh Dira.
"Wanita rubah, bagaimana bisa kamu jalan tidak hati- hati, hampir saja pacarku tertabrak oleh tubuh kotormu." mata Ezza menyipit, "Atau kamu mau menggodaku?" ucapnya pede,
"Tidak- tidak, maaf... Aku hanya menyampaikan pesan mama, besok acara pertunangan Mala," Jawab Dira sambil memalingkan wajahnya.
"Ya, aku datang," jawab Ezza, lalu memeluk kembali teman wanitanya dan meninggalkan Dira.
Dira masuk di belakangnya dan langsung menuju ke dapur,
"Eh bu Sam tumben belum pulang?" Bu sam tersenyum menatap Dira dan mengeluarkan kue tart dari kotaknya lalu menaruh di atas meja,
"Selamat ulang tahun mba Dira." Dira terbengong melihat kue di depannya, lalu menatap Bu Sam, "Ulang tahunku besok bu..."
"Ibu tahu, ibu tidak sengaja tadi melihatnya, ada foto copy akta lahirnya mba waktu beres- beres kamar dan besok mba Dira tidak ada di sini, jadi ibu beli kuenya sekarang." Dira tersenyum dan matanya berkaca, dulu... Rey yang selalu memberi kejutan tapi sekarang, tidak ada yang spesial sama sekali,
"Terimakasih bu..." Bu Sam tersenyum, sebenarnya Bu Sam melakukan ini agar Dira tidak merasa terabaikan.
Sementara suara tidak enak sudah terdengar dari kamar Ezza dan dengan bangganya dia melakukannya, tanpa merasa bersalah sama sekali, Dira dan bu Sam saling tatap,
'Kenapa kamarnya tidak di buat kedap suara' gumam Dira dan masih terdengar olah bu Sam.
"Yang kuat mba, saya yakin mas Ezza bisa berubah, walau itu kemungkinannya kecil, Ibu Maya sudah kewalahan menghadapi mas Ezza." Dira hanya terdiam membeku.
"Saya pamit pulang mba," Dira baru tersadar dari lamunannya, " Eh iya bu, terimakasih kuenya." Dira memaksakan senyumnya.
"Sama- sama mba Dira."
Setelah bu Sam pulang, Dira hanya minum dan kembali kekamarnya, setelah mandi begitu kaget karena baju tidurnya berubah menjadi sexy semua, dengan berat hati Dira memakai kaos oblong dan celana pendek.
'Kenapa bisa baju tidurku hilang dari lemari semua?' teringat kata- kata bu Sam dan Dira menebak itu ulah bu Sam atas perintah Maya, ibu mertuanya.
Dira hendak masak untuk makan malam, tapi suara yang tidak mengenakan membuat dirinya malas keluar kamar, setelah lama mengotak ngatik ponselnya, tiba- tiba kepalanya mendadak pusing,
Dira segera membuka kotak P3K. Tetapi tidak menemukan obat pusing, tubuhnya juga mulai menggigil, Dira sempat memberanikan diri mengetuk pintu Ezza, namun tidak dihiraukan oleh Ezza, dan jalan satu- satunya menghubungi Kin, sebelum terjatuh pingsan Dira sempat menghubungi Kin walau tidak sempat meminta pertolongan.
Kin yang baru selesai mandi mengambil ponselnya dan mengangkatnya karena itu dari Dira,
"Hallo Dira... " setelah beberapa lama menunggu tidak ada suara Dira, tetapi panggilannya tidak mati.
Kin menjadi cemas dan memutuskan menemuinya.
Kin menekan bell beberapa kali, namun tidak ada jawaban, ketika menekan pegangan pintu ternyata tidak terkunci.
Kin masuk ke dalam. Yang terdengar hanya suara desahan sayup -sayup dari kamar Ezza,
Kin masuk ke kamar yang satunya dan betapa terkejutnya Kin menemukan Dira tergeletak di lantai, Kin segera mengangkatnya ketempat tidur, lalu membersihkan darah di kening Dira, Kin mengompres kening Dira karena Dira demam tinggi, selama satu jam panas Dira semakin tinggi, Kin kalut dan memanggil dokter pribadinya.
Dokter menginfus Dira, lalu menyuntikan obat lewat selang infus.
Kin naik darah karena suara dari kamar Ezza semakin menjadi, dengan amarahnya Kin menendang pintu sampai terbuka, Suara Ezza langsung berhenti.
"Kamu tau Za? Orang di sekitarmu lagi sekarat. Mulai besok pasang pengedap suara dan kau bisa sesukamu melakukan apapun!" Tanpa menunggu jawaban Ezza, Kin kembali kekamar Dira dan melanjutkan mengompresnya.
Setelah aktifitasnya terganggu, Ezza malas melakukannya lagi dan menyuruh teman wanitanya pulang, kemudian Ezza langsung tertidur pulas.
Dini hari, panas Dira mulai turun dan Kin tetap setia menunggunya, Kin tidur dalam keadaan duduk, dan pintu kamar sengaja dalam keadaan terbuka untuk menghindari hal yang tidak di inginkan.
Pagi hari, Bu Sam yang tidak melihat Dira membuat sarapan, hendak mengetuk pintu kamar Dira. Bu Sam tercengang melihat adegan yang terekam di matanya, dengan pelan pintu di ketuk, Kin bangun dan tersenyum menatap Bu Sam,
"Pagi Bu..." sapanya, "Pagi mas Kin, lama tidak bertemu, mba Dira kenapa mas?" Wajah Bu Sam nampak khawatir,
"Seperti yang ibu lihat, namun suaminya tidak peduli..." tangan Kin mengepal, Bu Sam menarik nafas panjang.
"Hari ini hari ulang tahun mba Dira mas, Ibu membelikan kue kemarin, karena ibu tau hari ini mba Dira mau kerumah Bu Maya, tapi kuenya utuh hanya di sentuh sedikit, mungkin kerena suara yang mengganggu telinganya di kamar yang lain mba Dira jadi..." Bu Sam meundukan kepalanya.
"Aku tahu Bu..." Jawab Kin, "Ibu pamit, membuat sarapan." Kin mengangguk, lalu Kin masuk ke kamar mandi mencuci mukanya.
Jam 8 pagi dokter datang dan dengan setengah memaksa Dira meminta selang infusnya di lepas,
"Aku sudah baik dok," kata Dira, "Tapi darahmu juga rendah sekali," kata dokter,
"Kasih saya obat saja dok!" akhirnya dokter mengalah dan menuliskan resep obat, lalu pamit.
"Kamu yakin akan baik- baik saja?" Kin masih menatap Dira dengan cemas,
"Aku baik- baik saja Kin," Dira mencoba tersenyum, "Aku izin 2 hari, Ada acara di rumah mama Maya," Kin mengangguk.
"Jaga kesehatanmu, kalau ada apa- apa, tekan saja angka 1! Kamu akan langsung terhubung denganku." Suara Kin lembut, lalu pergi meninggalkan Dira yang masih terbengong karena perlakuan Kin.
Dira hanya mengelap tubuhnya, di karenakan suhu tubuhnya masih hangat, Dira memakai dress tanpa lengan di kombinasikan dengan sweater, lalu membawa tas kecil berisi dompet dan ponselnya,
"Bu, Dira pamit mau ketempat mama Maya," Bu Sam yang sedang mengelap meja tamu mengangguk tapi terlihat cemas, "Apa mba sudah baik?" Dira tersenyum,
"Apa ibu tidak lihat, wajahku sudah segar?" Bu Sam menatap Dira lumayan lama, lalu akhirnya mengangguk,
"Berarti aku sudah baik, aku pamit yah," Dira keluar dari rumah, dan tersenyum karena dia berhasil dalam make over wajahnya yang pucat pasi.
"Berhenti!" Suara Ezza terdengar di telinga Dira, membuat Dira menoleh kebelakang dan menghentikan langkahnya.
"Kamu mau aku terlihat buruk di mata keluargaku, dengan kita kesana sendiri- sendiri?" tanya Ezza terlihat geram.
Dira tersenyum dan menggeleng. "Aku bisa membuat alasan kamu pergi kekantor dulu," Ezza membuka pintu di sebelah kemudi lalu menatap Dira "Masuk!" Dira agak ragu lalu menatap Ezza , dan menunjuk pada dirinya.
"Iya, kamu wanita rubah, siapa lagi?" walaupun kesal dengan sebutan itu, Dira tetap diam dan masuk kedalam Mobil.