Chereads / Mengukir Namaku di Hatimu / Chapter 1 - KITA SALING MENGENAL DAN SALING MENDORONG SECARA BERSAMAAN

Mengukir Namaku di Hatimu

Skyb_019
  • 426
    Completed
  • --
    NOT RATINGS
  • 177.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - KITA SALING MENGENAL DAN SALING MENDORONG SECARA BERSAMAAN

Sinar mentari menyambut sepasang kekasih yang tengah terlelap. Hari ini adalah hari terakhir keduanya menghabiskan waktu bersama, sebelum mereka harus kembali ke rutinitas masing-masing.

Liburan kali ini sama seperti liburan sebelumnya, mereka menikmatinya meski hanya dalam waktu singkat. Tidak, sebenarnya mereka sangat ingin menikmatinya. Dengan kesibukan mereka masing-masing, membuat mereka sulit menghabiskan waktu bersama.

"Ayo bangun! Sekarang sudah jam delapan, jangan menyia-nyiakan hari terakhir liburan kita," Bianatya segera bangkit dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi untuk bersiap-siap. Sedangkan yang dibangunkan masih tak bergerak sedikitpun, seolah menolak untuk bangun dari mimpi indahnya.

Tiga puluh menit sudah berlalu. Bianatya bergegas keluar kamar mandi lengkap dengan pakaian yang saat ini sudah menempel sempurna ditubuhnya.

"What! Kamu masih belum bangun, ayo buruan nanti keburu sore!" gadis yang kerap disapa Bian itu segera menyusul kekasihnya yang masih terlelap di atas ranjang. Ia mengguncang tubuh kekar yang jelas terbentuk karena rajin berolahraga itu.

"Oke, aku bangun," ucap Jackran dengan sedikit kesal. Jackran pun segera duduk.

"Lagian ini masih pagi, kita masih mempunyai banyak waktu, okay," ucapnya berniat akan membaringkan tubuhnya kembali, tapi tangan Bian segera menahannya.

Jackran duduk di sofa setelah rapi dengan pakaiannya. Ia hanya menggunakan pakaian santai berupa celana selutut dan kaos hitam.

"Tadi katanya keburu sore, kamunya lama banget. Tau gini kan mending aku tidur dulu sampai kamu benar-benar selesai."gerutu Jackran.

"Iya sebentar, ini juga udah mau selesai kok," teriak Bian dari kejauhan. Ia segara berlari ke ruang tengah. Bian juga terlihat cukup santai, ia hanya menggunakan hotpants berwarna hitam dan baju kaus berwarna putih yang semakin memperlihatkan kulit putihnya. Ia menggunakan sneakers berwarna senada dengan hotpants yang ia gunakan dan tas slingbag berukuran kecil, cukup untuk menyimpan ponsel dan dompetnya.

"Yuk, cus," ajak Bian dengan ceria.

"Sebenarnya kita mau kemana sih?" ya Jackran masih belum mengetahui tujuan mereka saat ini. Sebenarnya dia hanya ingin tinggal di penginapan, banyak hal yang bisa mereka lakukan di hari terakhir ini. Seperti mereka bisa berenang, memasak, menonton film atau sekedar mengobrol santai. Banyak hal yang bisa mereka lakukan seperti hal biasa yang dulu sering mereka lakukan, tetapi semenjak sibuk dengan urusan masing-masing mereka jadi jarang melakukannya.

"Hari ini aku mau piknik di taman, katanya tempat itu cocok dijadikan tempat healing," hari ini Bian dalam mode semangat on.

"Kamu nggak akan bosan, tempat ini direkomendasikan banget, jadi sayang aja kalau kita nggak kesana," lanjutnya dengan wajah ceria.

Jackran hanya bisa pasrah, kalau Bian sudah menampilkan semangat on nya ini, Jackran tidak ingin merusak mood gadis ini. Sebenarnya Jackran tidak begitu suka menghabiskan waktu di luar rumah, dan lebih tepatnya dia tidak suka bepergian.

Dia hanya suka berada dirumah dengan gamesnya, tapi karena Bian adalah kekasih yang jarang meminta banyak hal padanya, bahkan jika Bian memiliki kesulitan sekalipun ia tidak akan membaginya dengan Jackran dan hanya akan menyelesaikan masalahnya sendiri. Dan satu-satunya keinginan Bian adalah agar mereka bisa menghabiskan waktu dengan berlibur bersama ke suatu tempat. Setidaknya 3 bulan sekali atau minimal 5 bulan sekali. Tapi kenyataan sebenarnya mereka hanya melakukannya untuk memperingati hari jadi mereka, ya hanya itu!

Jackran dan Bian sudah menjalin hubungan mereka selama 7 tahun, selama 7 tahun itu pula banyak hal yang mereka lalui bersama. Mereka sudah saling mengenal satu sama lain, setidaknya itu yang mereka percaya selama ini.

Sampai saat ini, tidak ada gadis lain di hati Jackran selain Bian. Menurutnya Bian adalah orang yang mampu menjaga hatinya sehingga tidak ada orang lain yang bisa masuk dan tentunya Jackran juga tidak membukakan pintu hatinya untuk orang lain.

Meskipun begitu, seperti pasangan pada umumnya. Jackran dan Bian juga pernah putus nyambung, saling menyakiti dan kemudian saling menyayangi.

Dengan keyakinan bahwa mereka saling melengkapi, saling membutuhkan dan saling mencintai yang menjadi alasan mereka tetap bertahan sampai saat ini.

Sesampai di taman yang mereka kunjungi, mereka segera mencari tempat untuk ditempati. Bian berharap ia akan mendapatkan tempat yang sedikit sunyi dan tenang, tapi sayangnya saat ini sepertinya dewi keberuntungan tidak berpihak kepadanya.

Suasana saat ini cukup ramai, banyak orang datang ke sini bersama keluarga atau pasangan mereka. Ya, tempat ini memang disediakan khusus untuk piknik, hamparan hijau dengan banyak pohon rindang yang didepannya ada kolam dengan air yang jernih menambahkan kesan tenang dan nyaman dari tempat ini. Di kolam juga terdapat banyak ikan yang sibuk berenang ke sana kemari, yang semakin membuat suasananya menjadi lebih ceria dan hidup.

"Disana aja, yuk!" Jackran segera melaju meninggalkan Bian yang sedikit kecewa dengan keramaiian saat ini.

Bian tidak begitu menyukai tempat yang ramai dan berisik, dalam bayangannya tempat ini tidak terlalu ramai karena hari ini bukan weekend, tapi karena sudah terlanjur datang kesini ia harus menikmatinya. Bian duduk membelakangi kolam dan melihat ke jalan kecil yang ada ditengah hamparan hijau, banyak orang yang berlalu lalang dengan membawa camilan atau hanya sekedar jalan-jalan. Beberapa orang juga terlihat mengendarai sepeda. Ketika Bian menghadap ke kolam ia melihat anak-anak bersama orang tua mereka memberi makan ikan, disini memang telah disediakan kegiatan yang sangat disukai anak-anak.

Disaat Bian sibuk dengan pikirannya sendiri, Jackran justru berbaring dan kembali ke dunia mimpi. Bian tau sebenarnya Jackran tidak begitu menikmati waktu mereka selama tiga hari ini. Jackran selalu sibuk dengan ponsel dan laptopnya, alhasil Bian justru jadi terabaikan, meskipun begitu setidaknya dia bisa melakukan hal yang ingin ia lakukan.

"Nanti malam mau makan apa?" Jackran membuka matanya mendengar pertanyaan Bian.

"Terserah kamu aja," jawab Jackran seadanya, kemudian ia kembali memejamkan matanya. Jackran tidak tidur, hanya saja angin sepoi-sepoi membuat ia merasa tenang dan ia ingin menikmatinya.

"Bian benar, tempat ini benar-benar healing," gumam Jackran dalam hati.

"Malam ini kita balik aja yuk," Bian kembali bersuara setelah beberapa saat, mendengar itu tentu membuat Jackran terkejut dan segera bangkit dari tidurnya, mengingat Bian tak pernah melewatkan waktu untuk bersenang-senang dan bahkan enggan untuk pulang kalau tidak karena kuliah mereka.

"Kenapa?" Jackran melihat Bian yang hanya menatap ke arah kolam.

"Kamu sakit?" tanyanya terlihat tak yakin.

"Memangnya aku keliatan sakit," Bian menoleh, mata mereka saling bertemu, mereka diam seakan mereka berbicara dari hati ke hati, cukup lama akhirnya Jackran berdiri.

"Ayo!" ajak Jackran.

"Kemana?"

"Pulang?" Bian bingung sendiri, Jackran merapikan camilan mereka.

"Kita ke supermarket, ini hari terakhir kita disini. Sayang kan, kalau kita menyia-nyiakan kesempatan gini,"

"Aku tau kamu lagi banyak pikiran dan nggak menikmati liburan kita, dua hari ini aku udah egois, aku pura-pura nggak tau dan mengabaikannya, jadi jangan biarkan aku dengan keegoisanku,"ucap Bian merasa bersalah.

"Aku ingin membuatkan makanan kesukaanmu, aku udah lama nggak masak sesuatu buat kamu." Jackran mulai melipat alas yang mereka duduki tadi.

Lagi-lagi Jackran tidak pernah menjelaskan apapun kepada Bian. Jackran memang bukan tipe orang yang akan menjelaskan apa yang ia rasakan, baik pada Bian maupun orang terdekat lainnya. Hal inilah yang membuat Bian juga tidak pernah menceritakan kesulitannya kepada Jackran, karena Bian tidak ingin hanya Jackran yang tau tentang dirinya sedangkan dia tidak tahu apa-apa tentang Jackran.

Hubungan itu memang sedikit rumit, dengan kepribadian yang sedikit mirip dan dengan keyakinan yang berbeda. Ada tembok yang tidak bisa mereka hancurkan, ada pembatas yang membuat mereka perlahan menjauh satu sama lain.

Mereka seperti saling mengenal tapi mereka juga saling mendorong dalam waktu bersamaan.